Meminta restu

16.3K 1.7K 83
                                    

"Waktu Pakde dengar kabar kalau kamu di usir, Pakde langsung ke rumahmu." Pakde Satria memulai ceritanya. Mereka semua sudah duduk di ruang keluarga. Bude duduk di sebelah suaminya setelah meletakkan dua cangkir teh untuk Gadis dan Adrian.

"Pakde marah sama Ayah kamu. Bude gak pernah lihat Pakde kamu semarah itu. Sampai maki-maki Ayah dan mas-mas kamu." sambung Bude.

Gadis meremasi tangannya. Untuk pertama kalinya setelah dia di usir dari rumah, dia kembali mendengar cerita tentang keluarganya.

Sambil membuang asap rokok dari mulutnya, Pakde Satria melanjutkan. "Pakde ngerti mereka marah, kecewa sama kamu. Tapi Pakde dengar mereka udah mukul kamu sampai babak belur, masih belum puas juga sampai ngusir kamu segala. Memangnya kamu ini siapanya Ayahmu? Siapanya mas-masmu itu? Keterlaluan!

"Pakde sempat cari kamu kemana-mana selama setahun, tapi gak ketemu. Lalu Pakde harus pindah ke Bandung, ngurusin kantor percetakan almarhum bapaknya Budemu. Pakde gak bisa apa-apa lagi setelah itu..."

Adrian melirik Gadis disampingnya yang hanya menunduk. Cerita yang Pakdenya jabarkan membuat Gadis gelisah.

"Anak kamu... apa kabarnya, Dis?" tanya Pakde Satria. Kali ini Gadis mengangkat wajahnya.

"Baik, Pakde. Namanya Rere."

"Sudah berapa toh umur anak kamu sekarang, Dis?" sambung Bude.

"Enam belas." Jawab Gadis lagi. Suaranya selalu terdengar pelan, seperti tercekat.

Bude dan Pakde sama-sama menghela napas lirih. Ada rasa iba dan juga berdosa yang mereka rasakan.

"Jadi, kedatangan kamu kesini... karena nak Adrian?" tanya Pakde lagi.

Gadis mengangguk. "Kami mau menikah, Pakde. Minggu depan."

"Syukurlah..." gumam Bude tersenyum bahagia. "Pernikahan pertama, kan, nak?"

Gadis mengangguk lagi.

"Nak Adrian," panggil Pakde Satria.

Adrian menegakkan tubuhnya ketika namanya di sebut. "Ya, Pakde?"

"Nak Adrian serius mau menikahi Gadis?"

"Saya serius, Pakde. Saya mau menjaga Gadis."

"Nak Adrian sudah tau tentang Gadis? Dia sudah punya anak, tapi belum pernah punya suami. Kalau nak Adrian mau menikahi Gadis, maka nak Adrian harus menerima semua yang Gadis miliki. Masa lalunya, Rere, putrinya. Semuanya. Dan nak Adrian gak boleh mengeluh di kemudian hari."

Gadis melirik Adrian seketika. Adrian jelas tampak menegang ditempatnya. Ini yang sejak tadi membuat Gadis gusar. Jika keluarganya tahu kalau dia akan menikah dengan Adrian, lelaki yang telah memperkosanya, yang telah menimbulkan semua masalah ini untuknya, apa mungkin mereka mau memberi restu.

"Nak Adrian?" tegur Bude saat Adrian masih diam.

Gadis menarik napasnya tercekat. Akan lebih baik kalau mereka berbohong saja untuk saat ini, pikirnya. Toh mereka semua tidak akan mungkin tahu kalau tidak ada yang membuka mulut. "Bude, kami hanya-"

"Saya siap," potong Adrian tiba-tiba. Suaranya terdengar tegas tanpa keraguan. Dia menatap lurus pada Pakde Satria. "Saya siap menerima Gadis dan apa pun yang dia miliki. Karena..."

Adrian menatap Gadis hingga Gadis menggelengkan kepalanya memohon.

"Karena saya adalah Papanya Rere. Saya yang telah menghamili Gadis." Ucap Adrian tegas.

Bagai di siram air es, wajah Pakde Satria dan juga Bude berubah drastis. Mereka berdua menatap Adrian dengan raut wajah yang tampak terkejut.

Sedangkan Gadis menundukkan kepalanya sambil memejamkan mata. Berharap tidak akan ada hal buruk setelah ini.

Adrian's WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang