18. Desa Eyang

20 10 0
                                    

🌄🌄🌄

Gue membuka mata dengan malas, seperti ada dorongan untuk bangun. Gue menetral mata untuk melihat. Gue berjalan mendekati jendela untuk dibuka. Masih lumayan pagi.

Enak kali maen di kebun teh...

"Kenzie... Kenzie..." Teriak gue setelah berjalan dan di depan pintu kamar Kenzie.

"Apaan sih?" Suara Kenzie melas...

"Gue keluar ya... Gue balik harus ada sarapan oke?" Kata gue sembari berjalan keluar rumah menuju kebun teh yang berada di samping namun jauh lagi.

Setelah melewati jalan berliku akhirnya gue sampe di kebun teh. First time ma bro. Gue jalan terus tapi jalan mundur karena matahari nya silau.

Bruk...

Aww... Sakit anjir

"Kalo jalan itu gak usah mundur emang gak punya mata segitunya gak mau liat jalan." Suara-suara?? Familiar banget dikuping gue.

"Eh lu ya!..." Dah kok lu?? Ngapain dia kesini.

"Cancer..." Cicit Virgo langsung menunjuk muka gue. "Lah lu ngapain disini? Sok iye banget maen ke desa." Katanya sambil terkekeh ejek.

"Gue lagi dikejar maling, desa bukan punya lu ini yee." Ujar gue membalas ejekannya.

"Eyang gue yang diriin nih desa." Kata Virgo dengan sombong.

Gacaya gue mah...

"Tae..." Cibir gue sekaligus jijik. Dia malahan terkekeh geli.

"Kalo gak percaya, sini gue tunjukin semuanya." Ajak Virgo lalu menarik tangan gue.

"Mau taruhan?" Tanya gue sambil mengulurkan tangan. Virgo menaikkan sebelah alisnya.

"Apa?" Tanyanya sambil melipat kedua tangannya didepan dada.

"Mereka bikin kejahatan ketika gak ada anggota keluarga lu, dan kalo ada keluarga lu orang jahat ini adalah sebagai orang kepercayaan." Kata gue tersenyum miring.

Virgo terkekeh. "Yah, yang pasti gak lah." Ucapnya sambil bergelayut di ranting besar mangga.

"Taruhannya adalah kalo lu kalah harus nyiapin rumah sementara buat gue. Kalo gue kalah lu mau minta apa?" Tanya gue dan bersandar di batang pohonnya.

"Nanti aja gue mah." Katanya dan kali ini duduk di ranting besar pohon mangga.

"Lu mirip monyet." Ujar gue dan terkekeh geli, dia langsung loncat dari ranting.

"Emang ada monyet berwibawa kaya gue." Sombongnya kambuh lagi. Gue males ngeladenin jadi gue langsung jalan duluan.

Gue ngambil karung goni yang tersangkut di pohon rindang. Gue mencolek tanah liat yang dari bawah dan mencoreng wajah Virgo.

"Apaan sih lu?!" Sewot Virgo dan menepis tangan gue dari mukanya.

"Lu nyamar jadi pemulung dan gue pendatang baru." Kata gue dan langsung lanjut mencoreng wajah Virgo.

"Ada caping tuh..." Kata gue dan mengambil caping dari bawah pohon. "Pake... Lepas baju lu!" Titah gue langsung melucuti bajunya.

"Gue malu bego." Hardik Virgo sambil menutup badannya.

"Masih pake celana." Sahut gue sambil membolongi karung untuk kepala dan tangannya.

Setelah selesai gue kasih Virgo untuk dipake. "Ogah anjir make karung goni." Cibir Virgo sambil menatap tajam karung goni.

Conflict Of Love (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang