"Bu, ada lima orderan lagi."
Gadis yang sedang sibuk mengurus banyaknya orderan partai besar di tokonya hari ini mengangkat wajahnya dari lembaran kertas persediaan bahan kue yang sejak tadi sedang dia amati saat Fani, salah satu karyawannya, muncul di depan pintu ruangannya. "Partai besar lagi?"
"Iya," Fani membacakan jumlah orderan di kertas yang dia bawa. "Lima ratus kotak, lima ratus kotak, dua ratus, tujuh ratus sama ini nih Bu, seribu kotak."
Kedua mata Gadis membulat. "Buat kapan aja itu semua?"
"Dua ratus kotak buat Besok. Sisanya lusa."
Gadis memijat dahinya sambil menghela napas. Bukan bermaksud menolak rejeki. Tapi entah kenapa akhir-akhir ini banyak sekali orderan pesanan kue di tokonya. Dan rata-rata dalam jumlah banyak. Membuat Gadis jadi lebih sering lembur di toko. Tadinya Gadis mengira karena sekarang adalah musim kampanye mengingat sebentar lagi pemilu sudah akan di lakukan. Tapi saat mengamati nama-nama perusahaan ataupun organisasi yang memesan kue dari tokonya, Gadis merasa kalau pesanan pesanan itu bukan hanya untuk keperluan kampanye.
"Kayanya kita butuh karyawan lagi deh, Bu. Lusa itu... pasti banyak banget kerjaan." Cicit Fani.
Gadis mengangguk. "Bilang sama Tiwi periksa cv pelamar kerja yang saya suruh simpan bulan lalu ya. Cari sekitar lima orang yang sudah berpengalaman. Oh iya, Agus sama Eka suruh siap-siap ikut saya belanja buat bahan kue."
Fani tersenyum geli melihat bosnya masih tampak mengurut dahinya. "Harusnya kita senang ya Bu dapat banyak orderan. Tapi gak nyangka ternyata secapek ini ya Bu."
"Lusa kayanya kita harus tidur di toko malahan," kekeh Gadis.
"Jangan dong Bu... itu kan malam minggu. Saya udah janji mau kencan sama pacar saya." Keluh Fani. Membuat Gadis mengulum senyum, dasar anak muda, pikirnya. "Ibu sih enak, jomblo, gak ada yang nyariin. Paling juga Rere. Rere mah seneng kalau ditinggal Ibu, bisa bebas keluyuran. Nah, saya, gak bisa kencan malam minggu nanti, nunggu bulan depan baru bisa ketemu sama pacar. LDR itu menyiksa, bu..."
Fani yang mengeluh dengan menggebu-gebu membuat Gadis semakin tertawa geli. Fani tidak tahu saja kalau dia juga punya seseorang yang akan...
Nah, baru saja akan dia bicarakan, ponselnya sudah berdering dan nama Adrian sudah terlihat di sana.
"Kalau kita bisa dapat lima karyawan baru hari ini, kamu gak perlu sampai nginep di sini kok, Fani... ya udah, saya mau terima telepon. Kamu boleh keluar."
Sepeninggalan Fani, Gadis langsung menerima panggilan Adrian. "Halo?"
[Lama banget sih jawab teleponnya.]
Adrian dan rajukannya. Gadis memutar bola matanya malas. "Lagi ngobrol sama karyawan tadi. Kenapa kamu telepon?"
[Gak boleh?]
Melirik jam tangannya, Gadis mengernyit. "Disana masih jam tiga pagi, kan? kok kamu belum tidur?"
[Kebangun. Kangen, sayang...]
Meskipun Adrian tidak ada di hadapannya, tapi wajah Gadis tetap saja merona mendengar suara manja Adrian.
"Apa sih, baru juga tiga hari."
[Aku ngerasanya kaya udah tiga tahun.]
"Aku tutup, ya?"
[Eh... jangan... ck! Kenapa sih susah banget mau romantis sama kamu.]
KAMU SEDANG MEMBACA
Adrian's Wedding
General FictionSebagian cerita sudah di hapus, cerita lengkap bisa di baca di novelme. Jodoh. Adalah satu kata yang memusingkan Adrian. Belum lagi selesai dengan rasa patah hati setelah merelakan wanita yang dia cintai kembali ke dalam pelukan mantan suaminya, Ki...