Chapter 13 (Memories 3rd)

2K 100 1
                                    

Senja menampakkan diri.menunjukan warna jingga yang menyejukkan. Mentari mulai tengelam ke ufuk barat. Talia masih terduduk lemas sambil menyender dipohon.

"Apa kau ingin kembali ke Buper.? "Ucapnya. Talia mengangguk. Ia rasa tenaganya sudah pulih. Ia hendak bangkit dari duduknya namun ia rasa sakit dikaki kanannya.

"Aw, sakit banget.. "Rintih Talia. "Ada apa.? "Ucap tentara itu.

"Entah lah. Aku rasa kaki ku begitu sakit." Rintih Talia. Tentara itu memperhatikan Talia yang merintih sambil memegang kaki kanannya.

"Maaf kan aku. Boleh aku cek.? "Ucapnya. Talia mengganguk. Tentara itu menyinsingkan jeans Talia hingga setengah betis. Menampakkan betis gadis itu yang membiru.

"Aku rasa kau tidak akan bisa berjalan jika sudah seperti ini. Apa lagi ini sudah hampir gelap. "Ucapnya. Talia menganguk. "Ya, kau benar. "Ucap Talia lesu.

Tentara itu iba. Ia begitu yakin Talia, sangat ingin kembali ke Buper. "Ayo, aku bisa mengantar mu. "Ucap tentara itu. "Tapi aku tidak bisa berjalan. Kaki ku.. "Rintih Talia.

Tentara itu berjongkok membelakangi Talia. "Naik lah. Aku akan mengendongmu. "Ucapnya tulus. "Apa kau tidak keberatan? "Ucap Talia. Tentara itu mengeleng. Dengan begitu Talia pun naik dipunggung Tentara itu.

Talia mengulungkan lengannya dileher tentara itu. Tentara itu tidak mengeluh sedikit pun. Walaupun ia melewati jalan yang mendaki seperti ini.

Setelah beberapa menit berjalan Talia meminta untuk berhenti. Ia tahu. Tentara itu pasti kecapekan. Talia menyender dipohon besar. Bersebelahan dengan tentara itu.

"Aku Lia. "Ucap Talia. "Senang mengenal mu, Lia. "Ucap tentara itu. "Mmm nama mu.? "Ucap Talia ragu. "Aku rasa itu tidak penting. "Ucapnya. Setelah mengatakan hal itu keheningan tercipta diantara mereka.

"Apa yang membuat mu begitu ingin kesini.? Hutan ini cukup berbahaya. "Ucap tentara itu. Talia mengalihkan pandanggannya kedepan.

"Tujuan ke sini adalah menikmati pemandangan alam yang begitu indah. Dan jika boleh aku begitu ingin menikmati pemandangan tersebut dari rumah pohon. Bersantai. "Ucap Talia. Ia menjeda pembicaraan nya membayangkan betapa indah Ekspetasi nya.

"Hhaaa aku konyol kan. Memangnya di hutan ada rumah pohon? Itu kan cuma ada di novel-novel."Ucap Talia tertawa hambar. Tentara itu memperhatikan raut wajah Talia. Gadis itu sepertinya kecewa berat. Jangankan ingin bersantai dirumah pohon gadis itu saja malah hampir mati dijurang dan berakhir dengan tersesat seperti ini.

"Aku akan mengajak mu kerumah pohon. Aku harap setelah kita berpisah kita masih bisa bertemu lagi. "Ucapnya. Talia mengalihkan pandanggannya. Memperhatikan wajah tentara itu yang bersinar karna terkena sinar senja yang berwarna ke jingaan.

Tiba-tiba saja terdengar langkah kaki seseorang yang mendekat. Semakin nyaring hingga membuat Talia dan Tentara itu mencari keberadaan nya.

"Hey. Ternyata kau disana. "Ucap tentara lain dengan beberapa orang yang merupakan panitia outbound.

Tentara itu segera bangkit dan menghampiri mereka. "Maaf tidak kembali ke tenda lebih awal. Aku menemukan gadis ini terluka dan tersesat. "Jelas tentara. Talia mengangguk memperhatikan mereka.

"Itu benar. Jika saja dia tidak menolong ku mungkin saja aku sudah mati karna terjatuh didasar jurang. "Ucap Talia. Mereka mempercayai nya.
"Baik lah. Talia kau harus kembali ke Buper. Ini baru setengah jalan. "Ucap salah satu dari ketiga Panitia.

"Kaki ku. "Ucap Talia. Panita pun segera mengeluarkan tandu dan menuntun Talia untuk segera berbaring diatas tandu.

Panitia mengecek betis talia. Ternyata selain berwarna kebiruan kaki Talia juga terkilir.

"Kaki mu terkilir. Aku akan memperbaikinya. "Ucap Nandini, salah satu panitia.

"Owh. Baik lah. Sudah mulai membaik. Ayo kita kembali ke buper. "Ucap Nandini setelah selesai dengan memperbaiki kaki Talia yang terkilir.

"Baik lah. Kami duluan. "Ucap Ari,Dimas dan Rafa. Kedua tentara itu pun mengangguk. Dengan begitu Talia dan panitia itu pun segera pergi meninggalkan mereka.

Tentara yang menyelamatkan Talia menatap kepergian Talia bersama Ari,Dimas, Rafa dan Nandini.

"Ayo kita juga harus segera kembali. "Ucap tentara yang lain. Tentara yang menyelamatkan Talia pun mengangguk. Setelah itu mereka pun kembali ke tenda.

***

"Lia, Kamu ngak papa? Cecilia khawatir tau. "Cecilia datang terburu-buru begitu Talia sampai di Buper.

"Turunin kak. "Ucap Talia. Rafa,Nandini,Dimas dan Ari pun segera meletakkan tandu ke tanah. Talia bangkit dengan dibantu Cecilia.

"Makasih ya kak udah bantu nyari in Talia. Cecilia senang banget. Makasih. "Ucap Cecilia. Nandini, Ari, Dimas dan Rafa pun mengangguk dan segera meninggalkan Cecilia dan Talia.

Talia berjalan tertatih dengan Cecilia yang memapah gadis itu. Talia kebinggungan melihat Hana yang sudah menunggu didepan mobil.

"Kok ada tante Hana.? "Ucap Talia binggung. "Hheee itu Cecilia hubungin mama gara2 Talia sesat. Kita langsung pulang ya.."Ucap Cecilia. Talia tak bisa berkata-kata lagi mungkin ini sudah yang terbaik.

Menikmati pemandangan. Sampai ke puncak. Kerumah pohon. Foto2 di puncak. Hanya sebatas ekspetasi.

Cecilia dan Talia pun segera masuk kemobil. Mereka akan meninggalkan Buper.

Talia memperhatikan pemandangan dari kaca mobil yang tembus pandang. Samping kanan-kiri mereka masih hutan lindung.

Talia mengingat seseorang yang rela mempertaruhkan nyawanya hanya untuk menolongnya. Seseorang yang sama sekali tak ia kenal. Bahkan sampai sekarang Talia tidak tau siapa nama orang itu.

"Apa yang ia lakukan sekarang.? "Batin Talia. Mobil yang ia tumpangi melaju menuruni dataran tinggi karna memang Buper mereka berada didataran tinggi. Talia masih membayangi wajah tentara tadi dan semua pengorbanan yang telah tentara itu lakukan.

Sementara ditempat lain. Tentara yang menolong Talia sedang duduk sendiri dengan api unggun didepannya. Ia masih kepikiran dengan wajah Talia dan usaha Talia untuk naik ke jurang. Gadis itu begitu hebat. Ia tidak pasrah. Dia adalah gadis kuat yang pernah ditemukannya.

Tentara itu menatap langit malam yang penuh bintang hari ini. "Lia, kau sekarang sedang apa? Apa kau sudah kembali ke Buper atau kau pulang ke rumah mu.? "Batinnya. Ia berbicara pada dirinya sendiri seolah batin nya dapat menjawab semua pertanyaan yang berkecamuk didadanya.

"Apa aku masih bisa bertemu dengan nya lagi.? Hhaaa aku lupa minggu depan aku harus segera ke timur selama setahun untuk bertugas. "Ucapnya tertawa hambar. Tidak ia tidak menyesali pekerjaan sebagai abdi negara selama ini. Bahkan ia begitu bangga secara tidak langsung ia melindungi Talia agar tetap tenang dalam tidurnya.

"Lia, aku rasa aku menyukaimu. "batinnya. Ia segera bangkit dan menghampiri kelompoknya.

Pertemuan yang begitu singkat itu mampu menciptakan getaran diantara keduanya. Entah lah, apa itu perasaan cinta atau hanya perasaan mereka saja. Yang jelas keduanya sama2 tidak rela dengan perpisahan yang terlalu cepat bahkan sangat cepat seperti ini.

-To Be Continue-
-
-
Terima kasih sudah membaca ❤

Young Romance [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang