Lalisa Jung, seorang gadis ceria dan selalu bersemangat, seakan kedua hal itu telah mengalir di dalam darahnya, bisa dibilang dia cukup hiperaktif namun polos.
Tetapi karena itu, Lisa seringkali dihukum karena melewati batas, bisa dibilang ia memang sering membuat masalah, bahkan terlalu sering.
Dari segi rupa, Lisa tidak perlu diragukan, rambut coklat panjang, pipi tembam, mata bulat, senyummya yang menawan, dan jangan lupakan poni yang menambah kesan manis di wajahnya.
Selain sempurna dalam bentuk rupa, Lisa juga sempurna dalam bentuk materi. Ia terlahir di keluarga yang bisa dibilang kaya, Ayahnya Abraham Jung adalah pebisnis terkenal, yang setiap harinya bergelut dengan, ya tentu saja bisnis-bisnisnya.
**
Matahari sudah naik seperapat, dengan tergesa-gesa gadis dengan senyuman menawan itu memakai sepatunya, ia sudah terlambat sejak lima menit lalu.
"Cepat Lica, Leon udah belangkat!" Ucap Louis, adik Lisa yang baru berusia 3 tahun, tanpa menjawab Lisa menepuk kepala Louis lalu berlari cepat agar tidak terlambat.
Leonard, kakak Lisa sudah berangkat sejak tadi, meski satu sekolah keduanya jarang berangkat bersama, bukan Leon yang meninggalkan Lisa, melainkan gadis itu yang terlalu susah dibangunkan, kalau tidur sudah seperti orang mati.
**
Lisa yang baru diantar supir pribadinya pun turun dan bergegas lari menuju gerbang yang sudah ditutup.
"Pak Udin, izinin Lisa masuk ya, please!!" Pak Alimudin yang sering disebut Pak Udin ini adalah seorang penjaga gerbang sekolah, yang menjabat sudah 10 tahun lamanya.
Ia cukup mengenal Lisa, bukan apa-apa, melainkan karena Lisa yang sering sekali terlambat dan memohon padanya untuk di izinkan masuk. Karena merasa kasihan, Pak Udin sering mengizinkannya masuk.
"Yaudah cepetan Lisa masuk, sebelum ketahuan, tapi ingat ya besok-besok lagi jangan terlambat!" Lisa berbinar ia mengacungkan jempolnya pada si penjaga gerbang, seakan berkata besok dirinya tidak akan terlambat, meski hati dan pikirannya berkata begitu tapi rasa ngantuknya menolak, ia akan selalu bangun siang.
"Makasih yaa Pak, Lisa masuk dulu!" Lisa berlari masuk, menyusul teman-temannya.
Saat tengah berlari di lorong Lisa bertemu dengan sahabatnya Park Chaeyong, sahabatnya sejak SMP, teman curhatnya sekaligus manusia tersabar di dunia, karena memiliki sahabat sepolos Lisa memang agak sulit.
"Tuan putri gimana tidurnya enak?" Lisa mengangguk dengan senyum lebar andalannya, "Enak banget Chaeng, sampai susah bangun!" Lisa tergelak.
"Ya elah ni bocah, gak bosen apa di hukum pak Agus?" Lisa terbahak.
"Udah biasa Chaeng!"
Chayeong membulatkan mata "Udah biasa? Ya tapi gak segitunya juga dong, Berangkat pagi cuma seminggu sekali." Lisa terkekeh geli.
"Oke, besok Lisa berangkat pagi sama Leon deh, kalau berangkat sama Leon pasti gak terlambat!" Chaeyong mendengus,
"Serah!" Ucapnya malas.
"Oh iya pulang sekolah, temenin gue beli buku ya!" Pinta Chaeyong
Lisa berpose hormat, "Oke siap kapten!" Chaeyong mengacungkan jempolnya.
•••
"Chaeng, liat deh judulnya cinta pertama." Kata Lisa menunjuk sebuah buku di rak.
"Ya ampun Lis, cuma begitu aja heboh banget kayaknya." ucapnya Chaeyong malas.
"Jadi keinget Daniel." ucapnya lalu tersenyum manis.
Chaeyong tergelak. "Semoga Daniel-nya juga inget lo ya!" Lisa mengecebikkan bibirnya lalu mecibit lengan Chaeyong.
"Ihh jahat banget sih Chaeng," Lisa terdiam, "Kira-kira Daniel dimana ya, Lisa kangen!"
"Udah lah Lis gak usah inget-inget Daniel mulu, ingetkan terakhir kali kalian ketemu, dia cuek banget sama lo!" Ucapnya sambil mengambil buku dan membaca judulnya. Lisa terdiam, menatap sahabatnya.
"Dia pindah gak bilang sama lo, ngilang beberapa hari, tiba-tiba udah ngambil surat pindah aja, ketemu lo bukannya nyapa dan pamitan malah cuek kayak orang gak kenal, pacar macam apa?" Ucap Chaeyong dengan nada kesal.
"Udah dong Chaeng!" Chaeyong yang awalnya fokus melihat-lihat buku langsung menatap sahabatnya.
"Eh, jangan sedih dong, udah lah masa lalu, itu kan pas jaman-jaman kita SMP Lis, udah jangan diinget ntar lo makin sedih." Lisa meletakan buku yang sedari tadi ia pegang.
"Yaudah, kalau udah selesai nanti, kita ke Kafe yuk!" Ajak Lisa, mood-nya cepat sekali berubah, Chaeyong setuju dengan pendapat Lisa.
***
"Lis, move on dong!" Ucap Chaeyong yang sejak tadi memperhatikan Lisa mengaduk-aduk susu strawberry nya.
"Kok tiba-tiba ngomong gitu sih Chaeng?" Chaeyong mengusap lembut bahu Lisa.
"Gue gak mau aja lo mikirin Daniel, yang udah buat sahabat gue sedih!" Lisa mendengar ocehan sahabatnya itu dengan sesekali menyedot minuman favoritnya.
"Lis lo liat dong, di sekolah kita itu banyak cowok, ganteng-ganteng gak kalah sama Daniel, lagian ya, lo itu cantik siapa sih yang gak suka sama lo, pokoknya gue janji bakal dukung siapapun yang lo suka nantinya, asalkan lo move on dari Daniel."Lisa tersenyum geli mendengarnya.
"Banyak sih, tapi belum ada yang bisa buat jantung Lisa dugun-dugun kayak Daniel." Jawab Lisa santai sambil memakan pancake saus strawberry miliknya.
"Kalau ada?" Lisa tampak berpikir
Lisa sumringah, "Bakal Lisa pacarin!" Chaeyong terbahak seketika.
"Oke gue tunggu, dan ingat gue selalu dukung lo, termasuk dukung lo lupain Daniel" Lisa tertawa keras, ia belum pernah merasa berdebar ketika bersama laki-laki kecuali saat bersama Daniel.
Ia bahkan penasaran, apa ada laki-laki yang akan membuatnya berdebar juga?
**
TBC
Ff baru!
Taelice Shipper mana suaranya?
Wkwk Happy reading ya readers daebak❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Mine
Teen Fiction[END] Satu hal yang dipegang teguh Taehyung, menghindari masalah dan semua penyebab masalah-masalah itu, menghindari kepopuleran yang ia sebut sebagai sumber masalah. Terutama pada gadis bernama Lalisa Jung. gadis pengacau waktunya, Lalisa yang seti...