LS.22

13K 725 15
                                    

"Sialan!" umpat Dylan pelan. Namun masih bisa di dengar Aurora.

Dia menoleh kearah pintu. Terlihat Zee dan Dania dengan senyum khas mereka.

"Santai dong, buka pintunya! Kalo copot, emang lo berdua mau bantu pasang?" kata Aurora kesal. Bukan kesal karena takut pintu itu copot. Lebih tepatnya, kesal karena mereka mengganggu waktunya dengan Dylan.

Zee menutup kembali pintu Uks itu pelan. "Sans, aja. Opa gue, kok, yang pasang. Gue liatin aja." Jawabnya sombong.

"Kalo gue, bantu doa aja deh." Ujar Dania pula.

Aurora hanya memandang mereka datar. Lalu kembali menyuapi Dylan. Karena cowok itu sudah membuka mulutnya lebar.

"Romantis amat, lo bedua! Jadi ngiri gue!" kata Dania. Dia duduk di kursi yang kosong sambil memangku dagu dengan kedua tangannya.

"Lakik gue, tuh! Kok, lo yang nyuapin, sih!?" Zee mencebikkan bibirnya kesal.

"Nih, kalo mau nyuapin!" Aurora menyerahkan mangkuk bubur pada Zee.

Dylan melotot pada Zee agar tidak mengganggunya. Seakan mengerti, Zee menolak mangkuk itu. "Sorry. Gue bukan pembantu. Tapi istrinya. Jadi lo silakan lanjutin." Ujarnya.

Dania menahan tawanya yang sebentar lagi akan keluar. Sedangkan Aurora, wajahnya sudah kesal. Dan Dylan? Dia seperti orang tanpa dosa. Hanya tersenyum bodoh.

"Gue jadiin bubur juga lo semua!" ucap Aurora kesal.

"Santai dong, Buk Bos." Ujar Zee. Dia duduk di atas ranjang kosong di samping Dylan. "Jadi ngantuk gue. Lo bedua, lanjutin aja deh pacarannya. Gue mo tidur." Katanya, lalu berbaring.

Aurora menoleh kearah Dania. Cewek itu malah pura-pura tidak melihatnya. Dia sibuk menyusuri Uks. Entah apa yang sedang ia lakukan.

"Ck!" Aurora berdecak kesal. Terpaksa dia harus merawat cowok itu sendiri.

Dylan mengunyah makanannya sambil tersenyum. Dia suka melihat wajah sebal Aurora.

"Sialan!" umpat Aurora pelan.

Jujur saja. Jantungnya berdetak cepat saat bersama Dylan. Karena itu, dia tidak ingin berlama-lama dengan cowok itu. Dia takut jantungnya meledak!

"Gue harus tanya Papa soal jantung gue yang gak normal ini! Gue gak mau kalo jantung gue meledak! Gila aja!" Batinnya.

"Jantung gue juga gak normal, Ra. Itu karena gue deket sama lo." Kata Dylan tiba-tiba.

Aurora terkejut! Apa Dylan cenayang? Kenapa cowok itu tau apa isi hatinya?!

"Gue bukan cenayang kali, Ra." Ujar Dylan.

Tuh kan!

"Gue cuma baca ekspresi wajah lo doang kok. Sekarang, ekspresi lo mudah ke baca. Gak kayak biasanya." Jelas Dylan. "Lo ada masalah?" tanya dia.

Aurora menjejal mulut Dylan dengan sesendok penuh bubur. "Sok tau, lo!" ketusnya.

Dylan menelan makanannya dengan wajah di tekuk. Dia kesal dengan cewek ini! "Lo mau bunuh gue?!" tanya dia kesal.

"Iya!" sahut Aurora tak kalah kesal.

"Sok sanggup!" ujar Dylan menantang.

"Jelas gue sanggup! Sekarang juga bisa! Lo, mau?!" tantang Aurora balik.

"Coba aja. Gue gak ngelawan kok." Kata Dylan santai.

"Tapi, kalo lo gak jadi bunuh gue, berarti lo cinta sama gue." Lanjutnya.

Lussy Smith [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang