Irene duduk menatap sopan Neneknya. Sedangkan Wendy lebih sopan lagi dengan merundukkan kepalanya beberapa kali saat di lirik neneknya.
" Apa Jisoo tidak pulang-pulang?"
" Kemarin dia pulang Grandma selama 2 hari. Tapi paginya, ia mengejar penerbangan ke Dubai." Jawab Irene dan Wendy hanya mengangguk saja.
" Bagaimana kabarmu nak? Apa betah di sini?" Tanya Grandma yang membuat Wendy mengangguk sigap tanpa membuka mulut sangking takut dan gugupnya.
" Apa benar? Apa istrimu membuat mu tidak nyaman?" Irene terdiam. Dia sekarang yang malah merunduk takut.
" Aniyo Grandma. Dia baik sekali padaku. Selalu perhatian padaku, memasak banyak makanan untukku, lalu ia juga memasangkan dasiku setiap pergi sekolah. Dia juga bertanya padaku setiap saat, apa aku sudah makan atau belum. Lalu......bla..bla...bla.."
Irene mengangkat pelan kepalanya. Ia menatap kejut Wendy di sebelahnya. Tapi dengan wajah biasa agar tidak ketara kalau Wendy benar-benar berbohong mengatakan banyak hal tentang Irene.
" Mhh...." Senyum Grandma mengembang lebar. Membuat tatapan Irene melirik Neneknya itu.
" Kamu ternyata suami yang sangat pengertian. Grandma mau, jaga Irene ya....dia terlalu banyak diam sekarang..." Pinta Grandma. Wendy pun mengangguk senyum.
----
Setelah banyak mengobrol dengan Grandma, akhirnya Grandma pulang. Wenrene kembali masuk ke dalam istana dengan Irene yang masih kesal pada Wendy.
" Jangan berbohong pada Grandma lagi." Kata Irene.
"...."
Wendy nampak serba salah. Ia hanya pasrah dengan mengangguk lesu sambil memberi tundukan pada Irene.
" Dan....... berhentilah membuatku cemburu....." Kata Irene berlalu ke dalam kamar.
" Oh?" Wendy diam berhenti di atas tangga. Ia menyerngitkan dahinya sambil memikirkan sesuatu.
" Tadi putri bilang apa ya? Aku tidak dengar."
***
Irene sekarang siap. Ia berdiri di depan pintu kamarnya sambil merapikan penampilan nya itu. Karena agak sedikit mengganjal, wanita itu berlari ke meja rias. Kembali mempermak dirinya.
Sampai ia sudah selesai, ia mengangguk sendiri di sana. Wanita itu berjalan ke luar kamarnya. Ia melihat pelayan yang terdiam menatap dirinya.
" Aku sudah siap. Tidak usah di bantu." Kata Irene sambil tersenyum bahkan saat ia melewati para pelayannya, salah satunya malah mendapat cubitan pipi oleh Irene.
Mereka bingung. Hanya melirik lalu saling menggeleng tidak tau.
Sampailah Irene di depan meja makan. Duduk di sana, memainkan jarinya menunggu sang suami.
Tap!tap!tap!
Turunlah Wendy dari tangga menuju meja makan. Ia melihat Irene dengan ekspresi biasanya. Lalu ia mengalihkan pandangan lain saat ia melirik makanannya.
Irene menatap Wendy dari ujung. Dia cemberut dan terdiam kesal.
" Jinjja!! Dia tidak mengatakan apapun dengan penampilan ku!?"
Bahkan sampai di sekolah, Wendy langsung turun dari mobil. Meninggalkan Irene yang biasanya si Putri akan turun duluan. Tapi,........ Wendy melesat cepat saat melihat kedua temannya yang ingin masuk ke gedung sekolah. Padahal sedang ramai seperti biasa setiap keluarga kerajaan sampai di sekolah.
Kekesalan Irene menambah. Dia menahan marahnya. Es di hatinya kembali beku. Percuma, dia bangun pagi-pagi hanya untuk berdandan cantik di depan Wendy. Bukan mendapatkan perkataan'cantik' malah yang ia dapatkan acuh Wendy.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beauty and The Expert ✓ [C]
Fanfiction" Menikah dengan putri Irene!!!? aku nggak mau!!!! Dia beda jauh dengan kita Appa!!!? pokoknya aku nggak mau!!!" " Hei, ini memang janji ayahnya sebelum meninggal dunia. kamu harus menikah dengannya!" " ahhkkk!!!!!! aku nggak mau Appa!!!" " Gwaencha...