«●»
Dua hari.
Dalam dua hari, Jennie dan Lisa sama-sama terlihat murung. Jennie dengan rasa bingung dan gelisahnya, sementara Lisa dengan rasa kesalnya.
Dulu, dulu sekali ketika Trouble Maker masih menjadi visualisasi dari 'hubungan seksi yang penuh cinta', Jennie mengenal Hyunseung. Awalnya mereka hanya bertemu di sebuah pesta yang diadakan agensi. Di akhir pesta itu, Hyunseung datang untuk memenuhi undangan teman-temannya— Big Bang. Di pesta itu, untuk kali pertama, Jennie melihat seorang Jang Hyunseung dari dekat. Hm... dia sangat berbeda dari kesannya, dia pria yang manis dan hangat, dia pria baik yang pemalu dan sangat berbeda dari kesannya didepan kamera, pikir Jennie ketika malam itu ia berkenalan secara langsung dengan Hyunseung.
Selepas malam itu, Jennie menjadi dekat dengan Hyunseung. Sayangnya, Hyunseung masih punya perjanjian tertulis dengan agensinya— perjanjian untuk tetap berada dalam koridor Trouble Maker. Perjanjian itu membuat Hyunseung tidak dapat memuja gadis lain selain partnernya. Jennie bisa menerima, saat itu Jennie meyakinkan dirinya kalau dia bisa menerima Hyunseung sekaligus perjanjiannya. Namun di suatu malam, di sebuah acara penghargaan musik, Hyunseung mencium partnernya. Bahkan walaupun Jennie itu itu hanya keperluan panggung, di saat itu juga, Jennie tahu kalau dia tidak bisa menerima Hyunseung dan perjanjiannya.
Dan dua hari lalu, mereka kembali bertemu. Setelah perpisahan yang cukup lama, mereka kembali bertemu dengan cara Hyunseung menatap Jennie yang tidak berubah.
Jennie baru saja kedatangan seorang pria baru dalam hari-harinya, seorang pria manis yang lembut dan hangat seperti Donghyuk. Namun dalam beberapa detik, hanya dengan sebuah tatapan lembut yang tidak berubah, Jennie kembali goyah.
Malam ini, bukan salah satu malam sibuk Blackpink, tidak ada hari-hari sibuk selama mereka masih berkutat dan fokus pada rancangan album baru mereka. Mereka mencurahkan seluruh waktu mereka untuk berlatih, berlatih, berlatih dan berlatih. Mempersiapkan album baru, hampir sama seperti kembali pada masa trainee, tidak perlu terlalu sering muncul di acara TV maupun acara-acara lainnya dan hanya menghabiskan waktu dengan latihan dan merekam apapun yang bisa mereka rekam.
Didalam lift apartement, selepas menikmati makan malam di agensi, Lisa dan Jennie menghela nafas mereka— untuk kesekian kalinya.
"Sebenarnya ada apa dengan kalian?" tanya Jisoo. "Aku benar-benar risih dengan helaan nafas kalian,"
"Aku juga," tambah Rose. "Katakan sesuatu agar kami bisa membantu kalian,"
"Aku tidak bisa menemui Donghyuk," jawab Jennie.
"Kenapa? Donghyuk masih marah?" tanya Jisoo yang kemudian melangkah keluar dari lift dan berjalan menuju dorm mereka.
"Anniyo, aku tidak tahu dia marah atau tidak tapi aku tidak bisa melihatnya. Setiap kali melihat Donghyuk... aku memikirkan pria lain dan itu membuatku merasa bersalah pada Donghyuk,"
"Tidak perlu merasa bersalah begitu eonni, bukan salahmu kalau kau tidak bisa menyukai Donghyuk," jawab Lisa, menanggapi cerita Jennie dan membuatnya mengingat kembali apa yang Donghyuk ucapkan padanya— kalau Donghyuk sebenarnya tidak benar-benar menyukai Jennie. Menurut Lisa, akan jauh lebih baik kalau Jennie tidak mengetahui apapun yang terjadi diantara mereka, di antara dirinya dan Donghyuk. "Mau bagaimana lagi kalau ternyata kau masih menyukai Hyunseung dan tidak lagi menginginkan Dong- astaga... sepertinya aku meninggalkan tasku di kantor," ucap Lisa yang tidak dapat menemukan ranselnya begitu ia masuk kedalam kamarnya.
"Tsk... kau semakin pelupa Lisa," komentar Jisoo. "Kau akan mengambilnya sekarang? Mau ku temani?"
"Anniyo, eonni istirahat saja... aku akan mengambilnya dan segera pulang," jawab gadis itu yang langsung berlari keluar, handphonenya ada didalam tas itu dan rasanya ia melupakan tas itu di meja kerjanya siang tadi, sebelum latihan.
Lisa berjalan menuju agensi, gadis itu hanya bisa berlari sampai di lift apartementnya kemudian berjalan di sisa perjalanannya. Dengan langkah santainya, ia melangkah menuju kantornya, menuju meja kerjanya di agensi dan menemukan tasnya disana.
"Hei kau disini?" sapa Jiyong yang baru kelihatan setelah dua hari lalu ia meninggalkan Lisa dengan sepiring sarapan. "Kenapa kau tidak menjawab pesanku?" tanyanya yang berjalan menghampiri Lisa dengan segelas kopi yang baru ia buat di pantri.
Lisa hanya diam, berfikir kenapa Jiyong bersikap seakan tidak ada apapun. Jiyong yang lebih dulu tidak membalas pesannya dan Lisa pun tidak tahu kalau Jiyong mengiriminya pesan.
"Aku belum membaca pesanmu, oppa" jawab Lisa, ada banyak perasaan aneh dalam dirinya, namun tanpa sadar, ia menekan semua perasaan aneh itu. "Aku baru selesai latihan dan pulang ke dorm, tapi ternyata tas dan handphoneku tertinggal disini,"
"Ah... begitu? Kalau begitu, apa rencanamu setelah ini?"
"Pulang ke dorm dan tidur?"
"Apa kau sakit?" tanya Jiyong yang kemudian mengulurkan tangannya dan menyentuh dahi Lisa dengan punggung tangannya. "Kau terlihat tidak bersemangat seperti biasanya, ada apa?"
"Anniyo, aku tidak sakit," jawab Lisa yang kemudian menunduk dan meraih handphonenya didalam tas, ia menghindari sentuhan Jiyong dengan menggerakan kepalanya dan berpura-pura melakukan hal lain. Ternyata Jiyong memang mengiriminya sebuah pesan. Jiyong mengajak Lisa untuk pergi bermain malam ini. "Kemana oppa ingin pergi malam ini?"
"Belum menentukannya, kemana kau ingin pergi? Tapi aku masih punya beberapa pekerjaan disini," ucap Jiyong yang kemudian menunjuk ruang kerjanya dengan dagunya. "Kemarin keponakanku sakit dan Dami noona memintaku membantunya, jadi aku tidak sempat kesini, ada banyak sekali pekerjaan hari ini,"
"Sakit apa? Apa parah?"
"Demam setelah imunisasi, kurasa, tapi sekarang sudah lebih baik, suami Dami noona sedang pergi ke luar negri jadi aku harus menggantikannya kemarin? Menjadi supir untuk sehari,"
"Ah... lalu oppa tidak lelah?"
"Memang apa yang ingin kau lakukan? Bukan mendaki gunung atau lari maraton kan?"
"Kurasa aku ingin melakukan yang lebih berat dari itu," jawab Lisa yang kemudian tersenyum. Gadis itu kesal dan merutuki Jiyong yang mengabaikan pesannya beberapa hari ini, namun di detik ini, ia berani bersumpah kalau kepalanya tidak bisa diajak bekerja sama. Ia tidak bisa marah atau memprotes Jiyong karena mengabaikannya. Ia pun tidak bisa menolak ajakan Jiyong. "Bekerja,"
"Hah? Bekerja? Seungri memberimu banyak pekerjaan hari ini?"
"Anniyo, ayo selesaikan pekerjaan oppa lalu kita pergi bekerja, bernyanyi, ke tempat karaoke," ajak Lisa membuat Jiyong yang sempat bingung kemudian terkekeh dan menganggukan kepalanya— Jiyong setuju untuk pergi ke tempat karaoke.
«●»
