Maaf typo nya yaaa
Dari depan rumah sakit, sampai ke luar gerbang rumah sakit, banyak sekali mobil BMW hitam bersejajar di belakangnya. Bahkan wartawan siap siaga jikalau ia mendapati Wenrene di sana. Tapi sayang, kedua pasangan suami-istri itu telah berada di dalam rumah sakit. Tepatnya di dalam kamar VVIP dimana keluarga tiri Irene berada di sana.
" Mama~~" Panggil Irene walau nampak ragu.
Tapi sentuhan tangan suaminya membuatnya memberanikan diri.
" Mama, ini aku...... Irene...." Kata Irene sambil menyentuh punggung tangan Mamanya.
Suho sendu. Jisoo langsung memukul pundak Suho agar tetap tegar.
" Nyonya Kim koma. Tidak ada waktu lagi untuk nya sekarang. Kita hanya bisa berdoa pada tuhan agar Nyonya Kim di beri kemudahan."
Teringat oleh Irene perkataan dokter tadi padanya. Ia pun langsung menatap sedih ke arah wanita itu.
" Mianhe Mama. Irene sudah salah paham padamu. Irene tidak tau. Hanya saja, aku memang masih sangat menyayangi Eomma." Kata Irene sambil mengingat kasih sayang Eommanya dulu sebelum meninggal.
" Aku tidak mau berkata banyak lagi padamu. Tapi kali ini aku mohon, sadarlah....... Mama~~~ aku menantikan mu...." Lanjut Irene.
Wendy tersenyum kecil. Ia lalu pegang bahu kanan Irene sambil mengelus di sana.
Irene sentuh tangan Wendy. Ia berbalik dan mendongak melihat istrinya.
" Kamu sudah melakukan nya dengan tulus." Kata Wendy. Irene mengangguk seraya menoleh lagi melihat Mamanya.
Tiba-tiba air mata menetes di pipi kiri Mamanya. Membuat pandangan semua orang menyorot kejut Nyonya Kim.
" Mama..." Irene berdiri. Dia mencondongkan badannya ke arah Nyonya Kim. Lalu ia pegang tangannya.
" Go-ma-woyo~~~ Irene~~~~" Ucap Nyonya Kim.
Irene tersenyum lebar. Ia lalu peluk Mamanya membuat semua orang menimbulkan senyum bahagia.
Wendy menatap Irene di sana. Ia berbalik dan melihat Suho memberikan tundukkan dalam padanya.
" Makasih Hyung. Aku sangat berhutang banyak padamu." Ucap Suho sambil merundukkan kepalanya lagi.
" Mhh." Dehem senyum Wendy.
Ia pun berbalik lagi. Ia lihat Irene yang masih memeluk erat Mamanya yang memang masih belum bisa membuka matanya.
----
" Badanku dingin." Ucap Irene. Wendy langsung sigap membuka jaketnya lalu ia pakai ke tubuh Irene.
" Kan sudah aku katakan, jangan memakai pakaian ini." Kata Wendy seraya dengan Irene yang langsung bersandar di bahu Wendy.
Mengingat Irene memakai pakaian sebahu dengan di tutupi jaket berbulu lebatnya.
" Aku kira hari ini tidak dingin." Ucap Irene.
" Mhh. Sekarang sudah hangat?" Tanya Wendy merunduk melihat istrinya.
" Ne~~ aku menyukai kehangatan tubuhmu. Bau tubuhmu juga harum."
" Apanya yang harum?"
" Kamu."
" Jinjja? Tapi kamu tidak mencium bau aneh?"
Irene membuka matanya. Ia diam sebentar sambil menatap ke depan. Lalu ia menyerngitkan dahinya sambil mengangkat kejut badannya menjauh dari Wendy.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beauty and The Expert ✓ [C]
Fanfiction" Menikah dengan putri Irene!!!? aku nggak mau!!!! Dia beda jauh dengan kita Appa!!!? pokoknya aku nggak mau!!!" " Hei, ini memang janji ayahnya sebelum meninggal dunia. kamu harus menikah dengannya!" " ahhkkk!!!!!! aku nggak mau Appa!!!" " Gwaencha...