Aku langsung cepat-cepat menyelesaikan makananku agar bisa segera pulang.
"Ayok pulang, makananku udah habis, aku mau istirahat." Aku mencoba mengajak Thamus untuk pulang karena memang perasaanku saat ini sedang kacau.
"Ya udah pulang sendiri aja bisa kan? Lagian makananku juga belum habis." Dengan santainya dia mengatakan hal itu kepadaku.
"Oke. Aku pulang duluan ya." Sampai aku keluar dari rumah makan itu pun dia sama sekali tidak melihatku.
Sebegitu pentingkah hp itu dibandingkan aku? Atau dia lagi chattingan sama perempuan lain? Ah sudahlah, aku bisa gila karena memikirkan hal ini, lebih baik aku pulang dan langsung istirahat.
Sebulan kemudian.
Setelah hari pertama kami jalan-jalan dan makan, kami tidak pernah bertemu lagi, bukan karna aku yang tidak ingin menemuinya, tetapi dia selalu punya alasan untuk tidak bertemu denganku.
Karena rasa penasaranku lebih besar daripada rasa sakit yang kurasakan, aku pun beranjak untuk pergi menemuinya ke kantin di jam istirahat nanti.
Ketika pelajaran telah usai dan menunjukkan waktunya jam istirahat, aku pun bergegas ke kantin untuk menemui Thamus dan meminta penjelasan kepadanya.
Ini adalah hari monthsary kami yang pertama tepatnya tanggal 25 Maret 2014 dan aku ingin mengetahui bahwa dia mengingatnya atau tidak.
Setelah aku sampai di kantin, mataku menelusuri semua tempat dan tidak menemukan sosok Thamus disana.
Aku pun kembali mencari di kelasnya, dan bertanya kepada teman-temannya siapa tau ada yang melihat kemana dia pergi.
Mereka juga ternyata tidak tau kemana Thamus pergi. Setelah aku pikir-pikir, akhirnya aku menemukan petunjuk yaitu lapangan basket.
Pertama kali aku melihatnya di lapangan basket, dan sebelum kami pacaran, hampir setiap istirahat dia berada disana bersama dengan Johnson, Roger dan beberapa teman lainnya yang juga menyukai bola basket.
Akhirnya pencarianku tidak sia-sia karena memang aku melihatnya bercanda tawa dengan teman-temannya di lapangan itu.
Aku pun langsung mendekat, dan sepertinya mereka tidak menyadari kehadiranku karena asik bercanda.
Beberapa menit aku mendengar mereka bercanda tawa, aku memutuskan untuk kembali ke kelas.
Jika berlama-lama disana, akan habis airmataku ini. Sakit sekali yang kurasakan. Perih rasanya mendengar canda tawa mereka.
Ternyata dia tidak benar-benar menyukaiku. Bodohnya aku yang mau menerimanya tanpa mencari tahu kebenarannya terlebih dahulu.
Sakit tetapi tidak berdarah, itulah yang kurasakan saat ini. Rasa sakitnya tidak mengeluarkan darah karena sudah terlalu sakit sampai darahku pun tidak ingin keluar, hanya airmata yang mampu menceritakan betapa sedihnya perasaanku saat ini.
Hai teman-teman 🙌 ikuti terus ya kelanjutan ceritanya 😊
Kalau bisa divote dan comment ya 😆 See You 👋👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Story About Mantan (Selesai)
Storie d'amoreKamu tak menyakiti, aku pun tak melukai. Kita dipaksa menyerah oleh keadaan. Dimana tak ada lagi jalan untuk saling membahagiakan, dan aku lelah untuk terus berpura-pura seakan semuanya baik-baik saja. Kita membangun komitmen diawal hubungan, dan be...