Rere bergelanyut manja di lengan Gadis selagi melangsungkan rengekannya. Meminta izin Gadis untuk menonton konser boyband favoritnya. Sejak tiga hari lalu dia sudah meminta izin pada Mamanya, tapi Gadis tetap tidak memperbolehkan. Bahkan hari ini, hari dimana tiket konser mulai di jual, Rere masih belum mendapatkan izin dari Mamanya.
Dia bisa saja membeli tiket sendiri, tabungannya lebih dari cukup bahkan untuk membeli tiket VVIP sekalipun. Tapi rasanya akan percuma kalau sudah membeli nyatanya Mamanya tidak memberi izin.
"Mama mau kerja, Re... besok karyawan mau gajian. Kamu pulang, belum makan siang juga, kan?" omel Gadis yang kesulitan berkutat dengan pena dan bukunya karena Rere yang tadi menggeret satu kursi lagi agar bisa duduk di samping Mamanya, terus bergelanyut di lengannya.
"Rere mau nonton konser, Ma... dari dulu tuh Rere berharap banget loh bisa nonton konser mereka setiap kali mereka konser di Jakarta. Tapi kan dulu Rere gak punya uang. Giliran sekarang punya uang, gak di bolehin."
"Konser itu rame. Kalau nanti kamu desak-desakan di sana, terus di jahatin sama orang gak di kenal gimana? belum lagi pulangnya tengah malam."
"Konsernya aman kok..."
"Kamu tau dari mana konsernya aman? Nonton konser aja belum pernah."
"Kata temen-temen Rere aman."
"Nggak. Pokoknya enggak."
"Mama..."
Seperti seorang bocah, Rere menghentakkan kedua kakinya di lantai. Kedua matanya sudah memerah ingin menangis. Bahkan Gadis sangat tahu kalau sebentar lagi Rere memang akan menangis. tapi dia sengaja tidak memedulikannya atau dia akan berubah menjadi luluh.
Putrinya itu kalau sudah menginginkan sesuatu pasti akan sangat gigih berusaha mendapatkannya. Dan kalau pada akhirnya tetap tidak bisa, satu-satunya senjata yang dia punya adalah tangisan.
"Papa..."
Gadis mengernyit dan menoleh cepat kesampingnya, menatap Rere yang ternyata sedang menelepon Papanya sambil menahan tangis.
"Rere mau nonton konser..." Rere kembali merengek. Gadis yang melihatnya menggelengkan kepala putus asa.
"Boyband favorit Rere mau konser di Jakarta. Tapi Mama gak kasih izin. Kata Mama bahaya. Mama tuh paranoid banget, mana bisa Rere di jahatin di tempat rame kaya gitu. Papa ih... pokoknya Rere mau nonton konser!"
Tidak lama setelah mengeluarkan rentetan rengekannya yang kekanakan, Rere menyerahkan ponselnya pada Gadis karena Adrian ingin bicara padanya.
[Ini kenapa sih sebenarnya?]
"Kamu udah dengar sendiri. Anak kamu mau nonton konser."
[Terus kenapa kamu gak kasih izin?]
"Konsernya mulainya sore, pulangnya pasti malam. Kamu gak takut anak kamu kenapa-napa abis pulang nonton konser malam-malam begitu?"
[Bisa pakai supir kan sayang?]
"Rere itu kalau udah kelewat seneng bisa lupa daratan anaknya. Yang ada dia bakal singgah kesana kemari sama temen-temennya."
"Enggak ih, Mama..." protes Rere mendengar ucapan Mamanya.
[Terus gimana? Dia mau nangis gitu tadi suaranya.]
"Ya biarin aja. Kalau konsernya udah selesai juga bakalan baik sendiri."
Rere cepat-cepat merebut ponselnya. Kali ini benar-benar menangis sambil mengadu. "Rere mau nonton, Pa... pengen banget... dari dulu Rere gak pernah bisa nonton, setiap kali nabung uangnya gak cukup. please... Rere gak bakalan aneh-aneh. Please Papa..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Adrian's Wedding
General FictionSebagian cerita sudah di hapus, cerita lengkap bisa di baca di novelme. Jodoh. Adalah satu kata yang memusingkan Adrian. Belum lagi selesai dengan rasa patah hati setelah merelakan wanita yang dia cintai kembali ke dalam pelukan mantan suaminya, Ki...