Thamus Hendra Pratama
Aku mengakui bahwa sikapku sangat dingin terhadap Clau, bahkan saat dia bersikap ramah, aku tidak mempedulikannya.
Setelah hari pertama aku mengajaknya jalan-jalan dan berhenti di rumah makan, kami tidak pernah bertemu lagi.
Aku sengaja tidak mau bertemu dengannya, karena aku takut kalau dia akan semakin menyayangiku, dan aku tidak menginginkan hal itu.
Hari ini tepatnya tanggal 25 Maret 2014 adalah hari monthsary aku dengan Clau.
Mau hari apapun, aku tidak peduli, karena memang sebenarnya aku tidak menginginkan hubungan ini.
Awalnya aku memang sedikit tertarik dengan Clau, tetapi lama kelamaan ada tawaran terbaik buatku, dan tentunya sangat menguntungkanku.
Aku menerima tawaran itu, dan bersikap seolah aku mencintai Clau. Aku tahu kalau niatku ini salah karena harus melibatkan Clau dalam tawaran ini, tetapi apa boleh buat, dia juga tidak akan mengetahui hal ini.
Hari ini aku akan memutuskan hubunganku dengannya, karena sesuai dengan tawaran dari temanku, bahwa aku harus memutuskannya tepat satu bulan setelah kami jadian.
Kami berpacaran tanggal 25 Februari 2014, berarti aku harus memutuskannya di tanggal 25 Maret 2014. Sungguh ironis bukan? Aku hanya menjadikannya alat agar aku bisa mendapatkan uang.
Aku memang terlahir dari keluarga yang kaya, tetapi aku tidak mau terlalu sering meminta uang dari orangtuaku jika bukan mereka sendiri yang memberikannya kepadaku, dan dengan cara inilah aku bisa mendapatkan uang.
Ketampanan, kekayaan, dan kebolehanku dalam bermain bola basket menjadi daya tarik tersendiri untuk diriku. Kebanyakan perempuan itu melihat laki-laki pasti dari fisiknya dulu, baru melihat kondisi keluarganya.
"Boy, ke lapangan basket yok, bosen disini, sekalian membicarakan bisnis kita ini." Sun mengajakku dan teman-temanku yang lainnya untuk bermain basket sambil membahas soal uang.
Ya, Sun adalah temanku yang menawarkan sejumlah uang asal aku bisa berpacaran dengan Clau, si perempuan dingin yang cukup kaya tetapi belum memiliki pacar.
"Eh Tham, kau liat cewek yang disana gak? Yang lagi duduk sambil dengar lagu dari earphone?" Sun merangkulku dan menunjukkan sosok seorang perempuan yang sedang duduk di pinggir lapangan basket.
"Iya liat, emang kenapa? Kau suka sama perempuan itu?"
"Enggak sih, tapi katanya dia belum pernah pacaran sama sekali dalam hidupnya."
"Trus? Hubungannya samaku apa? Jangan bilang kau mau aku pacaran sama dia?" Aku sudah curiga sejak awal dia menunjukan perempuan itu kepadaku.
"Iya. Aku mau kau pacaran dengannya." Sun langsung mengiyakan pertanyaanku yang keluar dengan sendirinya.
"Gak lah, gak mau aku, lagian mana mau dia samaku."
"Ayolah, maunya dia itu samamu, agak kau rayu-rayu lah sedikit, trus kau gombali lah, pasti maunya dia itu." Sun tetap membujukku agar mau menyetujui permintaannya.
Ditunggu terus ya ceritanya, masih ada beberapa mantan lagi nih 😄😄
Sampai bertemu di part berikutnya 😍😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Story About Mantan (Selesai)
RomanceKamu tak menyakiti, aku pun tak melukai. Kita dipaksa menyerah oleh keadaan. Dimana tak ada lagi jalan untuk saling membahagiakan, dan aku lelah untuk terus berpura-pura seakan semuanya baik-baik saja. Kita membangun komitmen diawal hubungan, dan be...