13

2.3K 305 18
                                    

Wendy mengunyah makanannya. Tapi ia juga melirik Irene di depan sana. Yang diam menatap makanannya sambil memainkan jarinya di atas meja makan kaca itu.

" Memikirkan apa lagi?" Tanya Wendy berjalan mendekati Irene.

Ia menggeser kursi di sebelah Irene. Lalu terduduk di samping istrinya yang sekarang menatap sendu dirinya.

Wendy membuang nafas singkat. Ia lalu meraih mangkok sup Irene mendekatinya.

" Dengar, semuanya pasti akan selesai. Masalah apapun dan sesulit apa masalah ini, pasti berakhir juga. Kamu tidak perlu memikirkan nya. Jika memang masih mengganjal di hatimu, limpahkan saja padaku. Aku malah menjadi suami yang jahat padamu jika menatap kesenduhan mu itu."

Wendy mengangkat sesendok nasi. Lalu ia sodorkan ke mulut Irene yang perlahan membuka.

" Dimana-mana, suami yang akan bertanggung jawab mengatasi masalah istrinya. Itu kata Appa padaku." Kata Wendy tersenyum sambil menarik kursi Irene agar lebih dekat dengannya.

Irene mengunyah pelan makanannya. Matanya menatap Wendy di sebelahnya yang sibuk tersenyum dan menyuapinya.

" Aku mencintaimu Wendy..." Ucap Irene dan Wendy hanya tertawa kecil sambil mengelus singkat rambut empunya.

" Jangan memberi wajah polos mu padaku. Itu sama sekali tidak cocok untukmu."

" Mwo!?" Marah Irene.

" Ani... Mianhe..." Ucap Wendy takut tapi ia masih terkekeh geli di sana.

" Nahh, sekarang makanlah." Wendy menggeser mangkok sup itu. Irene melas kembali. Ia langsung menjatuhkan badannya di badan Wendy sambil merengek minta di suap.

" Jinjja. Sejak kapan kamu jadi seperti ini padaku?"

" Sejak kemarin. Aku menahannya. Sikapmu membuatku ingin selalu bermanja-manja denganmu." Kata Irene sambil menendang-nendang kakinya di bawah kursi.

" Hah~~ aku nggak mau ah." Kata Wendy yang beranjak berjalan menjauh dari sana.

" Ahhh~~ Wendy~~ aku nangis ya..." Teriak Irene merengek langsung di meja makan sambil menghentakkan kakinya di sana.

" Ya!" Wendy berlari kembali ke ruang makan. Ia menahan taplak meja makan yang ingin di tarik Irene hingga semua makanan berguncang di sana.

" Makanya!!! Palli!" Perintah Irene.

Wendy menatap kesal Irene. Ia lalu berjalan kembali duduk di kursinya dengan Irene yang langsung melingkar kan tangannya di lengan Wendy sambil menganga menerima segera suapan sang suami.

" Hah~~ ku pikir dia tidak akan bisa merengek seperti anak kecil."

" Siapa bilang!?"

" Aku."

" Iihhhh!!!!"

" Iyaya... Mianhe."

" Uhh~~ Miss you baby.."

***

*Di sekolah*

"Mwoya?" - Lisa

" Heiiss...ada apa dengan mereka berdua?" - Seulgi

" Jinjja! Aku merasa panas di badanku!!" -  Jennie

Semua murid melirik dua orang yang duduk piknik di bawah pohon dekat lapangan basket.

" Ahh~~"

" Irene.....kita dilihatin tau. Udahlah~~"

" Wae? Kamu nggak mau aku suap ya!? Yaudah. Kalau nggak mau!!"

Irene berdiri. Ia berjalan menjauh dari sana.

" Ani Irene-ah. Mianhe...." Wendy berdiri dan melesat cepat mengejar Irene.

" Irene!" Tahan Wendy menarik Irene.

" Apa sih!"

Sekarang ketiga teman Wendy di buat lebih kesal lagi. Bertengkar di depan mereka yang duduk dipinggir kursi simpan koridor. Jadi mereka mendongak menatap kedua orang itu sambil mengunyah makanan mereka. Seperti merasa berada di dalam bioskop.

" Mianhe~~"

" Ahh! Nggak mau maafin! Apaan coba! Giliran di suapin sama Jennie aja mau banget kamu!!! Giliran sama istri malah nggak mau?!!"

" Loh? Gue?" Jennie terkejut. Lisa dan Seulgi melirik Jennie yang duduk di sebelah Lisa.

" Kapan?" Tanya Wendy.

" Pasti pernah kan?"

" Nggak pernah."

" Bohong."

" Siapa yang bohong? Buat apa bohong sama kamu?"

" Banyak! Kamu bohong sama aku! Kamu pernah bohong kalau kamu pergi ke perpustakaan, taunya malah di bar!!"

" Eh... kalau...itu....."

" Nahkan!! Makanya nurut ama istri!!"

Lisa dan Seulgi berdiri serentak. Ia menatap kesal ke arah Wendy. Karena tidak berani menatap Irene langsung.

" Ya! Lo mau deketin Jennie ya!?" Marah Seulgi

" Wahh bener-bener lo Wen. Nikung adik ipar sendiri lo.." Dorong Lisa.

Jennie langsung memukul keningnya singkat. Ia merunduk sambil menggeleng kan kepalanya. Irene masih saja ngambek. Dia lebih memilih pergi ke kelas.

" Irene!" Teriak Wendy yang berlari cepat menyusul Irene.

Ting! Lift terbuka. Irene baru ingin melangkah. Tapi ia malah bertemu dengan Nancy di dalam sana. Dengan seorang pria yang langsung menatap kejut dirinya.

Irene menoleh. Dia terdiam sambil mundur ke belakang lagi dengan wajah yang tiba-tiba berubah sangat dingin.

" Irene,...mian---" Wendy terdiam. Dia menatap biasa dua orang di dalam lift itu.

" Irene..."

" Kenapa kemari?"

" Aku mencarimu Noona."

" Jangan panggil aku Noona. Aku bukan kakakmu."

Irene berbalik. Ia berjalan menjauh dari sana. Wendy menatap kepergian Irene yang menjauh.

" Irene Noona!"

Drab!!

Wendy langsung menahan badan pria itu. Pria itu menoleh ke belakang melihat Wendy.

" Kim Suho,...."

" Lo.....suami Irene Noona?"

" Mhh..."



















Bintang 40



















Author bakal



















































































Update besok.🤣🤣🤣

The Beauty and The Expert ✓ [C]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang