Hanabi Claudie Wijaya
Setelah selesai pelajaran terakhir, aku pun langsung menuju parkiran untuk menunggu Thamus datang.
Berulang kali dia menelpon tetapi tidak ku angkat. Sengaja aku tidak mengangkat, karena aku ingin mendengar semua ucapannya secara langsung, bukan dari media.
Setelah beberapa menit aku menunggu, akhirnya Thamus dan teman-temannya yang menjadikanku bahan taruhan datang ke parkiran.
Thamus menghampiriku tanpa rasa bersalah dan sempat menyapaku dengan sok akrab.
Aku tidak mau berbasa-basi lagi dengan orang yang tidak menghargaiku. Aku langsung memutuskan hubungan kami di depan Thamus dan teman-teman yang lainnya.
Aku sadar kalau ini perbuatan yang memalukan, tetapi setidaknya aku bisa meluapkan semua kekesalanku pada dirinya.
Ketika mengucapkan kata putus, Thamus menahanku untuk tidak segera pergi dari parkiran. Aku yakin dia pasti bertanya-tanya darimana aku mengetahui informasi itu, tetapi aku sudah tidak mempedulikan apa yang dia pikirkan, karena saat menjadikanku bahan taruhan, dia juga tidak memikirkan perasaanku.
Wajah Thamus menunduk seakan dia tidak ingin menatapku, tetapi beberapa detik kemudian dia menatapku dengan tatapan kosong.
Dia seakan masih berada di dalam mimpi. Ya iyalah, dia kan ingin kalau dia yang mengucapkan kata putus, bukan aku.
Aku meluapkan semua kekesalanku padanya sambil menangis, dan memberitahukan semua apa yang aku rasakan.
"Harusnya kau sadar, karma itu masih ada, dan dia tidak akan pernah lari begitu saja. Aku memang bodoh pernah merasa dicintai oleh laki-laki sepertimu. Pantas saja kau tidak pernah ngechat untuk sekedar menanyakan kabar." Airmata pun tidak berhenti menetes dipipiku.
"Aku minta maaf kalau aku ada salah samamu, dan mulai sekarang jalani kehidupanmu seperti biasa. Kita sudah putus dan kau sudah menerima uang taruhannya, jadi semuanya sudah selesaikan. Bye." Aku pun beranjak pergi dari tempat itu, tetapi sebelumnya, aku ingin mengatakan satu hal lagi padanya.
"Oh ya, terima kasih sudah menjadikanku bahan taruhanmu. Dan semoga tidak ada cewek lain yang menjadi korban taruhan kalian." Setelah mengatakan itu aku langsung berlari pergi meninggalkan tempat parkiran menuju mobil yang sudah menungguku sejak tadi.
Aku sudah menyuruh supir untuk menunggu diriku di depan gerbang sekolah. Setidsknya sekarang aku sudah puas karna sudah melampiaskan kekesalanku selama sebulan ini padanya.
Aku berharap dia mantan pertama dan terakhirku. Aku tidak ingin memiliki mantan lagi.
Setelah kejadian di parkiran semalam, aku menjadi sangat lega, setidaknya hari ini aku akan melanjutkan hidupku tanpa menjadi bahan taruhan lagi.
Di kantin aku melihatnya, di lapangan basket juga, bahkan di perpustakaan pun aku melihatnya. Setiap dia melihatku, aku langsung berbalik badan, karena kalau melihatnya, luka itu akan kembali lagi.
Hati perempuan mana yang tidak tersakiti ketika dia mencoba untuk mencintai seseorang, tetapi dia hanya dijadikan sebagai bahan taruhan.
Sampai bertemu di part berikutnya teman-teman 😊🙌🙌
KAMU SEDANG MEMBACA
Story About Mantan (Selesai)
RomanceKamu tak menyakiti, aku pun tak melukai. Kita dipaksa menyerah oleh keadaan. Dimana tak ada lagi jalan untuk saling membahagiakan, dan aku lelah untuk terus berpura-pura seakan semuanya baik-baik saja. Kita membangun komitmen diawal hubungan, dan be...