Ochi duduk sambi mengehentakkan kakinya seraya menunggu seseorang di depan ruang BP. Ia mendongkan kepala nya saat melihat Kevin keluar dari Ruang BP. Ochi berdiri dari bangku yang tersedia di depan ruang BP itu, ia melihat wajah Kevin dengan banyak luka sekilas laku beranjak pergi."Mau lihat gue apa Miko?" Gumam Kevin lembut.
Langkah Kaki Ochi terhenti, ia membalikkan badannya lalu melangkah mendekat kearah Kevin. Ochi menarik pergelangan tangan Kevin lembut kearah UKS.
Kevin duduk disalah satu bilik kamar UKS, ia menatap lekat wajah Ochi yang sibuk membersihkan sudut bibir nya dengan handuk. Senyum Kevin mengembang di bibirnya melihat wajah khawatir Ochi. Keadaan menjadi canggung tidak ada satupun suara diantara mereka hanya bunyi jarum jam yang terdengar dari ruangan tersebut.
"Gue di skors"
Ochi membulatkan matanya "Miko?"
Kevin berdecih singkat, sepertinya nya Ochi mengkhawatirkan lelaki yang bernama Miko itu "engga"
"Kok bisa"
"Kan gue yang mukul dia diluan"
Ochi menarik nafas nya, mencoba mengerti dengan keadaan sekarang saat ini.
"Kan udah gue bilang, jangan urusin hubungan gue sama Miko"
Kevin mengangkat satu alisnya mencerna kalimat Ochi barusan.
"Jangan khawatirkan gue, apalagi ngasih perhatian lebih ke gue" Sambung Ochi
"Karena bisa nimbulin luka" gumamnya.
Kevin menarik nafas nya, menatap lekat wajah Ochi yang sibuk memberi obat merah kepada Kevin.
"Lo tiduran aja, nanti gue ijinin ke guru kelas lo yang masuk" katanya, lalu melangkahkan kakinya keluar dari UKS
Kevin hanya diam lalu tersenyum singkat melihat kepergian Ochi.
***
Tugas Matematika sering kali membuat Ochi pusing akan hal itu, tumpukkan kertas berisi coretan-coretan angka bertebaran di meja belajarnya. Ochi tidak begitu ahli dalam hal matematika ia lebih cenderung suka dengan pelajaran sosial maupun politik.
Matanya memandang layar HP, menggeser-geser menu hape yang sama sekali tidak ada notifikasi dari siapapun.
Pintu kaca yang menghubungkan Kamar nya dengan balkon berbunyi seperti ada yang mengetuk, ia melangkahkahkan kakinya untuk mendekati balkon dan membuka pintu kaca nya. Dilihatnya Kevin yang berdiri disana membawa sebungkus yang berisi indomie kuah.
"Nih"
Ochi mengambil indomie kuah tersebut yang terlihat masih panas.
"Makasih"
"Chi, tolong jangan ngehindari gue" Gumam Kevin lembut,
Ochi menarik nafasnya, ia menatap lekat wajah Kevin yang masih ada bekas luka lebam.
"lo tenang aja, gue lagi berusaha ngehilangi perasaan gue ke elo"
"Kenapa harus dihilangi?" Tanya Kevin, Ochi menatap wajah Kevin, apa maksudnya mempertanyakan hal itu
"Karna gue capek, jatuh cinta sendiri"
"Kalo gitu kita sama-sama jatuh cinta, biar lo gak capek ngerasai sendiri"
"Ha?"
Kevin tersenyum, mendekatkan langkah nya kehadapan Ochi, menatap mata bulan sabit Ochi.
"Chi, makan ya indomie nya" kata Kevin lalu memabalikka badannya kearah tangga yang ia naikkin saat memanjat ke balkon kamar Ochi.
Ochi masih terdiam kaku melihat kepergian Kevin.
***
Ochi membuka pintu caffe yang sering sekali ia datangi dengan Kevin saat itu. Ia melihat Kevin yang memainkan ponselnya dan duduk di meja bertender tak lupa menyeruput juice yang ia pesan.
"Mas, saya pesan jus jeruk" kata Ochi sehingga membuat Kevin mengalihkan pandangannya kearah Ochi yang tiba-tiba sudah disampingnya.
" lo gak sekolah?" Tanya Kevin tak lupa dengan raut wajah kagetnya.
"Ngehindari tugas matematika" jawab Ochi datar
Kevin tersenyum melihat Ochi.
"Katanya mau ngehindari gue"
Kalimat Kevin barusan membuat Ochi terdiam, dia beranjak untuk berdiri, lalu ingin melangkahkan kakinya. Kevin tertawa gemas dengan tingkah Ochi. Ia memegang pergelangan tangan Ochi membuat langkah wanita itu terhenti "jangan ngehindar dari gue" katanya sedangkan Ochi masih tetap terdiam.
"Karna gue jatuh cinta sama lo" Kalimat Kevin barusan tentu saja membuat Ochi terdiam kaku.
"Jadi, lo ga perlu capek ngerasai sendiri karena gue juga ngerasai hal yang sama" sambung Kevin,
Senyuman Ochi mengembang di bibir tipisnya, matanya menatap lekat wajah Lelaki itu, begitupun Kevin.
Kevin menarik tangan Ochi untuk keluar Caffe, membawa Ochi kearah motornya dan memberikan helm kepada wanita itu.
"Mau k-kemana?" Tanya Ochi gugup
"Menghirup udara segar, kapan lagi kita bebas dari tugas matematika" Jawab Kevin.
Senyum Ochi kembali mengembang, ia memakai helm nya, lalu menaiki motor Kevin,
Selama diperjalanan Tidak ada suara dari mereka, hanya senyuman yang mengembang di bibir keduanya, Ochi memeluk erat pinggang Kevin. Entah mengapa rasanya berbeda dari sebelumnya, rasa yang dulunya hanya sebatas teman hingga menimbulkan rasa diantara mereka.
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
UNTUK APA?
Teen FictionOchi Ceycilia sangat berteman baik dengan Kevin januar, namun dibalik pertemanan mereka ada rasa yang belum pernah Ochi ungkapkan kepada Kevin. Ia sadar, bahwa Kevin hanya teman nya, rasa canggung selalu menghantuinya jika ia mengatakan bahwa ia men...