Setelah kepergian samchonya, Mark berusaha menutup matannya. Dia ingin menghilangkan rasa sesak yang ada di dadanya.
Namun rasa itu seakan tidak mau pergi dari Mark, dadanya semakin terasa sakit. Mark menggigit bibirnya untuk menahan rintihannya, dia tidak ingin kedua hyungnya mendengarnya.
"Akh...." rintihan kesakitan Mark pun keluar, dia sudah tidak kuat menahannya.
"Akh...app...po...hyu...ng" mendengar rintihan Mark Bambam dengan segera menghampiri Mark yang sedang kesakitan diranjangnya.
"Kau kenapa saeng?" tanya Bambam dengan panik, dia tidak bisa menahan rasa khawatirnya melihat Mark sedang merintih kesakitan.
"Hyu...ng...app..po...neo..mu...app..po" jawab Mark sambil menutup matanya, dia meremas dadanya menggunakan tangan kananya, karena tangan kirinya sudah tertancap oleh jarum infus.
Bambam semakin panik saat melihat dongsaengnya itu meremas dadanya, ditambah lagi wajah Mark sangat pucat.
"Apa yang harus hyung lakukan saeng? Kenapa kau bisa seperti ini? Dan kenapa Yugyeom lama sekali" racau Bambam, dia tidak tau harus melakukan apa, otaknya serasa kosong sekarang ditambah lagi tidak adanya Yugyeom disampingnya. Temannya itu sedang ke kantin untuk membeli makanan, namun sampai sekarang belum kembali juga.
"Hyu..ng...te..nang...lah...nan..gwen..ca...na...hyu..ng...ja..ngan...ta..kut...aku..." Ucap Mark terbata, dia sekuat tenaga untuk mengucapkanya. Mark sudah tidak punya tenaga lagi, dadanya sudah benar-benar sesak. Mark mulai menutup matanya, dia sudah tidak sanggup menahan rasa sesaknya.
"MARK........" teriak Bambam saat melihat Mark menutup matanya. "Bangunlah saeng, hyung mohon, jangan tutup matamu seperti ini! Jangan membuat hyung takut.
Tepat saat Bambam berteriak, Yugyeom masuk dengan membawa kantong plastik uang berisi makanan yang tadi dia beli dikantin rumah sakit.
"Kau sedang apa Bam? Kenapa kau memeluk Mark seperti itu? Nanti donsaeng kita bisa sesak, bila kau peluk seerat itu" ucap Yugyeom sambil mendekat ke arah Bambam.
"Apa yang harus kita lakukan Gyeom? Mark tidak mau membuka matanya hiks.....bangunkan...dongsaeng...hiks...kita...hiks..hiks" jawab Bambam sambil terisak. Mendengar perkataan Bambam, Yugyeom segera mendekati ranjang Mark. Dia terkejut saat melihat keadaan Mark. Dongsaengnya itu menutup mata dengan wajah yang sangat pucat, nafasnya pun terlihat sesak. Mark terlihat sangat kepayahan dalam bernafas, seperti tidak ada oksigen yang bisa dihirupnya.
Melihat keadaan Mark yang sudah sangat memprihatinkan, Yugyeom segera berlari untuk memanggil Uisa, agar dongsaengnya segera mendapat pertolongan.
Sementara Bambam masih menangis sambil memeluk tubuh lemah Mark. Dia tidak bisa menghentikan tangisnya, dia sangat takut melihat keadaan Mark. Wajah Mark sangat pucat seperti tidak ada aliran darah yang mengalir, bibirnya pun membiru.
"Bertahanlah saeng! Kau pasti bisa. Hyung yakin kau mampu melewati ini semua" ucap Bambam. Dia berdoa semoga Yugyeom segera kembali dengan membawa uisa yang akan menolong dongsaengnya.
Skip......
Di dalam ruang rawat Jaebum, Kris menunggu Jaebum sendirian. Setelah kepergian Mark dan kedua temannya, ruangan Jaebum kembali sunyi.
Kris menggenggam tangan Jaebum dengan erat, dia membelai wajah tampan putranya, hati Kris terasa perih melihat keadaan putrannya. Putranya yang selama ini dia jaga, kini tergolek tak berdaya di depannya.
"Kenapa bisa sampai seperti ini, Bummie? Baru tadi pagi kita tertawa bersama, namun kini kau menutup matamu. Daddy mohon, bukalah matamu! Jangan membuat daddy khawatir" ucap Kris. "Ini semua gara-gara anak sialan itu, seandainya dia tidak berada disini, kau tidak akan terluka seperti ini. Setelah membuat mommymu pergi, sekarang dia membuatmu terbaring tak berdaya seperti ini. Daddy sangat membenci anak sial itu, sampai kapanpun daddy tidak akan sudi mengakui dia sebagai putra daddy. Dia hanya seorang pembawa sial di keluarga kita" tambahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Family
Teen FictionSeorang anak yang menginginkan pengakuan dan kasih sayang daddy nya. Walaupun dia harus menukar seluruh waktu yang dia miliki untuk sebuah pelukan dari daddy nya dia rela.