«●»
Tempat berbelanja mereka akan tutup dalam waktu kurang dari 1 jam. Tempat itu sudah sangat sepi dan mereka bisa berkeliaran disana tanpa khawatir ketahuan. Jiyong sudah punya banyak bahan utama— seperti daging dan sayuran beku— didalam kulkasnya. Ia ingin pergi ke supermarket hanya untuk membeli beberapa bumbu instan dan minuman untuk rumah barunya.
Pria itu mendorong sebuah keranjang belanja, sementara Lisa berjalan di belakangnya, melihat satu persatu bungkusan yang menarik perhatiannya.
"Apa saja yang ingin oppa beli?" tanya Lisa yang kemudian merogoh sakunya, ia mengambil handphonenya yang baru saja kedatangan pesan baru.
"Aku mengirim daftar belanjanya ke handphonemu," jawab Jiyong sembari mengambil beberapa barang yang ada di daftarnya— bubuk bawang putih, merica, sampai garam.
"Kenapa oppa membeli cangkir juga? Bukankah oppa sudah punya banyak cangkir di Galleria foret?" tanya Lisa setelah membaca daftar yang Jiyong kirim
"Cangkir-cangkir itu harus tetap berada disana," jawab Jiyong asal.
"Tsk... bilang saja kalau sebenarnya oppa hanya butuh bumbu-bumbu itu tapi malu kalau belanja sedikit," ledek Lisa yang terus mengekori Jiyong. "Oh iya... rokok waktu itu, apa sudah habis?"
"Belum... masih ada 3 kotak,"
"Woah... oppa menghabiskan 1 kotak dalam sehari? Luar biasa... berapa uang yang sudah oppa habiskan hanya untuk membeli rokok? Pasti banyak,"
"Aku bisa menghasilkan uang lebih banyak dari itu," balas Jiyong yang kemudian membuat Lisa terkekeh.
"Haha kurasa begitu, kurasa oppa salah satu bagian dari Crazy Rich Asian, hehe,"
Tiba di rak yang berisi barang-barang pecah belah, Jiyong melihat-lihat cangkir dan gelas yang di pajang disana. Lisa bilang, dia akan membantu Jiyong berbelanja, tapi gadis itu berkeliaran sendiri— semaunya sendiri.
"Oppa... oppa... beli ini saja," ucap Lisa sembari menunjukan satu set peralatan minum teh berbahan keramik dengan warna abu-abu gelap.
"Hm... masukan saja ke keranjang," jawab Jiyong tanpa melihat apa yang Lisa pilih. Pria itu sibuk dengan beberapa piring didepannya.
"Dilihat saja tidak," gerutu Lisa. "Aku memilihkanmu cangkir teh bergambar barbie,"
"Hm... tidak apa-apa," ucap Jiyong masih tanpa melihat Lisa. "Aku suka gadis cantik,"
"Hh... belanja saja sendiri," jawab Lisa yang kemudian menaruh kembali peralatan minum teh pilihannya dan pergi melihat-lihat mainan di rak sebelah. "Panggil aku disana kalau oppa sudah selesai ya!" serunya sembari menunjuk rak yang ingin ia datangi. Lagi-lagi, Jiyong mengiyakannya tanpa menoleh. "Untung saja aku sabar... pantas Irene eonni mencampakanmu,"
"Ya! Aku bisa mendengarmu!" protes Jiyong membuat Lisa hanya terkekeh dan berlari pergi ke rak mainan.
Di rak mainan, Lisa berdiri di depan sederetan boneka binatang. Gadis itu melihat boneka kelinci sampai gajah disana.
"Hm... noona ingin sekali membawamu pulang, tapi tidak ada tempat lagi di kamar," gumamnya sembari melihat sebuah boneka panda besar didepannya.
"Kau belum selesai?" tanya Jiyong setelah ia tidak dapat memutuskan peralatan makan mana yang harus dibelinya— ia tidak bisa memilih satu, jadi ia mengambil semua yang menarik perhatiannya.
"Oppa, dengan siapa kau tinggal dirumah barumu?" tanya Lisa sembari melihat-lihat mainan lain di rak itu.
"Sendiri, ada apa? Kau mau mencarikanku teman?" tanya Jiyong dan Lisa langsung menoleh kemudian mengangguk.
