LS.11

15K 807 14
                                    

"Tugas kali ini perkelompok. Masing-masing permeja. Di kumpul minggu depan." Jelas guru yang mengajar.

Setelah mengatakan itu guru tersebut pergi.

Lalu masuk guru pelajaran berikutnya.

Itu Buk Lara. Guru kesukaan Aurora. Saat guru itu masuk, Aurora tidak akan tidur ataupun berpaling. Ntah kenapa dia suka saat guru itu berbicara.

Kriiing!!!

Bel istirahat berbunyi. Semua memasukkan kembali buku masing-masing ke dalam tas.

"Ra, tolong bawakan buku Ibu ke kantor." Pinta Lara.

Semua menatap Aurora, menunggu responnya. Mereka mengira dia akan marah. Tapi yang Aurora lakukan hanya tersenyum, lalu bangkit dari tempat duduknya.

"Baik Buk." Sahutnya.

Dia berjalan ke meja guru dan membawa buku yang di maksud keluar.

Semua melongo tak percaya. Aurora, yang jika senggol dikit bacok, mau di suruh. Di suruh guru baru lagi. Di luar dugaan!

Di sepanjang koridor, semua menatap mereka. Pasalnya, mereka sedang bercanda ria. Aurora yang senyum saja jarang, sekarang tertawa lebar.

"Ibu, kapan-kapan main ke rumah Aurora, ya. Soalnya di rumah gak ada orang. Papa kalo siang kerja. Jadi Aurora kadang kesepian. Untung ada mpus yang nemenin." Kata Aurora mengadu.

Lara tertawa kecil. "Ibu juga punya kucing dulu. Namanya Fussy. Manis kayak kamu." Ujarnya.

Aurora tersipu malu saat Lara mengatakan dia manis. Dia memang sering mendengar orang memujinya. Tapi akan beda jika di puji oleh orang tua sendiri.

"Ibu bisa aja. Ibu juga cantik." Pujinya tulus.

Saat masuk ke dalam kantor guru, semua melongo.

"Eh. Lara kok bisa akur sama anak urakan itu? Akrab lagi. Padahal dia kan baru." Bisik seorang guru.

"Iya ya. Hebat banget."  Sahut yang lain.

"Caper mungkin dia." Tukas yang lain lagi.

"Tapi Aurora, kan, gak bisa di caperin. Dia bahkan gak berteman sama yang lain. Dia hanya mau temenan sama Dania yang miskin itu." Kata yang lain lagi.

Kali ini Aurora mulai emosi. Enak saja mereka menghina Buk Lara dan temannya Dania.

Tapi, saat dia akan bersuara, Lara menahannya. "Biarin aja." Larangnya

Terpaksa dia menelan kembali kata-kata mutiaranya.

Setelah selesai dengan urusannya dia keluar.

Dia menelusuri jalan dengan tenang. Karena tidak ada yang mau mengganggu jalannya.

"Aurora!!!!" teriak seseorang.

Aurora berhenti. Dia tau siapa yang memanggilnya tanpa harus menoleh. Karena selain Dania, tidak ada yang berani meneriakinya di sini.

"Lo dari mana aja sih? Gue cariin juga." Kata cewek itu saat berada di samping Aurora.

"Tadi Buk Lara nyuruh gue bawain bukunya ke kantor." Sahut Aurora seadanya.

Dania membuka mulutnya kaget. "Mi apa lo mau di suruh orang? Wah hebat Buk Lara." Pujinya heboh.

Aurora memutar bola matanya malas. Lalu dia menggandeng tangan cewek itu. "Ayo ke kantin. Lapar." Kata dia.

Setibanya di kantin, Aurora duduk di tempat biasa mereka duduk. Tempat itu selalu kosong karena khusus untuknya.

Tidak ada yang mau mencari masalah dengannya. Bukan karena dia anak pemilik sekolah. Tapi kerena jika dia mengamuk satu sekolah geger. Pasalnya tidak ada yang berani menenangkannya. Bahkan guru saja takut.

Lussy Smith [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang