Chapter 26 (Orion)

1.7K 84 0
                                    

Talia berlari asal ke tepian pantai. Berlari sejauh yang ia bisa. Tak peduli ia sudah terlampau jauh dari pusat pantai. Berlari sejauh mungkin tanpa alas kaki. Tak peduli dengan udara malam yang membekukan tubuhnya.

Lagi-lagi Talia mengusap air matanya. Memgusap air mata bodoh yang keluar begitu saja. Talia masih berlari hingga tenaga nya terkuras habis.

Talia menghentikan langkahnya. Ia menatap ke hamparan laut biru. Talia memejamkan matanya. Berharap setelah membuka matanya kembali semua akan kembali baik-baik saja.

"Buka mata mu. Semua nya tidak berubah tetap seperti ini. "Ucap seseorang disamping Talia. Talia membuka kelopak matanya perlahan. Ia mengenal suara itu.

"Kenapa kau mengikuti ku? "Ucap Talia pada seseorang dibelakangnya. "Karna kita sama. Kita mengalami hal yang serupa hari ini. "Ucapnya. Talia menoleh kebelakang.

"Serupa? Apa maksud mu? "Tanya Talia. Geraldi menjatuhkan tubuhnya duduk dihamparan pasir. Talia mengikuti nya. Duduk disamping Geraldi tanpa permisi.

"Apa kau pernah merasakan patah hati? "Tanya Geraldi. Talia mengangguk. "Mungkin. Aku rasa ini yang pertama kali. "Ucap Talia. "Aku merasakan patah hati untuk yang ke-2 kali nya. Dan kau jauh lebih beruntung dari pada aku. "Ucap Geraldi. Geraldi menaikan pandangan ke langit. Ia memperhatikan bintang-bintang yang membentuk rasi yang Indah.

"bagaimana cara mu bertahan? "Tanya Talia. Geraldi mengangkat tanggannya menunjuk ke arah langit yang dipenuhi hamparan bintang.

"Orion." Ucapnya. Talia mencuramkan alisnya. Ia mengalihkan pandanggannya ke langit. Seperti yang dilakukan Geraldi. "Orion? "Tanya Talia.

"Orion berasal dari bahasa jepang yang berarti rasi bintang. Orion selalu memberikan ku secercah harapan jika semuanya akan baik-baik saja. "Jelas Geraldi. Talia tersenyum. Yang dikatakan Geraldi benar. Semuanya akan baik-baik saja. Seperti Geraldi, Talia juga dapat bertahan.

"Bang Ge benar. Aku adalah gadis yang kuat. Aku dapat bertahan. "Ucap Talia. Geraldi tersenyum. Talia benar-benar gadis yang kuat.

Talia mengambil cincin yang tersemat dijari manisnya. Ia mengangkat cincin tersebut ke langit.

"Lihat! Cincin ini sudah tak ada arti apa-apa lagi. "Ucap Talia. Ia tertawa hambar. Geraldi tahu. Talia berusaha tegar.

***

"Kau ingin menarik ku kemana? Aku ingin bersama teman ku.! "Ucap Cecilia meronta dari cekalan erat Kris.Kris tak peduli. Ia tetap bersikeras untuk menarik Cecilia hingga mendorong gadis itu masuk ke dalam mobilNya.

Cecilia kesal. Ia hendak membuka pintu mobil tapi kalah cepat karena Kris telah mengunci pintu tersebut dari dalam.

Cecilia melirik kesal Kris yang disamping nya. "Itu bibi mu. Apa kau tak peduli padanya?? "Ucap Cecilia membuang muka. Ia lebih memilih menikmati pemandangan kota.

Kris yang fokus menyetir tak merespon ucapan Cecilia. Ia lebih memilih fokus pada jalan yang cukup ramai karena sedang hari libur sekolah.

"Kenapa kau tidak menjawabnya? "Ucap Cecilia lagi. "Kau bertanya pada ku? "Tanya Kris. "Tidak. Aku bertanya pada dashbor mobil ini. "Ucap Cecilia kesal. Kris tak merespon nya.

Tentu saja ia peduli pada Talia hanya saja ia tahu dirinya dan Cecilia yang kekanakan itu tak akan bisa menghibur Talia ditambah lagi mereka tidak tahu apa2 alangkah baiknya yang menghibur Talia adalah Geraldi.

"Kau membawa ku kema--"Ucapan Cecilia terhenti lantaran Kris memasuki arena penginapan yang tak jauh dari pantai.

Kris menginjak rem begitu tiba diparkiran. Ia keluar bersama Cecilia dibelakangnya. Cecilia mengikuti Kris yang berjalan masuk ke penginapan.

"Apa masih ada kamar yang kosong? "Tanya Kris. Seorang resepsionis pun memeriksa permintaan nya. "Hanya tersisa satu kamar. "Ucap resepsionis tersebut.

"Apa? Maksud mu aku dan dia sekamar. No! Periksa lagi! Kau pasti keliru! "Ucap Cecilia tak terima. Enak saja. Ini merugikan untuk pihak Cecilia.

"Maaf. Tapi hanya tersisa satu kamar. Ini hari libur, jadi banyak orang yang sedang berlibur nona. "Jelas resepsionis tersebut.

"Baiklah. Berikan kunci kamar itu.! "Ucap Kris. Resepsionis pun memberi kunci kamar yang diminta Kris. Setelah mendapatkan kunci tersebut Kris berjalan mendahului Cecilia.

"Hey! Berikan kunci itu! Kau tidur diluar saja! "Ucap Cecilia. Ia berusaha merebut kunci kamar itu. "Enak saja. Kau saja yang tidur diluar.! "Ucap Kris. Ia berjalan cepat karena Cecilia berusaha merebut kunci itu.

"Kau tega sekali. Aku perempuan tidak mungkin aku tidur diluar. "Ucap Cecilia. "Ya sudah kita sekamar saja.! "Ucap Kris santai. "Tidak! Itu merugikan untuk ku! "Ucap Cecilia tak terima. "Justru itu merugikan ku.!"Ucap Kris. Mereka terus berdebat hingga tak terasa kini mereka sudah tiba didepan pintu kamar.

Cecilia mengalah. Ia membiarkan Kris untuk membuka pintu kamarnya dan itu artinya ia akan tidur diluar.

Cecilia hendak beranjak meninggalkan Kris ketika pintu kamar tersebut terbuka namun tiba-tiba saja lengannya ditarik seseorang dan didorong masuk ke dalam kamar.
"Kena--"Ucapan Cecilia terputus karna Kris segera membungkam mulutnya. "Syutt!! Bang Ricky sama cewek itu lewat..."Bisik Kris begitu pelan. Kris mengintip dari lubang pintu kamar.

"Gantian. Aku penasaran. "Bisik Cecilia. Kris menyingkir dan membiarkan Cecilia mengintip dari lubang pintu.

Cecilia mengintip Ricky bersama Natasya sedang berhenti didepan pintu kamar mereka karna obrolan yang sepertinya serius.

Cecilia tak begitu jelas mendengarkan pembicaraan mereka karna mereka mengobrol dengan suara pelan. Beberapa menit kemudian Ricky dan Natasya melanjutkan langkah mereka.

To Be Continue-
-
-
Terima kasih sudah membaca ❤

Young Romance [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang