Chapter 12 (Memories 2nd)

2.1K 113 2
                                    

"Jadi apa yang harus kita lakukan sekarang? "Tanya Kris. Talia berpikir keras. Sebagai ketua ia harus berusaha untuk melindungi kelompoknya.

"Jadi, bagaimana? Kau tak lihat teman mu ini sudah mau mati?! "Ucap Kris melirik sekilas pada Cecilia. Sekilas tidak sampai tiga detik.

"dasar keponakan yang tidak sabaran. Aku sedang memikirkan caranya bodoh.!"Ucap Talia geram. Gadis itu mondar mandir memikirkan cara yang tepat untuk dapat segera keluar dari hutan ini. Kris bersedekap dada sambil memutarkan mata memperhatikan bibinya yang dari tadi berpikir tetapi tidak membuahkan hasil.

"Lia, kau bagaimana sih? Kau yang bertanggung jawab dengan kelompok ini. Sekarang dimana letak tanggung jawab mu? "Ucap Kris dengan nada yang mulai marah. Sebenarnya lelaki itu kasihan pada Cecilia yang sudah tersandar dipohon dengan wajah yang pucat.

"Oke oke. Aku punya ide. "Ucap Talia. "Jadi, apa ide mu? "Tanya Kris. "bagaimana jika kita ke arah selatan begitu kita akan kembali ke perkemahan. "Ucap Talia. Kris menimbang2." Yah itu ide bagus. Setidaknya kita dapat kembali. "Ucap Kris.lelaki itu meminta agar dirinya saja yang memimpin perjalanan dia sudah ragu dengan bibinya itu. Kris melirik Cecilia sekilas. "Apa kau masih bisa kuat? "Tanyanya. Cecilia mengangguk dan segera mengikuti mereka menyusuri hutan.

Mereka terus menyusuri hutan hingga mereka tiba disuatu persimpangan jalan.

"Bagaimana? Jalur mana yang akan kita pilih? "Tanya Talia. "Kita tidak bisa memilih salah satu dari jalur ini. "Ucap Kris. Talia menyetujuinya mereka tidak mungkin memilih salah satu dari jalur ini.

"Apa kita harus mengecek ke dua jalur ini bersama2.?"Tanya Talia melirik Kris. "Hmm kau benar. Jika begini kita harus berpisah agar dapat mempersingkat waktu. "Ucap Kris. Talia menyetujuinya. Mentari hampir berpindah ke barat. Petang akan segera menghampiri mereka.

"Ooh baik lah. Aku akan ke jalur kiri dan kau ke jalur kanan. "Ucap Talia. Kris mengangguk. Talia melirik Cecilia yang hanya diam di antara mereka.

"Ayo Cil, ikut aku ke jalur kiri. "Ajak Talia. Cecilia hendak mengikuti Talia namun tanggannya di tahan Kris. "Biarkan dia bersama ku. Lihat wajahnya sudah pucat kau tidak akan mampu mengendongnya jika dia mati. "Ucap Kris. Cecilia melirik kesal ke arah Kris. Kata2 lelaki itu sangat menyakitkan hatinya bagaimana tidak lelaki itu selalu menganggapnya sekarat dan hampir mati.

"Ooh baik lah. Kita akan bertemu lagi disini. "Ucap Talia sebelum menuju jalur kiri. "Baik lah. "Ucap Kris. Cecilia pun segera mengikuti Kris dari belakang.

***

Talia menyusuri jalur kiri. Sepertinya ini jalur yang salah. Banyak pepohonan lebat dan jalan yang ia lalui pun semakin terjal saja.

"Aku rasa ini jalur yang salah. "Ucap Talia memperhatikan sekeliling nya. Setelah yakin ini adalah jalur yang salah Talia pun segera memutar balik namun...

"Awww.."Ucap Talia. Ia tak sengaja menabrak akar pepohonan yang besar hingga membuatnya berguling2 di dataran yang terjal.

Dataran yang begitu terjal membuatnya begitu cepat jatuh semakin ke bawah. Talia berusaha mengapai juntaian akar disekitarnya.Ia tak mau mati sia-sia.

Hap. Talia berhasil menangkap juntaian akar yang mengantung. Gadis itu merasa dirinya tergantung. Dengab takut2 Talia menurunkan pandangannya ke bawah.

Sebuah jurang yang menganga. Dibawah sana terdapat batu batu besar yang siap meremukan tulangnya. Talia ketakutan. Badannya lemas apakah begini cara ia mati?

"Ya tuhan apakah aku harus mati dengan cara seperti ini? "Batin Talia. Ia menguatkan diri pada juntaian akar yang ia pegang sebagai penyelamat terakhirnya.

"TOLOOOONNNNGGG!! SIAPA PUN DISANA TOLONG AKU... "teriak Talia. Ia berharap ada seseorang  melewati dataran ini. Meski itu sesuatu yang tidak mungkin...

Talia tak berputus asa mungkin saja Kris dan Cecilia menyusulnya disini. "Toloooong. Tolong aku... To.. Lo.. Ng... "Ucapan Talia mulai melemah. Gadis itu sudah terlalu banyak mengkerahkan kekuatannya untuk berteriak meminta tolong.

"Ya Tuhan jika aku harus mati dengan cara seperti ini. Baik lah aku pasrah ya Tuhan. "Batin Talia. Secara perlahan pegangannya pada juntaian akar itu melemah. Tenaganya benar2 sudah melemah. Bahkan mati adalah yang terbaik dipikirannya...

"Jangan dilepas. !!!"Ucap seseorang dari tepi jurang. Talia mendongak ia melihat seseorang menjulurkan tangganya pada Talia.

"Si..apa.. kau..? "Tanya Talia dengan suara terputus2. "Aku seorang TNI yang bertugas melindungi Negara.."Ucapnya dengan wajah serius. Talia memperhatikannya dengan pandangan lemah. Orang itu memang sedang mengenakan pakaian loreng2nya apa ia seorang TNI yang ditugaskan di hutan??

Talia berusaha meraih tanggan TNI tersebut. Namun nihil. Ia tidak bisa. "Aku..ti.. dak.. bi.. sa.. "Ucap Talia terputus2 dengan suara yang lemah. "lebih.. baik.. Aku.. mati.. "Ucap Talia pasrah. Juluran TNI itu terlalu jauh darinya. TNI itu pun segera mendekatkan tanggannya. Ia memegang pohon dengan tanggan kirinya agar ia tak ikut terjatuh sedangkan tanggan kanannya ia julurkan untuk Talia.

"Pegang tanggan ku... "Ucapnya. Talia mengeleng. Ia tak bisa. Lebih baik ia mati saja. Tenanganya sudah begitu lemah.

"Tatap mata ku. Percayakan keselamatan mu pada ku. "Ucapnya. Talia mendongak dan menatap sepasang matanya. Kini Talia harus meyakinkan hidupnya pada seseorang yang ia tidak kenal sama sekali...

Talia berusaha meraih tanggan TNI itu. Ia semakin membuat pergerakan hingga membuatnya semakin mudah terjatuh...

Hap. Talia berhasil meraih juluran tanggan darinya. TNI itu tersenyum. Ia segera menarik Talia sedangkan Talia dengan sisa tenaga nya berusaha untuk naik ke tepi jurang...

"Aku..sel.. amat. "Ucap Talia terputus-putus. Kini ia sudah berada ditepi jurang bersama seseorang yang telah menolongnya.

"Ter--"Tiba2 saja gadis itu pingsan untung saja TNI itu segera menahan Talia jika tidak mungkin saja gadis itu benar2 akan jatuh ke jurang.

Tak ada pilihan lain Ia pun segera mengendong Talia untuk pergi dari dataran yang amat terjal ini.

Hingga tiba dipertengahan jalan. Ia merasa pergerakan Talia dipunggungnya.

Lelaki itu pun segera duduk untuk menurunkan Talia. Perlahan gadis itu membuka matanya.

"Hmm apa aku masih hidup? "Tanyanya. Lelaki itu mengangguk. Ia segera meraih botol mineral yang ia letakkan disaku celananya.

"Minum lah. "Ucapnya. Talia menerima mineral itu. Perlahan tenaganya mulai pulih kembali. Ia menyerahkan botol mineral yang airnya sudah tersisa setengah padanya.

"Terima kasih. Kau begitu baik."Ucap Talia. "Tidak masalah. Aku senang karna berhasil menyelamatkan mu. "Ucapnya sambil menatap Talia. Talia menatap sepasang mata TNI itu. Sepasang mata itu tadi meyakinkannya untuk naik ke tepi jurang.

Apakah Talia memang bertemu seorang malaykat? Apakah ia masuk surga? Kenapa ada seseorang yang rela menaruhkan nyawanya hanya untuk menyelamatkannya bahkan orang itu tak sama sekali mengenal Talia...

-To Be Continue-
-
-
Terima kasih sudah membaca 😍😘

Young Romance [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang