Gadis menatap tanpa minat pada seluruh paperbag yang hampir memenuhi seisi kamar milik Adrian. Selesai makan siang tadi, Adrian mengajaknya dan juga Rere untuk belanja keperluan mereka. Apa lagi seluruh pakaian sudah di kirim ke Bandung. Gadis dan Rere butuh beberapa pasang pakaian selagi menunggu pakaian mereka di kirim kembali ke Jakarta.
Karena tidak menyukai terlalu lama berada di dekat Adrian, Gadis hanya menitipkan apa yang dia butuhkan pada Rere agar putrinya itu saja yang membelikan. Bahkan Gadis sempat mengeluarkan uang dari dompetnya, tapi Adrian malah mengembalikannya lagi dan saat Gadis protes, Adrian malah merangkul Rere dan beranjak pergi dari rumah.
Lalu, saat mereka berdua kembali ke apartemen jam lima sore, Gadis terkejut bukan main melihat jumlah belanjaan mereka. Bahkan Adrian membutuhkan beberapa orang yang tidak Gadis kenali membawakan belanjaan mereka.
"Ini semua punya siapa, Re?" tanya Gadis pada Rere.
"Punya kita," jawab Rere bersemangat. "Papa beli banyak pakaian buat Mama sama Rere."
Kedua mata Gadis membulat seketika. "Sebanyak ini?"
"Bukan cuma pakaian kok, ada juga sepatu, tas, alat make up dan oh iya, aku beli HP baru buat kamu." potong Adrian. Dia menyodorkan sebuah bungkusan pada Gadis yang sama sekali tidak mau mengambilnya.
"Ngapain kamu beliin aku HP? Aku udah punya. Dan semua barang-barang ini..." Gadis menatap seluruh paperbag di sekitarnya. "Aku cuma butuh sekitar dua atau tiga pasang baju. Besok baju-baju yang di kirim ke Bandung juga udah sampai di sini, ngapain kamu beli sebanyak ini?!"
Dengan wajah tanpa bersalah Adrian melirik belanjaan mereka. "Banyak?" ulangnya. "Gak banyak kok, cuma ada dua puluh lima pasang pakaian buat kamu, empat puluh punya Rere. Rere bilang kamu gak terlalu suka lihat Rere belanja terlalu banyak, makanya belanjaannya cuma segini aja." Adrian menarik paksa telapak tangan Gadis dan meletakan bungkusan yang berisi ponsel di atasnya. "Karena Rere bilang baju-baju kalian gak lebih bagus dari baju-baju yang baru aja di beli ini, lebih baik gak usah di kirim lagi ke kemari."
Gadis menatap laki-laki itu tidak percaya. Lalu kedua matanya menyipit menatap Rere yang mengerjap takut. "Mama pernah bilang apa tentang hidup boros?"
Rere seolah mengkerut di tempatnya. "Papa bilang boleh beli banyak..."
"Rere, kamu ngerti gak yang kamu lakuin ini apa? Buang-buang uang kaya gini-"
"Maksudnya buang-buang uang?" sela Adrian cepat. Dia tidak setuju dengan kalimat itu. "Semua yang di belikan kebutuhan kalian berdua. Buang-buang uang dari mana coba? Lagi pula nanti malam kita harus ke rumah orangtuaku. Kalian berdua butuh pakaian."
"Aku gak merasa butuh tas, sepatu, pakaian yang jumlahnya mencapai puluhan!"
"Ck, kalau dua puluh lima masih kurang, nanti kamu beli lagi. Besok aku kasih kartu-"
"Adrian!"
Adrian mengumpat keras di dalam hati mendengar bentakan dan cara Gadis memelototinya. Kenapa semua hal yang berkaitan dengan Gadis tidak pernah di lakukan dengan mudah. Perempuan itu selalu mencari-cari masalah yang tidak perlu di setiap perbuatannya.
Adrian melirik Rere yang tampak takut melihat Gadis. "Kamu gak pernah tau bertengkar di depan anak itu gak boleh?"
Gadis mengernyit. "Aku gak lagi bertengkar sama kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Adrian's Wedding
General FictionSebagian cerita sudah di hapus, cerita lengkap bisa di baca di novelme. Jodoh. Adalah satu kata yang memusingkan Adrian. Belum lagi selesai dengan rasa patah hati setelah merelakan wanita yang dia cintai kembali ke dalam pelukan mantan suaminya, Ki...