Give me a Vote baby:)
***
Virgo mulai menyerah sudah seminggu ini ia bersama Daddy-nya selalu ke kantor perusahaannya dan mulai mempelajari tentang ilmu bisnis. Virgo menghela nafas berat, ia pusing harus menghitung hasil arsip-arsip penting.
Manager kantor pusat perusahaan daddy-nya senantiasa memberikan wawasan tentang pelajaran dan masalah di kantor ini yang harus segera diatasi dengan cepat. Virgo hanya mengangguk mengerti.
"Kenapa harus saya sih Pak Bagas? Kan bisa si Ercy." Celetuk Virgo sambil menaruh bolpoinnya dengan kasar dan menatap Pak Bagas yang sebagai manager utama.
"Bukannya apa den Virgo, dulu den Ercy juga seperti ini. Ini pelajaran pertama, jadi pelajarilah dengan benar." Tegas pak Bagas yang membuat Virgo semakin malas.
"Tapi sekarang lagi liburan, pak Bagas. Saya sudah belajar ini dari umur saya 10 tahun, saya mau liburan dah." Selesai itu Virgo berjalan menuju pintu. "Dan Pake Bagas saya gak suka yang namanya di atur-atur." Lanjut Virgo lalu menutup pintu ruangan di kantor daddy-nya.
Virgo sudah menyiapkan diri untuk berbicara seperti tadi, ia pasti akan sudah siap menerima takdir bahwa ia pemegang perusahaan ini, tapi sekarang lagi liburan, setelah terkekang di sekolah dan di rumah pun sama.
Virgo berjalan di lobi kantor menjadi pusat perhatian pegawai perempuan dengan teriakan histeris. Virgo hanya memandang kedepan, mengacuhkan mereka lalu keluar dengan mobil yang sudah di siapkan.
"Makasih pa'de." Virgo memegang bahu seorang petugas valet. Ia sengaja memanggil pa'de karena ia merasa nyaman memanggil itu dari padanya namanya.
Virgo memasuki mobilnya lalu menginjak pedal gas menuju rumahnya. Ia sedang memikirkan cara untuk mendapatkan maaf dari Cancer, sudah beberapa hari ini ia tidak menghubungi Cancer tapi Cancer tidak menghubunginya.
Virgo memasuki kawasan rumahnya, lalu memakirkan mobilnya di depan rumahnya. Ia menatap mobil yang ia kenal, Virgo langsung lari kedalam rumah. Setelah masuk ia langsung berhenti menatap seseorang yang sedang duduk di sofa sambil merangkul sofa dan kakinya bertumpu pada kaki yang lain.
"Steven." Seru Virgo membuat orang yang bernama Steven itu menengok ke arahnya.
"Virgo." Seru Steven lalu berlari dan memeluk Virgo.
Virgo melepas pelukannya dari teman masa kecilnya yang bersekolah di Madrid. "¿Por qué no me das una palabra si quieres venir aquí?¹"
Steven mengangkat sebelah alisnya, ia merasa kalau wajah Virgo sangat terlihat kelelahan. "Sorpresa.²" Virgo hanya mengangguk.
Terjemahan:
¹ : "kenapa anda tidak bilang kalau anda ingin datang?"
² : "kejutan.""Steve anda masih mengerti bahasa Indonesia?" Tanya Virgo kepada Steven, Steven hanya mengangguk.
"Anda yang mengajarkan saya, Virgo." Ucap Steven seperti orang asing yang pertama kali berbicara bahasa Indonesia.
"Cukup baik daripada yang kemarin." Virgo tertawa membuat Steven ikut tertawa.
"Mengapa wajah anda?" Tanya Steven, Virgo tau maksud Steven lalu berjalan menuju sofa untuk mendudukinya.
"Sedikit capek." Jawab Virgo.
Steven mengangkat sebelah alisnya tidak mengerti. "Apa itu capek?" Virgo memukul keningnya pelan.
"Saya lelah karena kantor, Steve." Jawab Virgo berusaha sabar, orang bule mampir ke rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Conflict Of Love (Completed)
Teen Fiction❝ Dapat kepastian itu susah perlu perjuangan kalau gak ada perjuangan di pastikan kalian gak bakal berhasil.❞ K.A ❝ Hidup tanpa adanya keyakinan hanyalah sebuah drama. Hidup tanpa adanya kepercayaan hanyalah sebuah ranting pohon.❞ C.M.A.S ❝ Jangan m...