Prolog

53.6K 2K 35
                                    

"Mau sampai kapan kamu begini terus? Umur kamu sudah tiga puluh lima, tapi sampai sekarang gak ada satu perempuan pun yang kamu bawa ke rumah. Mama masih ingat dulu kamu janji mau kenalin calon menantu sama Mama. Tapi sampai sekarang janji kamu gak pernah kamu tepati."

Adrian hanya diam sambil menikmati makan malamnya. Sementara adiknya, Yudha, yang duduk di sampingnya menendang-nendang pelan kakinya dari bawah meja karena menyadari tatapan Papa mereka yang menusuk dan mengarah pada anak sulung di keluarga itu.

Sebentar lagi suara Papa mereka pasti akan terdengar dan Yudha sudah bisa menebak apa yang akan terjadi setelahnya.

"Kamu masih punya telinga dan mulut, kan, Adrian Barata?"

Adrian berhenti mengunyah. Lelaki yang sejak tadi hanya diam mendengar omelan orangtuanya mengenai calon istri yang sedang hangat menjadi topik pembicaraan beberapa keluarga dekatnya itu mengangkat wajahnya menatap sang Papa.

"Mama ngomel terus, gimana aku mau jawab coba?" jawab Adrian santai lalu kemudian melanjutkan kunyahannya.

Yudha meringis samar melihat Papanya memerah menahan marah. Lalu Mama mereka yang tampak mengelus dada menghadapi Adrian. Dalam hati Yudha juga merutuki sikap keras kepala kakaknya yang sejak dulu selalu membuat masalah di keluarga mereka.

"Pilihannya cuma dua," suara tegas dan tajam milik Papanya kembali terdengar. "Kamu bawa calon sendiri ke rumah ini secepatnya. Atau kami yang akan mencarikannya untuk kamu."

"Maksudnya perjodohan?" Adrian meletakan sendok dan garpunya keatas piring dengan suara yang cukup keras. "Really, Pa? Papa masih menggunakan cara kuno begitu?" Adrian tersenyum mengejek.

"Adrian!" bentak Mamanya karena melihat suaminya seolah ingin melemparkan gelas di tangannya ke wajah putra mereka.

Adrian mendengus kemudian beranjak pergi dari meja makan tanpa memedulikan orang-orang yang menatapnya. Saat dia sudah berdiri di samping pintu mobilnya, tangannya yang sudah akan membuka pintu mobil terkulai lemas.

Calon istri... menikah...

Adrian tersenyum sinis.

Apa menurut mereka Adrian bisa melakukan semua itu dengan mudah setelah apa yang dia hadapi beberapa bulan lalu?

Adrian bahkan kehilangan selera untuk mencari perempuan meski hanya sekedar menjadi teman kencannya semalam. Nama Mala masih tersimpan rapi di dalam ingatannya dan Mala masih berdiri kokoh mengisi relung hatinya. Lalu bagaimana mungkin dia bisa mencari pengganti wanita yang saat ini sedang merasakan kebahagiaan yang selama ini dia inginkan bersama lelaki yang masih Adrian benci sampai detik ini?

Langit yang sejak sore tadi tampak mendung kini seolah ikut mengejeknya dengan menjatuhkan rintik hujan yang mengenai tubuh Adrian.

Adrian menengadahkan wajahnya ke atas, menatap langit malam. Kemudian dia bergumam di dalam hati, seolah sedang berbincang dengan penciptanya.

Memangnya dosa apa yang pernah saya lakukan sampai semua kesialan ini menimpa saya? Kau selalu mendengarkan doa dari setiap manusia di dunia ini, kan? Kalau begitu dengarkan doa saya sekarang. Kalau semua ini karena dosa yang pernah saya lakukan, maka biarkan saya menebusnya agar kau tidak lagi meletakan kesialan di atas kedua bahu saya.

***



Om Adrian menyapa fansnya 😎😎😎. Ini masih prolog. Kalau sempat nanti malam part satunya di publish. Coba kalian tebak, ceritanya mengarah kemana? Perjodohan atau yang lainnya?

Adrian's WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang