"Leo!"
Mengangkat wajah yang sejak tadi menunduk menatap ponsel karena sejak tadi bermain game, Leo yang sedang duduk di undakan tangga menemukan Rere berdiri di depannya dengan cengiran yang terlalu lebar menurutnya.
Leo hanya mengernyit sebelum kembali menunduk. Lalu tiba-tiba sebatang cokelat Rere sodorkan padanya. Leo berdecak dan menatap Rere kesal.
"Buat kamu." ucap Rere masih dengan senyum lebarnya.
"Tante Gadis bilang akan stop kasih-"
"Ini dari aku kok..." Rere menaiki satu undakan tangga, kemudian duduk di samping Leo dengan tangan yang masih betah menyodorkan sebatas cokelat untuk Leo. "Sebagai ucapan terima kasih."
"Gue gak merasa pernah bantuin lo." Ketus Leo.
Bibir Rere mengerucut lucu. "Waktu di rumah sakit? Kan kamu yang ketemuin aku sama Papa."
Leo menggeser letak duduknya saat merasa Rere terlalu dekat dengannya. "Gue bukan bantuin lo, tapi Om Adrian. Gak usah ge er!"
"Sama aja... Om Adrian kan Papanya aku." Leo mengernyit jijik saat Rere tersenyum-senyum di depannya. Apa lagi saat Rere memaksa dia mengambil cokelat itu. saat Leo membuang pandangan, dia sudah melihat murid-murid disekitar lapangan basket melirik pada mereka sambil berbisik-bisik.
Sialan, batin Leo. Sejak dia datang ke kelas Rere untuk mencarinya, lalu beberapa murid yang melihat mereka makan berdua di kafe waktu itu, gosip tentang mereka yang sedang pacaran mulai merebak. Membuat Leo jengah.
Tanpa memedulikan Rere di sampingnya, Leo berdiri tegak dan beranjak pergi. Tapi sialnya, Rere, makhluk paling berisik bagi Leo, mengekorinya dan berjalan di sampingnya.
"Ngapain sih lo ngikutin gue?" rutuk Leo, dia mempercepat langkahnya.
Rere gelagapan mengikuti langkah lebar Leo. "Aku mau kasih tau kamu sesuatu."
"Gue gak mau dengar!"
"Papa mau menikah sama Mama."
"Gak ada hubungannya sama gue!"
"Ada dong, Leo... kan semuanya berkat bantuan kamu. Aku senang ih, punya Mama, punya Papa. Oh iya! Aku udah cerita belum kalau aku juga udah ketemu sama Kakek Nenek? Ada Om Yudha juga."
Ekor mata Leo melirik tajam pada Rere yang terus berceloteh dengan gembiranya.
"Ternyata, punya keluarga lengkap itu begini ya rasanya?" gumam Rere pelan tapi tetap tidak menghilangkan rasa gembira di kalimatnya. "Ya walaupun aku lahir bukan karena mereka saling cinta, tapi karena kesalahan Papa, aku gak merasa kecewa. Seenggaknya, waktu Papa tau ada aku, Papa mau tanggung jawab."
Leo tersentak saat Rere tiba-tiba menahan lengannya, lalu menatapnya serius hingga mereka berdua berhenti melangkah. "Kamu udah lama kan kenal sama Papa? Tapi pasti belum pernah lihat ngeyelnya Papa waktu ajak Mama menikah. Terus... Papa mati-matian cari cara supaya mereka bisa menikah secepatnya, padahal Kakek gak kasih izin."
Dahi Leo mengernyit. Oke, informasi ini sedikit menarik.
"Gak jadi nikah?"
"Jadi dong... ya aku sih gak tau kenapa bisa jadi padahal Papa sama Kakek sempat berantem. Tapi tadi pagi di mobil, aku dengar percakapan Papa sama Mama tentang pernikahan." Rere mendekatkan wajahnya pada Leo sampai Leo harus memundurkan wajah. "Mereka menikah minggu depan, Leo! Ya ampun... aku seneng banget!"
Dengan dahi terlipat, Leo masih mengamati Rere yang melompat-lompat dengan wajah bahagia. Oke, Leo memang memahami perasaan Rere, tapi cewek di depannya itu terlalu ekspresif dan Leo tidak nyaman melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adrian's Wedding
General FictionSebagian cerita sudah di hapus, cerita lengkap bisa di baca di novelme. Jodoh. Adalah satu kata yang memusingkan Adrian. Belum lagi selesai dengan rasa patah hati setelah merelakan wanita yang dia cintai kembali ke dalam pelukan mantan suaminya, Ki...