Chapter 2

1.3K 93 0
                                    

Jaebum tiba di rumahnya saat jarum jam menunjukkan pukul tujuh malam. Dia begitu sibuk hari ini, banyak tugas yang diberikan dosennya di kampus, hingga membuat dia lupa waktu saat mengerjakan tugas-tugas itu dengan kedua sahabatnya.

Sesampainya di dalam rumah, Jaebum tidak melihat keberadaan dongsaengnya. Biasanya jam segini Mark sedang menunggu dirinya dan sang daddy di ruang tengah sambil menonton tv. Namun hari ini dia tidak mendapati adiknya itu.

"Apa Mark belum pulang ahjumma?" tanya Jaebum pada salah satu maid yang bekerja di rumahnya.

"Tuan Muda Mark sudah pulang, tuan" jawab maid tersebut.

"Kalau dia sudah pulang, kenapa aku tidak melihatnya diruang tengah?".

"Tuan muda sedang tidur di kamarnya, tuan. Tadi tuan muda Mark kelihatan sangat lelah saat pulang dari sekolah dan wajahnya juga kelihatan sedikit pucat" jelas maid tersebut.

"Baiklah kalau begitu, ahjumma bisa melanjutkan pekerjaan ahjumma kembali. Aku akan melihat Mark di kamarnya" ucap Jaebum.

"Kalau begitu, ahjumma permisi tuan muda" pamit sang ahjumma pada Jaebum

Setelah itu Jaebum segera menaiki anak tangga menuju kamr dongsaengnya. Dia sangat mengkhawatirkan keadaan Mark. Apalagi saat mendengar penjelasan salah satu maid yang bekerja dirumahnya tentang keadaan dongsaeng kesayangannya itu.

Jaebum telah sampai di depan kamar Mark, dia kemudian membuka pintu yang ternyata tidak dikunci oleh pemiliknya. Kegelapan menyambut Jaebum saat pertama kali masuk ke kamar Mark. Dia kemudian menekan sakelar lampu yang ada di kamar Mark.

Setelah kamar Mark sudah tidak gelap lagi, Jaebum segera menuju ranjang dongsaengnya untuk melihat keadaanya. Pucat, itulah hal pertama yang dilihat oleh Jaebum saat melihat wajah dongsaengnya. Dia kemudian menempelkan telapak tanganya di atas kening Mark, mengecek suhu tubuh dongsaeng nya. Jaebum hanya dapat menghela nafas saat merasakan suhu tubuh adiknya sedikit tinggi.

Mark yang merasakan sesuatu yang asing diwajahnya, segera membuka kedua matanya.

"Hyung...." lirih Mark saat melihat hyungnya ada di depannya.

"Ne saeng, ini hyung....Apa yang kau rasakan saat ini, Markeu?" tanya Jaebum.

"Pusing hyung..." jawab Mark pelan.

"Kau demam saeng, mangkanya sekarang kepala mu pusing".

Mark hanya terdiam, dia hanya bisa memandang hyungnya dengan sayu. Entah kenapa tubuhnya lemas sekali, seperti tidak ada tulang.

"Kau tunggu saeng, hyung akan mengambil makanan dan obat untukmu" ucap Jaebum sambil beranjak dari duduknya untuk mengambil makanan.

Mark memandang kepergian Jaebum. Dia merasa selalu merepotkan hyungnya, entah kenapa tubuhnya ini terlalu lemah. Lelah sedikit saja dia pasti jatuh sakit,membuat Mark berpikir kalau semua yang diucapkan daddy nya itu memang benar, kalau dia itu cuma bisa menyusahkan keluarganya saja.

"Mianhae hyung..." ucap Mark berbisik.

Sementara itu, Jaebum di dapur sedang menyiapkan kompresan untuk Mark, setelah dia menyuruh Jung ahjumma untuk membuatkan bubur buat Mark. Setelah semua alat yang diperlukannya siap, Jaebum segera membawanya ke kamar sang dongsaeng.

Saat sampai dikamar Mark, jaebum melihat sang dongsaeng kembali menutup matanya. Dia kemudian duduk disamping ranjang sambil memeras handuk yang tadi sudah di celupkan ke dalam baskom berisi air hangat, lalu meletakkannya di atas kening Mark.

Merasa ada sesuatu yang menempel di keningngnya, Mark membuka kedua matanya. Dia memandang sayu ke arah hyungnya.

"Hyungie..." panggilnya.

Happy FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang