"Princess!"
Rere yang sedang berbaring di tempat tidur sambil berkutat dengan ponselnya melirik kepintu kamarnya. Kepala Adrian tampak menyembul dari balik pintu, disertai senyuman manis khas lelaki itu.
"Ya, Pa?"
Adrian masuk ke dalam kamar setelah menutup pintu, dia melompat naik ke atas tempat tidur Rere, berbaring miring menghadap Rere dengan ujung siku sebagai tumpuan. "Besok Mama ulang tahun."
Rere mengangguk kecil. "Iya. Kan Papa sama Mama mau ke Turki buat ngerayain ulang tahun Mama."
"Kalau cuma pergi ke Turki nggak seru, Re."
"Maksudnya?"
Adrian menyeringai jahil. "Papa mau ngerjain Mama. Buat prank gitu sampai Mama ngambek terus marah-marah. Seru kan?"
Rere menatap Adrian tidak percaya. Papanya baru saja bilang apa? Mengerjai Mamanya? Astaga, Papanya ini benar-benar pemberani sekali ternyata.
"Papa nggak tahu ya, kalau Mama marah itu nyeremin banget," Rere bergidik ngeri. "apa lagi ini sampai mau di kerjain. Nanti kalau Papa bilang ke Mama kalau ternyata Mama cuma di kerjain setelah Mama marah-marah, bukannya seneng, Mama pasti bakal marah dua kali lipat lebih parah dari sebelumnya."
Mengibaskan satu telapak tangannya, Adrian berdecak. "Kalau itu tenang aja, Papa udah susun rencananya sebagus mungkin. Mama nggak bakalan marah kok."
"Nggak tahu ah, Rere mau nggak mau ikut-ikutan."
"Yah... kamu harus bantuin Papa dong Princess. Kalau nggak, rencananya bisa gagal nih. Papa aja juga mau minta bantuan Nenek sama Om Yudha."
"Ih, Papa aneh-aneh aja deh sampai bawa-bawa Nenek sama Om Yudha, nggak sekalian Kakek diajakin juga?"
"Kiamat udah dekat kalau Kakek kamu mau ikut-ikuat yang beginian. Ayo dong Princess... tugas kamu nggak berat kok, cuma jadi tim horenya Papa. Ya sayang, ya?"
Rere menatap Papanya lama sambil berpikir. Mamanya itu memang sedikit kaku, dan setahu Rere, belum pernah sejarahnya ada yang mau mengerjai Mamanya seperti itu. Rere rasa... sepertinya menarik.
Tapi tentu saja Rere tidak mau melakukannya secara cuma-Cuma.
"Kalau Rere mau, imbalannya apa? Rere ikut ke Turki?"
Adrian melengos malas. "Enak aja! Papa sama Mama mau second honeymoon masa kamu ikut."
"Masa second honeymoon bawa-bawa adik bayi di perut Mama."
"Kalau aja bisa dititipin sebentar sama Nenek, pasti udah Papa titipin."
Rere terkikik geli mendengar jawaban Papanya. "Rere mau bantuin tapi tetap nggak geratis."
"Memangnya kamu mau apa?"
"Mau tiket konser."
"Gampang kalau itu."
"Tapi konsernya yang di Korea, Pa. Dan itu bulan depan."
"Eh," Adrian mengerutkan dahinya. "bulan depan jadwal Papa udah penuh. Kamu mana bisa ke Korea kalau gitu. Lagian Mama nggak bakal kasih izin, udah bolos sekolah, mau ke Korea lagi."
"Bulan depan kan udah libur semester, Papa..."
"Tetap aja kamu nggak bisa pergi, Princess... kan Papa udah bilang jadwal Papa udah penuh. Nggak mungkin pergi sama Mama, kalau nggak ada Papa, Mama nggak boleh pergi-pergi naik pesawat. Dan kamu tahu dengan jelas gimana bawelnya Mama kalau kamu pergi tanpa pengawasan Papa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Adrian's Wedding
General FictionSebagian cerita sudah di hapus, cerita lengkap bisa di baca di novelme. Jodoh. Adalah satu kata yang memusingkan Adrian. Belum lagi selesai dengan rasa patah hati setelah merelakan wanita yang dia cintai kembali ke dalam pelukan mantan suaminya, Ki...