Wendy sampai d istana lagi. Ia melirik Irene di depannya yang berjalan mendahuluinya tadi.
Beloklah Wendy ke arah dapur tanpa sepengetahuan si putri. Sampai ia masuk ke dapur dan menutup pintu pelan membuat pelayan menjadi terkejut dengan kedatangan Wendy di sana.
" Ssttt!" Wendy berjalan mendekati mereka.
" Ada apa tuan kemari? Nanti putri marah."
" Tidak akan. Dia tidak tau aku ke sini kok." Kata Wendy seraya meraih buah apel di meja makan dalam melepas tas sekolahnya yang langsung di tangkap oleh salah satu pelayan di belakangnya.
" Biar saya cuci dulu tuan." Kata pelayan itu yang khawatir dengan kesehatan Wendy karena memakan apel yang baru di petik.
" Gwaenchanha. Aku tidak akan mati." Kata Wendy sambil mengunyah.
Wendy makan lahap apel itu sambil melirik dapur masak yang sangat luas sekali. Ia berjalan pelan keliling di daerah dapur sambil melirik senyum alat dapur.
" Emhh, maaf Bi."
" Ne tuan?"
" Makan malam jam berapa ya?"
" Makan malam jam 7 tuan."
" Ohh. Boleh aku memasak?"
" Memasak!?" Kejut semuanya. Wendy mengangguk senyum.
" Bantu aku agar bisa dekat dengannya."
***
Sampailah Irene di meja makan. Ia melihat makanan yang tidak biasanya di sajikan di sana.
Lalu ia melirik seseorang yang baru saja meletak piring Irene tepat di depannya. Irene mendongak. Ia melihat Wendy yang tersenyum simpul dengan pakaian koki dan topi putihnya sekali.
" Silahkan di nikmati tuan Putri." Kata Wendy lalu berlalu masuk ke dapur lagi dengan cepat.
Wendy menutup pintunya. Ia merosot bersandar di pintu itu lalu terduduk di lantai sambil bernafas tidak teratur.
" Tuan? Anda baik-baik saja!?" Para pelayan langsung membantu Wendy berdiri lalu terduduk di kursi.
" Dia sangat mengerikan bagiku. Ada apa dengan tatapan nya itu? Hah~~ mau mati rasanya saat berhadapan dengannya." Kata Wendy sambil meraih air putih yang di beri salah satu pelayan. Wendy pun meneguk air putih itu sampai habis. Ia pun sekarang bisa bernafas lega lagi.
" Tidak apa tuan. Lama-lama tuan akan terbiasa dengan Putri Irene."
" Ne~~ aku seperti nya sekarang sudah terbiasa dengannya." Kata Wendy memberi senyuman pada semua pelayan di sana.
" Fighting tuan!!" Teriak semua pelayan.
" Fighting!!" Wendy mengepal udara tangannya. Sambil menyemangati diri sendiri.
----
Wendy baru saja keluar dari istana. Ia melihat supir kerajaan sibuk mengelapi mobilnya itu di pagi hari.
" Ahjussi. Biar aku bantu." Kata Wendy yang langsung menyaut kain lap itu.
" Eh tuan. Tidak apa. Biar saya saja. Nanti tangan tuan kotor."
" Nggak papa kok ahjussi. Aku akan membantumu juga. Yang mana yang kotor lagi?" Wendy melempar tasnya ke dalam mobil. Ia mengendorkan dasinya lalu mulai menyirami sekujur badan mobil dengan air.
Supir itu tersenyum melihatnya dari belakang. Ia menatap Wendy yang mengelapi seluruh badan mobil sampai kinclong. Tanpa peduli kalau seragam sekolah nya akan kotor.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beauty and The Expert ✓ [C]
Fanfiction" Menikah dengan putri Irene!!!? aku nggak mau!!!! Dia beda jauh dengan kita Appa!!!? pokoknya aku nggak mau!!!" " Hei, ini memang janji ayahnya sebelum meninggal dunia. kamu harus menikah dengannya!" " ahhkkk!!!!!! aku nggak mau Appa!!!" " Gwaencha...