Maaf jika typo membuat kalian membaca jadi terhendat
" ahh~~"
Irene meremas kuat punggung Wendy. Ia merasakan hentakan kuat di bawah sana saat Wendy memasukkan dick nya itu.
" Ya~~~ ja-jangan kuat-kuat~~~" kata Irene sambil memejamkan matanya merasakan dorongan pelan dick Wendy.
Wendy Bergerak turun naik. Bibirnya sibuk mengecup leher putih Irene. Menelusuri nya dengan keringat yang langsung mengguyur badannya.
Irene terus mendesah kenikmatan. Ia memejamkan matanya dengan kerutan wajah nya. Ia menarik tengkuk Wendy sambil mengerang dalam diam.
Tangan Wendy meremas dua gundukan Irene. Nipple Irene terus ia mainkan. Memelintirkan nya dan bahkan memencetnya seperti tombol.
Toktoktok!!! Wenrene menoleh ke arah pintu kamar dengan cepat.
" Tuan.... Putri... makanan sudah siap."
" Emhh~~ahhh~~ ya!" Teriak Irene sambil memukul Wendy karena pria itu tidak berhenti memaju mundurkan pinggulnya.
" Mi-mianhe..." Ucap Wendy sambil kembali mengecup bibir Irene.
" Tuan, Putri...apa kalian baik-baik saja?" Tanya pelayan di luar kamar.
" Menyingkirlah dulu~" kata Irene sambil menyudahi ciumannya dengan Wendy. Wendy berhenti. Ia diam menatap Irene sambil menarik nafas yang tersengal-sengal itu.
" Kami tidak makan malam. Bawa kembali saja makanan nya ke dapur." Kata Irene sedikit berteriak pada pelayan istana.
" Nee putri~~" Jawab mereka.
Terdengar suara pijakan kaki mereka yang turun dari tangga menuju lantai bawah. Wendy Bergerak pelan lagi mendekati Irene.
" Stop it!" Henti Irene membuat Wendy berhenti bergerak segera.
" Kamu mengimpit kakiku. Sakit tau!!" Kesal Irene. Wendy langsung mengangkat kakinya ke sampingnya.
" Sudah?"
" Belum. Kenapa bantalnya sangat tid--"
" Ini." Wendy langsung menarik kejut bantal yang sedang di tiduri Irene. Ia menggantinya dengan bantal sebelah.
Wendy mendekat lagi. Ia ingin menciumi Irene lagi. Tapi langsung di cegat Irene dengan cepat.
" Apa lagi!!!?" Kesal Wendy yang sudah gerah setengah mati.
" Hauussss..." Rengek Irene sambil menggeliat di dalam selimut.
" Heiishh jinjja!!" Wendy ingin turun dari kasur. Tapi Irene langsung menahannya dan menarik diri nya agar tertidur lagi di atas badannya.
" Aku bercanda sayang~~" Irene tersenyum lebar. Wendy masih dalam keadaan kesal. Tapi ia langsung melanjutkan aktivitas nya yang terhambat itu.
" Changkkaman."
" Hah~~~" Wendy melemaskan kepalanya di samping kepala istrinya. Ia sangat kesal. Baru ingin melakukannya lagi, si nyai malah banyak maunya.
" Kakiku keraaaammmm~~~"
Wendy mengangkat badannya. Ia menatap panik Irene yang segera terduduk sambil menangis keras memegangi kakinya.
" Ya~~ kenapa bisa keram!?" Tanya Wendy sambil memijit kaki Irene dan membuat nya agar berhenti menangis.
" Ahhh~~~ molla~~~~!!!!!"
***
Wendy keluar dari kamar. Ia berjalan turun segera masuk ke dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beauty and The Expert ✓ [C]
Fanfiction" Menikah dengan putri Irene!!!? aku nggak mau!!!! Dia beda jauh dengan kita Appa!!!? pokoknya aku nggak mau!!!" " Hei, ini memang janji ayahnya sebelum meninggal dunia. kamu harus menikah dengannya!" " ahhkkk!!!!!! aku nggak mau Appa!!!" " Gwaencha...