"Berat badan Om naik dua kilo gara-gara kamu!"
Leo yang sedang menikmati ayam gorengnya melirik Adrian dengan satu alis terangkat. "Kenapa jadi salah Leo?"
Telunjuk Adrian menunjuk semua makanan di atas meja mereka. Ada ayam goreng, kentang goreng, Burger, soft drink, dan juga es krim. Adrian bahkan tidak lupa memesan dua hotrods, menu baru KFC yang sering Leo bicarakan dan membuatnya tertarik untuk mencoba.
"Semua junk food ini berhasil buat perut Om mulai gak enak kalau di lihat melalui cermin." Rutuk Adrian. "Leo, Om ini lagi usaha nyari perempuan yang bisa Om jadikan istri. Kalau makin lama perut Om makin membuncit, gimana caranya Om bisa punya istri?"
Leo menggelengkan kepalanya pelan. Lihat lah lelaki di depannya itu. Bibirnya tidak berhenti merutuk tapi tangannya juga tidak bisa berhenti menyuapi semua makanan itu ke dalam mulutnya. Bahkan Adrian menjilati ujung-ujung jarinya yang terkena saus.
"Leo gak pernah suruh Om makan semua ini. Kan Om sendiri yang maksa-maksa mau neraktir." Ucap Leo.
Adrian mendengus lalu menyedot minumannya. "Kamu bisa pilih kafe atau restoran kan kalau Om mau teraktir. Kenapa milihnya KFC atau Mcdonald?"
"Kalau aja Om gak lupa, Leo ini masih SMA. Anak SMA makannya ya di tempat kaya gini." Balas Leo.
Adrian tertawa hambar. "Kalau kamu juga gak lupa, kamu bukan orang susah yang gak bisa nongkrong di tempat lebih berkelas dari pada makanan cepat saji kaya gini. Kenapa? Papa kamu kasih uang jajannya cuma sedikit?" Adrian juga tidak lupa mengeluarkan kata-kata andalannya. "Makanya dulu gak usah berharap Bunda sama Papa kamu balikan lagi. Coba aja Om yang jadi Papa kamu, pasti uang jajan kamu bisa Om tambahin lima kali lipat."
Astaga... kali ini Leo yang menyebarkan dirinya di dalam hati. Kalau sudah menyangkut materi dan menyombongkan hartanya, Adrian memang ahlinya.
"Udah tau di sini gak berkelas, kenapa masih mau ikut sama makan di sini?" tanya Leo dengan nada sinisnya.
Adrian mengangkat bahunya ringan. "Enak sih. Gimana dong?"
Leo menyeringai kecil saat memikirkan sesuatu. "Bunda juga suka junk food. Om gak tau?"
Mendengar Leo membawa-bawa Bundanya ke dalam percakapan mereka, perhatian Adrian langsung tertuju padanya. "Tau. Bunda kamu lebih suka pizza. Tapi dia tetap bisa kontrol ketertarikannya sama semua makanan ini," Adrian tersenyum lebar. "Bunda kamu kan paling takut kalau kelihatan gemukan. Katanya," Adrian berdehem untuk memeragakan suara Mala. "Aku udah hampir kepala empat. Kalau gak jaga pola makan, nanti bisa penyakitan. Terus obesitas. Nanti kalau udah obesitas, kamu gak mau lagi sama aku. Balik nyari cabe-cabean di pinggir jalan."
Leo menahan tawanya saat melihat senyuman Adrian yang kelihatan bodoh. Terkadang dia sering menjadikan perasaan Adrian yang masih sangat mencintai Bundanya menjadi lelucon di antara mereka. "Tapi akhirnya di tinggalin juga ya Om sama Bunda."
Adrian sudah akan mengangguk, tapi dia langsung menatap Leo tajam. Tawa Leo langsung terdengar seketika. Adrian mendengus kasar, menyuapkan sesendok es krim kedalam mulutnya.
"Leo!"
Kedua lelaki itu menoleh bersamaan ke asal suara. Seorang remaja perempuan tampak tersenyum lebar pada Leo. Membuat Leo mendengus dan memalingkan wajahnya. Tapi perempuan itu malah menghampiri mereka. "Hai Leo." sapanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adrian's Wedding
General FictionSebagian cerita sudah di hapus, cerita lengkap bisa di baca di novelme. Jodoh. Adalah satu kata yang memusingkan Adrian. Belum lagi selesai dengan rasa patah hati setelah merelakan wanita yang dia cintai kembali ke dalam pelukan mantan suaminya, Ki...