Menatap pantulan dirinya melalui cermin, Adrian merasa gugup bukan main. Dia yang sudah memakai beskap warna putih gading yang ditaburi banyak bordiran, hasil pilihan Mamanya, merasa keringat dingin mulai memenuhi dahinya. Berkali-kali dia mencoba menghapal kalimat ijab qabul agar nanti tidak melakukan kesalahan kekecil apa pun.
Hari ini dia akan menikah.
Hanya sebuah pernikahan yang teramat sederhana dan membuat Adrian kesal bukan main memikirkannya. Tidak ada yang akan menghadiri pernikahannya. Hanya keluarganya dan juga Pakde Satria beserta istrinya.
Tunggu saja nanti. Setelah waktu yang di tentukan Papanya sudah tiba, maka Adrian akan membuat pesta pernikahan sesuai keinginannya.
Bunyi decitan pintu membuat Adrian menoleh ke asal suara. Kepala Rere menyembul dari balik pintu, kemudian senyuman khas putrinya itu terlihat.
Adrian mengulas senyuman tipis. Di balik debar jantungnya yang gila-gilaan saat ini hingga membuat tubuhnya terasa lemas, Adrian sangat bersyukur karena akhirnya Rere memberi restu padanya untuk menikahi Gadis.
Saat bicara dengan Rere yang ternyata mengikuti sifat jeleknya, keras kepala, Gadis memang harus di ikut sertakan. Adrian masih tidak bisa melupakan bagaimana cara Gadis bicara dengan penuh kelembutan pada putrinya. Memberi pengertian, yang sebenarnya isinya sama seperti Adrian jelaskan pada Rere tapi sayangnya putrinya itu tidak mau dengar.
Jika Gadis yang bicara, Rere akan mendengarkan. Tapi jika Adrian yang bicara, putrinya itu mendadak berubah menjadi menyebalkan.
Dan yang membuat Rere pada akhirnya memberi restu adalah janji Gadis pada putri mereka yang sejujurnya masih membuat Adrian takjub bukan main.
"Papa gak cinta Mama. Gimana bisa Mama mau menikah dengan Papa?"
"Pernikahan itu bukan hanya tentang cinta, sayang."
"Terus apa? Mama menerima pernikahan ini karena Rere, kan? Rere gak setuju, Rere gak mau. Rere udah bilang, gak masalah kalau Mama sama Papa gak menikah. Rere tetap sayang Papa. Tapi Rere mohon sama Mama, jangan lagi berkorban untuk Rere. Apa lagi untuk hal sebesar ini."
"Keputusan Mama menikah dengan Papa bukan hanya karena kamu. Tapi karena... Mama ingin mempunyai seseorang untuk menemani hidup Mama. Dan Mama memilih Papa."
"Kenapa? Kenapa harus Papa? Papa bahkan udah menyakiti Mama."
"Karena cuma Papa kamu yang Mama inginkan. Kalau bukan dengan Papa kamu, maka Mama gak akan menikah dengan siapa pun."
Bukan hanya Adrian yang terpaku saat mendengar kalimat itu dari Gadis. Rere bahkan kehilangan kata-katanya untuk kembali mendebat Gadis. Dan pada akhirnya, putri mereka memberi restu dengan syarat Adrian tidak boleh mengkhianati Gadis atau Rere akan membawa kabur Gadis darinya.
Yeah... anggap saja Adrian percaya Rere, putri mereka yang polos itu bisa membawa kabur Gadis dari Adrian.
"Papa ganteng banget deh." Ujar Rere sambil mengamati Adrian dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan tatapan berbinar.
"Kamu juga cantik banget, Princess. Siapa yang pilihin kebayanya? Mama?"
"Nenek."
Adrian memutar bola matanya malas. Mamanya itu... ck, entahlah. Yang akan menikah Adrian dan Gadis, tapi semua hal yang menyangkut pernikahan berasal dari pilihan Mamanya. Memang sangat membantu karena Gadis yang setiap kali di tanya ingin memilih apa untuk setiap hal mengenai pernikahan mereka selalu menjawab, terserah Mama.
Ya, Mama. Setelah Mama Adrian memaksa Gadis berkali-kali mengganti panggilan tante menjadi Mama.
"Papa kok pucet banget mukanya?" telapak tangan Rere meraba dahi Adrian, lalu kedua mata putrinya itu membulat. "Ya ampun... sampai keringetan gini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Adrian's Wedding
General FictionSebagian cerita sudah di hapus, cerita lengkap bisa di baca di novelme. Jodoh. Adalah satu kata yang memusingkan Adrian. Belum lagi selesai dengan rasa patah hati setelah merelakan wanita yang dia cintai kembali ke dalam pelukan mantan suaminya, Ki...