Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam,namun Mark masih belum beranjak dari duduknya. Dia sangat menikmati kegiatannya saat ini, yaitu melihat langit yang bertabur bintang. Taman yang berada dibelakang mansion nya adalah tempat favorite Mark untuk melihat bintang. Disini juga dia bisa menghilangkan sedikit beban hidupnya, walau saat ini udara sudah sangat dingin, namun Mark seolah enggan beranjak.
"Serius sekali saeng" tanya sebuah suara yang membuat Mark sedikit kaget.
"Bumie hyung..." sahut Mark saat melihat siapa namja yang bertanya padanya.
"Kenapa kau masih duduk disini saeng? Udara sudah semakin dingin, tidak baik untuk kesehatan mu, hyung tidak ingin kau jatuh sakit lagi".
"Disini sangat menyenangkan hyung, aku bisa melihat langit yang bertabur bintang dengan bebas"..
"Mengapa kau sangat suka dengan bintang dilangit? Bukankah bentuknya semua sama?".
"Aku tahu hyung, tetapi saat aku melihat bintang, aku seperti melihat sosok mommy yang lagi tersenyum padaku".
Jaebum melihat wajah dongsaengnya. Dia melihat keteduhan dan ketulusan di dalam mata sang dongsaeng setiap kali mereka membahas sosok mommy mereka yang sudah berada di surga.
"Ayo kita masuk saeng, ini sudah melewati jam istirahatmu!" ajak Jaebum pada Mark.
"Sebentar hyung, aku masih ingin disini" tolak Mark.
"Tidak saeng, ini sudah sangat malam" tegas Jaebum.
"Tapi hyung...." rajuk Mark.
"Besok, kau masih bisa melihatnya lagi saeng. Sekarang ayo kita masuk!" Tolak Jaebum.
Akhirnya Mark menuruti perintah hyungnya untuk segera masuk ke dalam. Dia tidak ingin jatuh sakit lagi, karena itu akan menyusahkan sang hyung, pikirnya.
Saat memasuki rumah,mereka bertemu dengan sang daddy yang sedang mengambil minum di dapur.
"Kau darimana Bumie?" tanya sang daddy pada putra sulungnya.
"Aku dari taman dad" jawab Jaebum.
"Apa yang kau lakukan ditaman, jam segini?".
"Aku tadi menemani Mark untuk melihat bintang dad".
"Buat apa kau menemani anak sial itu, biarkan saja dia. Kenapa kau harus susah-susah menemani anak tidak berguna itu?" ketus Kris saat mendengar jawaban Jaebum.
Mark yang mendengar perkataan daddynya hanya bisa menundukkan kepalanya. Dia sudah terbiasa dengan perlakuan sang daddy. Walau begitu dia tetap merasakan perih dihatinya saat sang daddy selalu memanggilnya anak sial.
"Apa yang daddy katakan? Mark bukan anak sial dad, dia itu dongsaengku, putra daddy" marah Jaebum mendengar perkataan daddy nya tentang Mark.
"Daddy tidak punya putra lain selain dirimu" ucap sang daddy dingin sambil pergi dari dapur.
Jaebum hanya bisa menghela kasar nafasnya. Sampai kapan sang daddy akan beraikap seperti pada dongsaeng nya. Dia tidak tega melihat kesedihan yang selalu nampak di wajah Mark saat daddy nya mengatakan kata-kata yang tidak pantas ucapkan oleh seorang daddy kepada anaknya.
"Jangan dengarkan ucapan daddy saeng, mungkin daddy lagi lelah saat ini" hibur Jaebum pada Mark.
"Nan gwenchana hyung, semua yang dikatakan daddy memang benar. Aku memang pembawa sial dan tidak berguna" jawab Mark sambil tersenyum.
Jebum yang melihat senyuman dongsaeng nya bukannya tenang, dia malah merasakan kepedihan dalam hatinya. Kenapa sang daddy memperlakukan dongsaengnya seperti ini, kenapa selalu kepedihan yang dia berikan untuk Mark.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Family
Teen FictionSeorang anak yang menginginkan pengakuan dan kasih sayang daddy nya. Walaupun dia harus menukar seluruh waktu yang dia miliki untuk sebuah pelukan dari daddy nya dia rela.