Adrian beranjak dari tempatnya, bersimpuh di depan kaki Gadis. Lalu memberanikan diri menggenggam kedua tangan Gadis. Ada penolakan halus yang Adrian rasakan, tapi Adrian tetap tidak melepaskan.
"Dis," panggilnya lembut. "Aku akui, aku egois, berengsek. Aku selalu memaksakan kehendak tanpa memikirkan orang lain. Tapi aku mulai capek, Dis... aku capek selalu seperti itu."
Gadis mengerjap lambat saat menemukan tatapan nanar Adrian yang memilukan.
"Aku kesepian... aku gak punya siapa pun untuk saling berbagi. Sebanyak apa pun yang aku berikan untuk orang-orang yang kuanggap bisa membuat aku bahagia, gak ada satupun yang mau membalas meski hanya setengah dari apa yang kuberikan."
Adrian menumpukan dahinya diatas genggaman tangan mereka. Pada akhirnya memilih memerlihatkan kerapuhannya pada wanita itu.
"Aku butuh seseorang untuk menjadi tempatku pulang setiap kali aku pergi. Seseorang yang bisa mendengar semua keluhanku mengenai pekerjaan sialanku di kantor, lalu memelukku untuk membantu mengurangi rasa lelahku. Aku butuh seseorang yang akan memberikan senyuman menenangkan setiap kali aku sedang kalut dengan pikiranku. Dan sebagai balasannya, aku akan menyerahkan seluruh kehidupanku padanya."
Gadis merasa sekujur tubuhnya merinding. Dia tidak mengerti mengapa Adrian melakukan semua ini, namun yang pasti saat ini Gadis tidak bisa melakukan apa pun selain terpaku dan merasakan genggaman tangan Adrian yang semakin menguat.
Adrian mengangkat kepalanya, menengadah menatap Gadis yang hanya diam dengan bibir tarkatup rapat.
"Termasuk juga cinta."
Cinta...
Gadis bahkan tidak pernah memikirkan satu kata itu selama tujuh belas terakhir ini. yang ada di pikirannya hanyalah Rere. Bagaimana cara untuk membuat putrinya itu selalu bahagia. Sedangkan untuk mencintai orang orang lain... Gadis merasa tidak perlu melakukan hal itu.
Dan kini, Adrian menawarkan cinta untuknya? Setelah semua ini terjadi, dan setelah lelaki itu baru saja menjelaskan betapa dia masih sulit melupakan mantan kekasihnya itu, Adria malah menawarkan cinta untuknya?
Bagaimana bisa Gadis bisa memercayainya.
"Bulshit jika sekarang aku mengaku mencintai kamu," Adrian menggelengkan kepalanya. "Belum. Aku belum merasakannya."
Entah kenapa Gadis malah bernapas lega mendengarnya.
"Tapi aku gak bisa menampik rasa yang mulai muncul di sini," Adrian menarik satu telapak tangan Gadis keatas dadanya, dimana Gadis bisa merasakan degup jantung lelaki itu. "setiap kali aku berada di dekat kamu, setiap kali aku melakukan kontak fisik dengan kamu, setiap kali aku merindukan kamu, disini rasanya sangat aneh. Seolah ada yang meledak dan membuat aku ingin merasakannya terus menerus."
Telapak tangan Gadis di atas degup jantung itu terasa gemetar. Dan kedua matanya yang sedikit melebar hanya mampu menatap ke arah sana, pada telapak tangannya.
"Walaupun masih ada nama wanita lain di sini, tapi aku akan berusaha keras menghapusnya. Demi kamu. Sampai nanti, tempat ini hanya akan ada nama kamu. Cuma kamu. Gak akan ada nama wanita mana pun lagi."
Gadis merasa kedua matanya memanas. Pasokan oksigen di sekitarnya terasa menipis hingga bahunya bergerak naik turun lebih cepat saat dia merasakan perasaan sesak yang menyakitkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adrian's Wedding
General FictionSebagian cerita sudah di hapus, cerita lengkap bisa di baca di novelme. Jodoh. Adalah satu kata yang memusingkan Adrian. Belum lagi selesai dengan rasa patah hati setelah merelakan wanita yang dia cintai kembali ke dalam pelukan mantan suaminya, Ki...