14. Ingin Mengetahui Yang Berlalu

39 12 0
                                    

Jangan lupa kawan-kawan untuk mem-vote. Menghargai itu lebih baik dari pada diam saja lho...
Hanya menggerakkan satu jari kebawah dan menekan bintang tidak ada susah nya...

Typo bertebaran =-O

-Author🤘 -SalamJomblo👋
______________________________________

Cancer'pov

Hahaha gue seneng banget Dylan kena perangkap gue. Tapi, ada sedikit bagian hati gue yang sakit, dan dengan cepat gue buang jauh-jauh.

"See? Lu nuduh gue gak-gak." Kata gue dan berbalik badan kembali menghadap semula. Dylan menjambak rambutnya frustasi dan kembali menuju kelasnya.

Gue masuk kelas dan langsung menghampiri Rey yang sedang tertawa kemenangan lalu gue hanya tersenyum. Gue langsung high five sama Rey dan tertawa.

"Kenapa lu gak jadi aktris aja? Lu liat mukanya gak sih, hahaha." Kata Rey sambil tertawa.

"Gak ah, nanti alis di bentuk-bentuk, bibir dimenor-menor, dada di umbar-umbar." Kata gue langsung membuat Rey tertawa bertambah kencang. Satu kelas ngeliatin gue sama Rey.

"Lepas kartunya dari handphone lu dan jangan lupa simpen buat gitu lagi." Kata gue dan Rey langsung terkekeh.

Bener... Ini semua ulah gue. Dan gue yang nyuruh Rey untuk SMS Dylan. Gue sengaja berdiri di depan biar di curiga tapi ternyata gak terbukti, gue selalu memasang wajah datar walaupun hati gue tertawa kemenangan. Hmm... juga sebenarnya gue gak tega liat Dylan tapi langsung gue usir pikiran itu.

Tiba-tiba dipikirkan gue terbesit apa yang mau gue inget 3 tahun lalu. Semua yang belum gue inget tentang Dylan setelah itu. Gue diam sejenak mengingat kejadian apa setelah itu.

Gue ama Dylan itu dulu sahabatan dari kecil bahkan pernah mau untuk pacaran, sampe akhirnya Bunda gue meninggal dunia karena pembunuhan.

Terpukul, ya wajar gue terpukul, Bunda gue meninggal dengan cara gak wajar. Bahkan hati gue udah niat buat membunuh pembunuh bayaran yang sudah dilacak Ayah gue, Andreas.

Dan... Akhirnya terungkap bahwa pembunuh bayaran itu suruhan dari Ayah sahabat gue sendiri, Dylan. Tak terima dengan pengakuan itu, gue langsung menelepon untuk menanyakan ke Dylan.

"Lan... Apa bener Ayah lu yang..." Bahkan gue gak berani buat ngomong kaya gitu, gue terisak dalam diam.

"Maaf Ken. Gue rasa kita sampe disini aja. Demi kebaikan kita." Kata Dylan yang terdengar dan tanpa aba-aba tangisan gue bertambah 2 kali lipat.

Telepon genggam yang gue pegang jatuh ke lantai, gue gemetaran sambil terisak. Sangat kacau pada 3 tahun lalu, kehilangan Bunda dan sahabat. Malamnya gue yang habis dari pemakaman sendiri dan gak tau Hercul ada dimana? Tiba-tiba Telepon berbunyi.

"Halo! Kediaman Ananda Callista." Kata pertama yang diajarkan Bunda untuk menjawab telepon rumah.

"Ini gue Arthur, Hercul lagi dipenjara karena bunuh orang." Boom sekali lagi bom meledak, seketika badan gue terjatuh duduk.

"Kenapa...?" Kata gue yang masih terisak, telepon gue peluk karena tak sanggup menerima kenyataan.

Gue langsung menutup telepon dan berlari menuju kamar mandi. Gue melihat diri gue di kaca, dengan mata yang bengkak karena terus menangis. Tanpa sadar gue memukul kaca itu hingga pecah dan gue nangis sambil teriak frustasi.

Disaat begini gak ada orang yang ada disisi gue, Ayah tidak ada, Hercul tidak ada, sepupu tidak ada, kerabat tidak ada bahkan sahabat juga, hanya diri gue sendiri.

Conflict Of Love (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang