" Wen--"
" Gwaenchanha."
Wendy merangkak mendekati Irene. Tangannya nampak gemetaran minta ampun. Dia berusaha menahannya. Tapi kali ini, dia tidak boleh gagal. Cukup kemarin saja, dia melakukan kesalahan saat sedang ingin bercinta dengan Irene.
Perlahan dan tidak gegabah, Wendy menatap Irene sambil melepas baju istrinya. Selesailah sudah dengan kesabaran Wendy yang sangat geram melihat kancing baju Irene di mana-mana. Belum lagi resliting baju Irene di belakang. Wendy sempat berfikir, ' ini baju atau apa sih!?"
" Heisshg!" Gerutu Wendy membuat Irene terdiam kaku.
" Mianhe Irene~"
" Ah?"
Sreeeekkkkk~~~!!!"
Wendy merobek lebar baju Irene. Lalu ia angkat lepas baju Irene dan ia lempar ke bawah kasur.
" Wendy~~~" Irene lihat Wendy yang mendorong dirinya tertidur.
Wendy diam saja. Ia langsung menyambar bibir Irene tanpa mengatakan apapun lagi.
" Loh....kok...beda?"
Irene tatap Wendy di atasnya. Yang terus saja mencium dan menghisap bibir nya.
Irene terlena. Ia pun langsung
Mengalungkan tangannya di leher Wendy. Lalu ia tarik Wendy agar lebih dekat lagi dan memperdalam ciumannya.Wendy menghisap bibir bawah Irene. Tangannya bergerak mengelus pelan paha Irene lalu naik ke pinggang Irene.
" Emhhhh~~~~~"
Erang tahan Irene merasakan geli saat Wendy terus mengelus hampir mengenai daerah gundukan nya.
Irene menahan tangan Wendy seraya dengan bibirnya yang masih dikuasi oleh Wendy. Bibir Wendy yang tadinya mengecup lembut bibir Irene sekarang lidah pun ikut serta dalam perang bibir mereka.
Suara ciuman menjuru di seluruh ruangan kamar mereka. Untungnya, orang tua Wendy tidak mendengarnya. Dan untungnya lagi, keadaan kamar dalam keadaan gelap.
" Ahh~~~~"
Desahan Irene membuat Wendy berhenti sebentar. Ia membuka matanya.
" Mianhe." Ucap Wendy.
" Jangan meminta maaf padaku lagi." Kata Irene sambil membuang nafas panjang dengan tangan yang merenggang karena tadinya ia mencakar punggung Wendy.
Wendy mendongak. Ia menatap Irene dari dekat sambil mencakup kedua pipinya.
" Kenapa kamu sangat cantik?" Tanya Wendy.
" Molla~" Jawab Irene sambil tersenyum lebar pada suaminya.
Wendy tertawa. Ia lalu cium lagi istrinya dengan sentuhan paling lembut.
" Engg~~"
Wendy berhenti. Dorongan Irene membuatnya bingung.
" Wae... waeyo?"
" Emhh~~ aku rasa kita jangan melewati batas."
" Loh?kok..."
" Aku tau maksud mu. Tapi, kita masih SMA Wendy. Bulan depan, tahta kerajaan akan turun. Dan bulan depannya lagi, kita akan ujian. Aku takut nanti aku hamil lagi. Terus, ujian gimana? Kalau soal tahta si nggak papa. Cuman,....aku takut nanti aku kebanyakan absen lagi. Nggak mungkinkan kalau aku sekolah saat hamil..."
Wendy terdiam. Dia lalu menatap lemas Irene di depannya.
" Ahh~~ baiklah. Aku tidak akan melakukannya." Kata Wendy sambil tersenyum lalu mengelus kepala Irene.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beauty and The Expert ✓ [C]
Fanfiction" Menikah dengan putri Irene!!!? aku nggak mau!!!! Dia beda jauh dengan kita Appa!!!? pokoknya aku nggak mau!!!" " Hei, ini memang janji ayahnya sebelum meninggal dunia. kamu harus menikah dengannya!" " ahhkkk!!!!!! aku nggak mau Appa!!!" " Gwaencha...