1.

23.4K 703 2
                                    

Kirei melangkah gontai memasuki ruangannya. Lilian menyambutnya dengan penasaran.

"Bagaimana, kau bisa menanganinya?" Kirei mengangguk. Lilian bertepuk tangan senang.

"Sudah kuduga, kau bisa menangani mereka."

"Tapi aku melewatkan pesta penyambutan CEO baru kita, bagaimana orangnya?" Kini giliran Kirei yang penasaran. Perusahaan mereka memang kedatangan CEO baru, untuk menggantikan CEO yang lama yang mengundurkan diri karena kembali kenegaraan asalnya Amerika.

"Bagaimana CEO baru?"

"Ahjusshi rasa Jepang."

"Benarkah?" Tanya Kirei tak percaya.

"Iya, sudah lama di Indonesia jadi sudah seperti orang lokal. Tapi dia begini..." Lilian mengacungkan kedua jempol nya pada Kirei. Kedua gadis itu tertawa bersama. Sebagai sesama pecinta K-Pop mereka lebih menyukai lelaki yang sudah dewasa dari pada yang masih ABG.

"Kenapa harus rasa Jepang?" Kirei masih penasaran. Karena Lilian terlihat antusias dengan CEO baru mereka.

"Orang Jepang asli. Saat kau bertemu dengannya kau pasti akan jatuh cinta. Seperti aku yang jatuh cinta pada pandangan pertama pada Tatsuyasu Hamano-san." Kirei mengernyitkan keningnya mendengar nama sang CEO barunya. Ia merasa tak asing dengan nama itu. Secara tidak sadar ia memegang bandul kalungnya yang berbentuk huruf Y. Tapi Kirei segera menepis pemikirannya. Tidak mungkin ceo-nya adalah orang yang sama yang ia tinggalkan sepuluh tahun yang lalu. Mungkin kebetulan saja namanya sama.

"Aku tak sabar bertemu dengannya."

"Aku menyukainya." Lilian mengakui.
Keduanya tertawa kecil. Tapi tawa keduanya segera terhenti ketika telepon diruangan mereka berbunyi. Lilian mengangkatnya.

"Mr.Davis ingin kau keruangannya. Dia minta laporanmu tentang kunjungan orang pajak tadi." Lilian berkata pada Kirei. Gadis itu mengangguk, mengambil smartphone nya dan bergegas merapikan seragamnya. Setelah dirasa penampilannya sudah rapi ia bergegas meninggalkan ruangannya untuk menuju ruangan Mr. Davis.

Sekretaris Mr.Davis membukakan pintu untuk Kirei.

"Kirei, kau sudah datang. " Mr. Davis mempersilahkan Kirei masuk dan duduk di sofa yang ada di ruangannya. Gadis itu melihat seorang lelaki yang berusia menjelang empat puluhan, berkulit putih dan bermata sipit. Lelaki itu memiliki tubuh yang sangat bagus dan terawat. Kirei tertegun melihat orang yang berada tak jauh darinya, hal yang sama dirasakan lelaki itu, ia tampak terkejut dengan gadis yang baru saja datang.

"Mr. Hamano, ini nona Kirei, beliau chief accounting di perusahaan ini. Kirei, ini Mr. Hamano, CEO kita yang baru." Keduanya terdiam dengan pikiran masing-masing. Kirei tidak menyangka akan bertemu lelaki itu disini, dikantornya dimana lelaki itu kini menjadi atasannya. Semua telah berlalu, tapi Kirei tidak akan bisa melupakan apa yang telah dilakukan dimasa lalu pada orang yang berdiri didepannya. Seperti halnya Kirei, lelaki yang dipanggil Mr. hamano itu masih terdiam dengan pemikirannya. Ia sama sekali tak menyangka akan bertemu dengan gadis manis berpipi chubby dan bibir kecil dengan rambut curlynya itu disini. Wajah yang sama tapi gadis itu sedikit terlihat dewasa.

"Senang berjumpa dengan anda,  Kirei" Mr. Hamano mengulurkan tangannya. Ia mencoba bersikap profesional meskipun hatinya bergejolak dan jantungnya berdegup kencang. Ia tersenyum tapi tidak mengurangi tatapan tajam mata hazelnya kesosok gadis yang berdiri dihadapannya.

"Selamat datang dan selamat bergabung dengan perusahaan ini, Hamano-san." Kireina berusaha menahan gejolak yang ada dalam dirinya untuk tidak terlihat bahwa ia mengenal lelaki itu. Untuk mengalihkan keterkejutannya Kirei bersikap profesional, ia segera melaporkan pekerjaannya pada Mr. Davis. Selama berbicara, gadis itu sengaja menghindari tatapan Mr. Hamano. Ia tidak ingin konsentrasi nya buyar karena keberadaan lelaki yang ingin dihindarinya dan dijauhi.
Mr. Davis menyimak penjelasan Kirei tanpa merasa curiga sedikitpun kalau kedua orang didekatnya itu saling menahan diri untuk tidak membuka kenangan masa lalu. Mr. Hamano merasa ini bukan saat yang tepat untuk bertanya pada Kirei tentang apa yang telah dilakukan gadis itu padanya. Dan Kirei juga tidak ingin berlama-lama berada ditempat itu karena terus terang saja ia merasa tidak nyaman dengan keberadaan Mr. Hamano. Antusiasme nya akan keberadaan CEO baru itu di perusahaannya hilang setelah tahu siapa orang yang menjadi CEO nya.

Itu sudah lama berlalu. Ia tidak mungkin mengingatnya. Dewi batin Kirei berkata.

Aku tak tahu kalau akan bertemu disini, tapi aku tidak boleh gegabah, aku punya banyak waktu untuk mendengar penjelasannya.
Dewa batin Mr. Hamano juga berkata.

"Sir, kalau sudah tidak ada lagi, saya pamit kembali keruangan saya." Kirei mengutarakan maksudnya pada Mr. Davis. Lelaki itu mengangguk dan mengijinkan gadis itu kembali ke ruangannya. Kirei bergegas keluar dan menarik nafas lega setelah meninggalkan ruangan Mr. Davis.  Dia menghirup nafas banyak-banyak seolah besok ia tidak bisa bernafas lagi.

"Bagaimana?"

"Aku bertemu CEO baru itu di ruangan big bos." Kirei berkata pada Lilian sesampainya di ruangannya. Lilian terkejut dengan pengakuan Kirei.

"Benarkah? Dia hebat bukan?"

"Dia bahkan belum bekerja, tapi kau sudah bilang dia hebat." Lilian menatap Kirei tak percaya dengan apa yang didengarnya. Belum ada sehari keduanya terlihat antusias dengan kedatangan CEO baru yang katanya ahjusshi rasa Jepang, tapi sekarang ia melihat Kirei seolah-olah tidak menyukai CEO baru itu.

"Apa dia berbuat sesuatu yang tidak baik di ruangan Mr. Davis?"

"Tidak, dia hanya diam saja disana. "

"Tapi kenapa kau bersikap seolah-olah dia sudah melakukan hal buruk padamu."

"Aku hanya tidak ingin berharap lebih. Kau tahu CEO sebelumnya bahkan tidak becus bekerja. Bagaimana jika dia juga seperti itu." Lilian semakin membelalakkan matanya mendengar perkataan Kirei yang sarkastik.

"Ayo kerja, bank minta kita menyerahkan laporan keuangan tiga bulan terakhir. Kau belum membuat untuk bulan ini kan."

"Kirei, ini bahkan masih awal bulan sekali. Bahkan bagian produksi baru selesai stok opname kemaren." Lilian tak percaya dengan sikap sahabatnya sekaligus atasannya itu. Ia merasa hati Kirei tidak dalam kondisi good mood setelah bertemu dengan CEO baru itu. Lilian segera kembali berkonsentrasi dengan kertas-kertas kerjanya.

Dia tidak mungkin ingat, itu hanya kesalahan dimasa lalu yang tidak mungkin diingat. Tapi bagaimana kalau dia ingat padaku, melihat reaksinya tadi sepertinya dia tidak mengingatku. Mungkin sebaiknya aku tidak terlalu sering berinteraksi dengannya. Sudah sepuluh tahun, tidak mungkin dia masih mengingatku.

"Kirei." Lilian memanggil namanya, Kirei tersentak dari lamunannya.

"Iya, ada apa?"

"Kau baik-baik saja?" Tanya Lilian lagi. Temannya itu hanya mengangguk-angguk.

"CEO baru ingin meeting terbatas dengan kepala divisi setelah makan siang."

"Oh baiklah."

Meeting, itu berarti aku akan sering bertemu dia. Bagaimana ini, apa yang harus aku katakan padanya?
Kembali Kirei terhanyut dalam lamunannya. Ia merasa tidak tenang, berkali-kali dia menghela nafas.

"Kau ingin makan siang Dimana?" Lilian kembali bertanya. Kirei hanya menggeleng karena entah kenapa nafsu makannya langsung hilang setelah melihat CEO nya.

"Baiklah, kau ingin aku belikan sesuatu?"

"Tidak terima kasih."

"Baiklah, aku pergi makan siang dulu. Jangan lupa meeting diruang CEO setelah makan siang." Kirei mengangguk. Setelah Lilian pergi Kirei menelungkupkan badannya di meja kerjanya. Ia benar-benar tidak tahu harus bagaimana menghadapi CEO baru yang ternyata seseorang yang pernah dia tinggalkan dimasa lalu setelah melakukan percintaan panas semalaman.

***

#maaf banyak typo 🙏🙏🙏
#voment please... 😉
#thank you for reading 😘

CEO And I / Dihapus sebagianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang