"Tolong, Lang, bantu aku."
Elang Pramudya, pemilik toko kue dimana Gadis bekerja memandang Gadis dengan beberapa lipatan di dahinya. Sahabatnya itu baru saja menceritakan tentang pertemuannya dengan seseorang yang paling dia benci dari masa lalunya.
Dan dari pengamatan Elang, saat ini Gadis sedang ketakutan. Wajahnya tidak secerah biasanya, Gadis gelisah dan juga muram. Sepuluh tahun sudah Elang mengenal Gadis dan baru kali ini dia melihat perempuan itu begitu rapuh.
"Aku bisa bantu kamu, Dis. Kapan pun itu. Tapi... apa harus begini caranya?"
"Aku gak mau dia terus berada di dekat kami."
"Tapi bukan dengan cara pindah ketempat yang lain, kamu bahkan mau mencarikan sekolah lain untuk Rere. Kamu jelas tau tempat yang sekarang kalian tinggali dan sekolahnya Rere adalah tempat terbaik yang pernah kita temukan dari sebelumnya."
"Lang, dia tau dimana kami tinggal dan juga sekolahnya Rere!"
"Terus masalahnya apa?"
Gadis menatap Elang tidak percaya. "Masalahnya apa?" Gadis tersenyum miris. "Kamu jelas tau tentang semua ini."
Elang duduk di samping Gadis. Menarik satu tangan Gadis yang gemetar, menggenggamnya dan membawa tangan itu keatas pangkuannyan. "Aku tau kamu lagi mencemaskan Rere. Aku tau, Dis. Tapi dengan bersikap gegabah dan terburu-buru seperti ini, kamu malah akan membuat semuanya semakin jelas di mata Adrian. Atau yang lebih parah... di mata Rere."
Gadis tertegun. Dia bahkan ingat bagaimana kemarin dia membentak Rere yang bertanya tentang Gadis yang melarangnya bertemu dengan Adrian. Putrinya itu pasti sedang kebingungan.
"Lalu aku harus bagaimana, Lang? Aku takut... demi Tuhan aku takut..."
"Ssshhttt," Elang membawa Gadis kepelukannya, mengusap punggung Gadis penuh sayang. "Semuanya akan baik-baik aja, kamu tenang, ya."
Elang mengernyitkan dahinya selagi berpikir, mencari jalan keluar dari masalah yang Gadis hadapi. Dia mengerti ketakutan Gadis. Elang termasuk saksi mata bagaimana jatuh bangunnya Gadis menghidupi dirinya dan Rere.
Dan untuk semua itu, dimata Elang, Gadis adalah perempuan tangguh yang pernah dia temui.
"Dis,"
"Ya?"
"Aku tau apa yang harus kamu lakukan kalau nanti dia cari kamu lagi."
***
Makan malam di rumah orangtuanya adalah hal yang selalu Adrian hindari belakangan ini. Tapi mau bagaimanapun dia menghindar, pada akhirnya dia akan tetap kembali kesana. Makan bersama keluarganya dalam keadaan diam. Hanya sesekali menanggapi perbincangan ringan yang di lakukan mereka semua, selebihnya Adrian akan diam. Demi menghindari hal yang selalu membuatnya kesal.
Makan malam telah selesai. Tapi Adrian tau tujuan orangtuanya menyuruhnya datang ke rumah itu belum terlaksana. Jadi, Adrian sengaja duduk di depan televisi dengan kedua kaki yang saling bersilang, tampak berkutat dengan ponsel di tangannya.
Adrian membuka Instagramnya. Mencari akun Instagram milik Leo.
Bukan, dia bukan sedang ingin tau aktifitas Leo di sosial media yang sudah jarang sekali Adrian gunakan itu. Terlebih sejak dia menghapus semua foto yang berhubungan dengan Mala di sana. Instagram tidak lagi terasa menyenangkan baginya.
Adrian sengaja melakukan itu untuk mencari akun Instagaram milik Rere. Adrian tidak mengetahui akun Instagram milik Rere, jadi dia mencarinya melalui akun Instagram Leo yang hanya berisikan sekitar dua puluhan foto membosankan milik remaja itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adrian's Wedding
General FictionSebagian cerita sudah di hapus, cerita lengkap bisa di baca di novelme. Jodoh. Adalah satu kata yang memusingkan Adrian. Belum lagi selesai dengan rasa patah hati setelah merelakan wanita yang dia cintai kembali ke dalam pelukan mantan suaminya, Ki...