Melawan rasa takut

18.2K 1.5K 117
                                    

Gadis hampir mengetuk pintu kamar Rere untuk mengingatkannya makan malam. Sudah jam sembilan, sejak Rere pulang tadi dan Gadis menanyainya kenapa pulang terlambat dan Rere mengaku kalau dompet beserta ponselnya hilang, Gadis sudah menemukan gelagat aneh putrinya.

Rere cenderung diam. Bahkan menolak di ajak makan malam bersama. Dan saat ini, Gadis mendengar suara tangisan dari balik pintu di depannya.

Perlahan-lahan, Gadis membuka pintu kamar Rere, mengintip ke dalam dan tersentak saat menemukan Rere yang duduk di pinggir tempat tidur sambil menangis. gadis langsung membuka lebar pintu itu dan menghampiri Rere dengan wajah panik.

"Sayang, kamu kenapa?"

Rere mengangkat wajahnya, menatap Gadis dengan tangisan yang semakin kuat. Isaknya membuat hati Gadis tersayat. Gadis tidak pernah kuat melihat putrinya menangis.

Gadis duduk di samping Rere, melirik ke atas pangkuan Rere dimana ada sbuah jas laki-laki yang dia tahu adalah milik Adrian.

Gadis merasa takut tiba-tiba. Apa Rere menangis karena Adrian? Atau mungkin... pembicaraan siang tadi tidak berhasil dan membuat Adrian...

Gadis menggelengkan kepalanya pelan. Dia menyentuh puncak kepala Rere lembut dan bertanya pelan. "Re, kamu kenapa sayang? Kenapa nangis begini? Kalau ada masalah, kamu bisa cerita sama Mama."

Rere tergugu, dia menutup wajahy dengan kedua tangannya.

Gadis merasakan matanya memanas. Ada apa sebenarnya?

"Rere bingung, Ma... Rere gak tau harus gimana." ucap Rere di sela isakannya.

"Bingung kenapa sayang? Cerita sama Mama, mungkin Mama bisa-"

Rere menatap Mamanya lekat, menggigit bibirnya menahan isakan. "Apa benar kalau... Mama... pernah di perkosa sama... Om Adrian?"

Gadis merasa pasokan oksigennya menipis hingga dia sulit menarik napasnya. Terlebih saat Rere menyentuh punggung tangannya dan kembali terisak. "Itu gak benar kan, Ma? Om Adrian bohong, kan? Om Adrian gak mungkin sejahat itu sama Mama. Bohong kan, Ma... bilang sama Rere itu gak benar."

Kini Gadis benar-benar menangis di hadapan Rere.

"Mama..." Rere memeluk tubuh Gadis dan menangis pilu. "Kenapa Om Adrian jahat sama Mama? Rere pikir... Rere pikir Om Adrian orang baik."

Orang baik? Gadis merasa emosinya benar-benar sudah tidak terbendung lagi saat ini. Berani sekali Adrian melewati batasnya. Tidak cukup dengan semua penderitaan yang dia berikan padanya, sekarang Adrian juga ingin melukai Rere.

Gadis memejamkan matanya erat. perlahan, dia melepas pelukan Rere. Menatap putrinya nanar. "Kamu tunggu di rumah, Mama mau keluar sebentar."

Rere menahan lengan Gadis yang sudah berdiri. "Mama mau kemana?"

Mengepalkan kedua tangannya, Gadis berujar tajam. "Mama gak akan biarkan dia melukai kamu juga, Re. Gak akan pernah."

Dengan motor maticnya, Gadis mendatangi rumah Leo. Dia memang pernah datang ke sana sebelumnya mengantarkan buah tangan saat mendengar kalau Leo sedang sakit dari Rere. Saat itu Gadis merasa blum cukup untuk berterima kasih pada Leo karena sudah menyelamatkan putrinya dari pelecehan yang pernah dia terima dulu.

Sayangnya waktu itu Leo sedang tidak di rumah karena di bawa ke rumah sakit. Jadi Gadis hanya menitipkan buah tangannya pada seorang satpam yang menjaga rumah Leo.

Dan sekarang, Gadis kembali datang kesana. Berdiri di depan pintu rumah Leo dengan emosi yang berusaha dia tahan sejak tadi selagi menunggu Leo muncul.

Adrian's WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang