LS.18

13.7K 704 21
                                    

Dania terperangah melihat rumah Lara. Sedangkan Aurora, dia lebih ke takjub melihatnya.

Lara tersenyum melihat ekspresi mereka. "Kalian duduk di sini dulu, ya. Ibuk mau ngambil obat." Ucapnya.

Mereka mengangguk, lalu duduk di salah satu sofa yang ada di situ.

Dania masih mengagumi rumah Lara yang seperti mansion ini. Rumah ini sangat jauh lebih besar dari rumah miliknya. Fasilitasnya juga lengkap.

Berbeda dengan Aurora. Dia lebih ke takjub. Pasti butuh waktu yang sangat lama untuk membersihkan rumah ini. Dan rumah ini terlalu besar jika Lara hanya tinggal sendirian.

Saat mereka masih mengagumi rumah ini, Lara datang dengan membawa kotak obat dan di belakangnya ada wanita yang membawa nampan.

Wanita tadi meletakkan tiga cangkir minuman itu keatas meja dan juga beberapa cemilan. Setelah itu dia pergi.

Lara duduk di sebelah Aurora. Dia membuka kotak obat itu, lalu mengambil alkohol dan obat merah serta kapas.

Dia membersihkan luka Aurora dengan alkohol. Kemudian mengoleskan obat merah pada luka di wajahnya.

Setelah selesai dia menutup kembali kotak itu lalu meletakkannya di atas meja.

"Diminum," kata Lara.

Dania dengan senang hati meminum air yang disediakan Lara. Sedangkan Aurora, dia hanya menatap gelas itu.

Meski Lara selalu menyelamatkannya, tapi tetap saja dia harus curiga. Setidaknya, itu yang dikatakan Nathan padanya.

Lara mengerti kalau Aurora ada rasa was-was padanya. Dia sama sekali tidak marah. Malah dia senang jika Aurora punya sikap waspada.

"Ibuk ngerti kok, Ra. Kamu bisa masukin pil yang Ayahmu berikan jika kamu masih ragu." Ujar Lara memberi pengertian.

"Eh? Enggak kok Buk. Aurora cuma lagi ngelamun aja tadi." Kata Aurora bohong.

Dia mengambil air minum itu sambil tersenyum kaku. Rasanya tidak enak mencurigai orang yang sudah menyelamatkan hidupnya berkali-kali.

Aurora meminum teh itu perlahan. "Lumayan. Tapi lebih enak kopi." Batinnya.

Setelah meminum teh itu, tubuh Aurora jadi lebih rileks. Karena Lara sudah mencampur teh itu dengan obat penghilang rasa sakit.

Obat itu akan menyembuhkan semua penyakit dengan cepat. Pencipta obat itu tak lain adalah Ayah abal-abal Lara. Yaitu Carter.

"Ibuk mau nunjukin kalian sesuatu." Kata Lara.

Mereka berdua menatap Lara penasaran. "Apa Buk?" tanya Aurora.

Lara bangkit dari duduknya. "Ikut Ibuk," katanya. Lalu dia berjalan menuju tempat yang dituju, diikuti Dania dan Aurora di belakang.

Mereka berhenti di depan sebuah pintu. Lalu Lara meletakkan telapak tangannya pada pintu itu. Kemudian pintu itu terbuka.

Saat masuk ke dalam, Aurora benar-benar takjub dan kagum. Ini adalah ruangan senjata Lara. Di setiap sudut ada senjata yang terpajang. Di tengah ruangan ini ada tempat latihan boxing.

Dania meringis saat melihat semua ini. Dia paling anti dengan sesuatu yang berbau kekerasan. Tidak seperti Aurora yang akan langsung tertarik.

"Ini ruang favorit Ibuk." Kata Lara.

Aurora menyentuh beberapa senjata yang menarik perhatiannya.

"Kamu suka?" Aurora mengangguk. "Ibuk bukannya tidak mau memberikannya padamu. Tapi Ibuk tidak ingin kamu jadi pembunuh." Ucap Lara.

Lussy Smith [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang