Rere terkejut saat menemukan Papanya di depan rumah Neneknya. Berdiri sambil menendang-nendang pelan entah apa pun yang berada di sekitar kakinya. Melirik sekitarnya, Rere tidak menemukan mobil yang biasanya mengantar dan menjemputnya ke sekolah selama dia tinggal di rumah Neneknya.
Adrian mengangkat kepalanya yang sejak tadi menunduk, mengulas senyuman khasnya pada Rere. Sayangnya, Rere tidak melakukan hal serupa meskpun kakinya mendekati Papanya.
"Papa ngapain ke sini? Kan gak di bolehin sama Nenek..." tanya Rere pelan. Tidak ada nada riangnya yang manja seperti biasa.
Adrian menyadari itu dan merasa sangat bersalah. "Hari ini Papa yang antar Rere, ya?"
"Tapi..."
"Udah bilang sama supirnya Kakek juga kalau hari ini Papa yang antar."
Adrian terdengar sangat berharap. Mau tidak mau Rere mengangguk padanya.
Tidak seperti biasanya saat berada di mobil berdua bersama Papanya, Rere yang senang berceloteh mengenai apa saja mendadak menjadi sangat pendiam. Adrian tahu apa alasan, dan untuk itu lah dia hari ini menemui Rere.
Remaja enam belas tahun itu jelas merasa kecewa pada Adrian. Bahkan Adrian tidak bisa berhenti merutuki kebodohannya sendiri hingga saat ini.
"Papa minta maaf, Princess." Desah Adrian berat.
Rere hanya diam mendengarnya.
"Foto-foto itu hanya masa lalu Papa. Papa bahkan gak ingat masih menyimpannya di sana. Papa udah bilang sama Mama untuk membuang semuanya."
"Papa masih cinta sama Bundanya Leo."
Gumaman Rere yang terdengar lirih membuat Adrian mematung seketika.
"Dulu, waktu Papa cerita tentang Papa dan Bundanya Leo, Rere merasa kasihan sama Papa. Tapi, setelah Rere tau kalau Papa adalah Papanya Rere dan sebentar lagi akan menikah sama Mama, Rere merasa... kecewa."
Adrian merasa tenggorokannya tercekat. "Papa minta maaf..."
Rere menggeleng lemah. "Papa gak salah. Mama bilang, jauh sebelum Papa kenal Rere sama Mama, Papa udah lebih dulu kenal dengan Bundanya Leo. jadi ini bukan salah Papa. Tapi... Rere tetap aja gak suka mikirim hal ini. Papa sebentar lagi mau menikah sama Mama, tapi yang Papa cintai bukan Mama."
Adrian mencengkram erat kemudinya. "Papa..."
"Rere senang kalau Papa dan Mama menikah. Itu artinya Rere akab punya keluarga. Sama kaya teman-teman Rere yang lain. punya Papa, punya Mama..." Rere menghela napas dan menunduk dalam. "Tapi... kalau Papa menikah tapi gak mencintai Mama, apa lagi Papa masih mencintai perempuan lain, Rere gak terima...
"Mama udah terlalu banyak menderita karena Rere. Dan Rere tau Mama mau menikah sama Papa juga demi Rere. Tapi... kalau Mama masih harus menderita karena menikah dengan Papa yang sama sekali gak mencintai Mama, bahkan masih mencintai Bundanya Leo, dan itu demi Rere..."
Rere menoleh, menatap sendu Papanya. "Rere lebih memilih Papa dan Mama gak usah menikah. Rere sayang sama Papa dan akan tetap sayang walaupun Papa sama Mama gak menikah. Mungkin jodohnya Papa bukan Mama, dan jodohnya Mama bukan Papa. Sesuatu yang di paksakan sering berakhir gak baik, Pa. Dan Rere gak mau itu terjadi pada Mama dan Papa."
Mobil yang di kendarai Adrian berhenti setelah berada di depan gerbang seklolah Rere. Saat melihat putrinya sudah akan keluar dari mobil, Adian menangkap pergelangan tangan Rere, menggenggam tangannya lembut.
"Re," suara Adrian menyerupai rintihan. "Semua itu cuma masa lalu. Papa bahkan udah gak mengingat masa lalu Papa lagi sejak ada kamu sama Mama."
"Papa belum bisa berhenti mencintai perempuan lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Adrian's Wedding
General FictionSebagian cerita sudah di hapus, cerita lengkap bisa di baca di novelme. Jodoh. Adalah satu kata yang memusingkan Adrian. Belum lagi selesai dengan rasa patah hati setelah merelakan wanita yang dia cintai kembali ke dalam pelukan mantan suaminya, Ki...