Rencana

18.3K 1.5K 128
                                    

"Mama dari mana?"

Rere langsung berhambur kepelukan Gadis saat perempuan itu baru saja kembali ke rumah. Rere cemas, apa lagi wajah Mamanya terlihat sembab sekarang.

Gadis membalas pelukan Rere, kemudian tanpa bisa mencegahnya, air matanya luruh begitu saja. dia mempererat pelukan mereka ketika mengingat apa yang Adrian katakan.

Laki-laki itu mengetahuinya. Apa yang sejak dulu Gadis sembunyikan akhirnya terbongkar sudah. Gadis takut memikirkan apa yang selanjutnya terjadi. Apa lagi Adrian bersikeras akan membuktikannya sendiri.

"Mama... kenapa nangis?" tanya Rere lirih. "Rere buat Mama sedih? Maafin Rere..."

Gadis menggeleng lemah. "Bukan salah kamu, sayang." Dia melepas pelukannya, merangkum wajah Rere dan menatapnya sendu. "Re, Mama sayang... banget sama kamu. Sesulit apa pun kehidupan yang kita jalani, Mama selalu bisa kuat melaluinya karena kamu."

Rere menggigit bibir bawahnya, lagi-lagi menangis. Dia tahu betul bagaimana perjuangan Mamanya selama ini untuk menghidupinya. Malah terkadang dia merasa bersalah. Karena demi dirinya, Mamanya rela bekerja tanpa lelah dan tetap berusaha terlihat baik-baik saja di depannya.

Banyak sekali penderitaan yang mereka alami sejak Rere kecil. banyak sekali. Dari masalah ekonomi, cacian orang dan juga masalah tempat tinggal. Rere sering diam-diam melihat Mamanya menangis sendirian. Tapi selalu saja tersenyum ketika bersama Rere.

"Rere minta maaf ya, Ma..."

"Kamu gak salah apa-apa, Re. Kenapa minta maaf?"

"Om Adrian... Rere yang udah bawa Om Adrian ke rumah. Rere minta maaf... Rere gak tau kalau-"

"Re," Gadis menyebut nama Rere dengan sedikit penekanan, lalu menatap wajah putrinya lekat. "Masalah Adrian, bisa mulai sekarang kita lupakan?" Gadis menahan buliran di kedua matanya. "Adrian, dia adalah masa lalu yang gak pernah lagi mau Mama ingat. Mama ingin membuang dia jauh-jauh dari kehidupan Mama. Tadi Mama dan dia... baru aja bertemu."

Rere menatap Gadis terkejut. "Mama ketemu sama Om Adrian?"

Kepala Gadis mengangguk lemah. "Boleh Mama minta sesuatu sama kamu sayang?"

Kepala Rere mengangguk lambat.

"Bagaimana Mama ingin membuang Adrian dari kepala dan kehidupan Mama, Mama ingin kamu juga melakukan hal yang sama. Lupakan Adrian. Anggap kamu gak pernah kenal dengan dia."

Rere mengerjap lambat.

"Dan maaf, sayang. Mama... memutuskan kalau kita akan segera pergi dari sini."

"Pergi? Maksudnya..."

"Kita akan mencari tempat tinggal baru dan sekolah baru untuk kamu. Gak di Jakarta, mungkin di kota lain."

"Terus pekerjaan Mama?"

Gadis menarik satu telapak tangan Rere, membawanya keatas telapak tangannya sendiri lalu menggenggamnya erat. "Mama akan cari pekerjaan baru. Tapi kamu jangan cemas, kita masih punya tabungan untuk menghidupi kita beberapa bulan kedepan sekalipun Mama belum mendapat pekerjaan."

"Tapi, Ma..."

"Percaya sama Mama, sayang... Mama janji semua akan baik-baik saja. Mama Cuma butuh kamu, Re... Cuma kamu..."

"Heh!"

Rere tersentak dari lamunannya mengenai percakapannya dengan Gadis tadi malam. Saat menoleh kesampingnya, dia menemukan Leo yang menatapnya datar. Mengerjap, Rere berusaha menguasai dirinya. "Iya?"

Adrian's WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang