28.

3.2K 163 6
                                    

Kirei berdiri di balkon teras kamarnya. Angin malam yang dingin menusuk tulang mengibarkan rambut hitamnya tak menyurutkan dirinya untuk tetap menikmati udara malam. Bulan bersinar bulat penuh dihiasi bintang-bintang. Ia masih memikirkan percakapannya dengan Hamano-san beberapa waktu yang lalu.  Ia menimbang-nimbang untuk menghindari lelaki itu. Hidup bertetangga dengan Hamano-san bukanlah hal yang baik. Memang ada beberapa pasangan yang masih bisa mengasuh anak-anak mereka meskipun kedua orang tuanya berpisah. Tapi masalahnya Hamano-san menginginkan dirinya sebesar lelaki itu menginginkan anaknya.

Kirei tersentak ketika merasakan sebuah pelukan hangat oleh tangan kekar suaminya menghangatkan pinggangnya. 

"Kau sudah datang?"

"Sudah setengah jam yang lalu." Kirei terkejut, ia hendak berbalik ketika Mr. Davis menahannya tetap dengan posisi semula. Suaminya itu meletakkan kepalanya di bahu kirei yang terbuka.

"Memikirkan sesuatu?"

"Hanya menikmati malam."

"Melamun?"

Kirei terdiam, entah mengapa ia memilih untuk tidak menjawab pertanyaan suaminya. Kadang Kirei merasa suaminya lebih mengetahui dirinya dibanding dirinya sendiri.

"Bagaimana jika kita berbulan madu?"

Kirei menolehkan kepalanya menghadap Mr. Davis seraya mengernyitkan keningnya. Ia merasa heran karena tiba-tiba suaminya mengajaknya berbulan madu. Selama pernikahan mereka Mr. Davis memang belum mengajaknya berbulan madu, kalaupun pergi pasti anak-anak akan ikut.

"Kurasa, tidak masalah meninggalkan anak-anak untuk waktu seminggu." Lanjut Mr. Davis.

Kirei semakin mengernyitkan keningnya. Ia hendak melayangkan protes atas ide suaminya itu tapi bibir Mr. Davis lebih dahulu mengulum bibirnya. Sapuan lidah Mr Davis membuai Kirei untuk beberapa saat hingga dia menikmati cumbuannya dari suaminya itu.

"Kurasa baby Nick punya banyak stok asi di lemari pendingin yang cukup untuk waktu dua Minggu."

Mr. Davis kembali berkata setelah melepaskan tautan bibirnya di bibir Kirei.  

"Al dan Jo pasti tidak keberatan jika mommy dan daddynya berlibur sebentar."

Kirei hendak membuka mulutnya ketika Mr. Davis sudah menyusuri tulang selangkanya dengan bibir dan lidahnya. Seolah tidak memberi kesempatan untuk Kirei menolak ataupn membantah ucapannya. Mr. Davis  menelusup kan tangannya diperut Kirei. Diusapnya perut istrinya itu dengan seduktif. Kirei mendesah, membuat Mr. Davis semakin bersemangat membelai perut dan memainkan jarinya dipusar milik Kirei. Sementara itu bibirnya terus menjelajahi leher Kirei yang putih menggoda untuk dihisap dan digigit.

"Tidak ada alasan untuk menolak, sweet heart."

Kembali Mr. Davis berbisik seraya memberikan sebuah tanda kepemilikan dileher Kirei. Istrinya itu kembali mendesah. Mr. Davis benar-benar membangkitkan gairahnya yang terpendam.

"Aku ingin menghabiskan waktu berdua denganmu, hanya denganmu, sweet heart. Selama ini kita belum pernah pergi berdua."

Dihisapnya kembali leher Kirei dengan penuh gairah hingga meninggalkan bekas merah yang akan menjadi keunguan keesokan harinya.

"Kenapa tiba-tiba?"

Kirei bertanya, alih-alih menjwab Mr Davis malah menyusuri leher Kirei dengan lidahnya. Sementara itu kedua tangannya sudah menelusup kedalam pakaian Kirei dan meremas kedua bukit kembar Kirei. Istrinya itu kembali mendesah terbakar gairah  menikmati setiap sentuhan suaminya di kulit putihnya.

"Aku menginginkanmu sweet heart, disini."

Mr. Davis membawa Kirei ke kursi malas yang ada di beranda balkon. Kedua mata kirei membola, ia tidak setuju, tapi gairah yang disulut suaminya untuk bercinta  membuatnya pasrah ketika suaminya melepaskan semua pakaian yang dikenakannya dengan tergesa-gesa. Kini, bagian atas tubuh Kirei sudah polos tanpa sehelai benang pun, membuat Mr. Davis dengan mudah dan leluasa meninggalkan banyak tanda cinta disana. Tubuh istrinya itu benar-benar candu bagi mr. Davis. Meski sudah  menyentuhnya dan memasukinya  berkali kali entah kenapa bukannya bosan tapi semakin membuatnya ketagihan untuk menikmati lagi dan lagi seolah-olah tidak cukup untuk sekali sentuh. Mr. Davis membelai dan mengecup bibir Kirei  yang terlihat merah menggoda sementara tangan suaminya itu sudah membelai, meremas kedua payudaranya dengan penuh gairah, sesekali Mr. Davis memilin kedua puting Kirei yang mencuat menggoda minta dipuaskan.

Kirei kembali mendesah ketika Mr. Davis mengulum putingnya bergantian. Tak ingin kalah dengan suaminya Kirei memanjakan kejantanan suaminya dengan belaian dan remasan dari jari jemarinya yang lentik hingga kejantanan suaminya itu ereksi sempurna.

"Aahhh sweet heart..."

Mr. Davis mengerang ketika remasan Kirei semakin membuatnya melayang. Ia melepaskan tangan Kirei dari kejantanannya dan membawa kedua tangan istrinya itu melingkari lehernya. Ia tidak ingin meledak sebelum merasakan hangatnya kewanitaan istrinya yang membuatnya ketagihan untuk memasukinya lagi dan lagi.

"Biarkan aku memanjakanmu."

Mr. Davis berbisik ditelinga Kirei sebelum mencium telinga istrinya dan membasahi belakang telinga istrinya itu dengan salivanya. Bibir dan lidah Mr. Davis menyusuri setiap inchi tubuh kirei dan bekerja sama memberikan banyak tanda kepemilikan ditubuh istrinya itu.

Mengetahui bahwa istrinya sudah siap untuk penyatuan mereka, Mr. Davis mengarahkan kejantanannya di daerah kewanitaan istrinya. Didorongnya perlahan kejantanannya dilubang kenikmatan istrinya seolah-olah takut jika apa yang dilakukannya itu bisa menyakiti istrinya.

Kirei mendesah, Mr. Davis mengerang. Penyatuan itu menimbulkan irama yang indah di ruang pendengaran keduanya. Mr. Davis memanjakan isterinya dan Kirei membalasnya dengan tak kalah mesra. Satu persatu kata cinta dan rayuan dibisikkan Mr. Davis disela-sela percintaan mereka, membawa Kirei menikmati gelombang kenikmatan yang terasa ingin meledakkan jiwanya. Setelah sama-sama memberikan kenikmatan keduanya meneriakkan nama masing-masing untuk pelepasan yang benar-benar nikmat.

"Thank you, sweet heart." Mr. Davis berbisik seraya menjilat daun telinga Kirei sebelum berguling kesamping tanpa melepaskan penyatuan mereka.

"Love you, my sweet husband."

Kirei mencium bibir mr. Davis sebelum menyurukkan kepalanya didada lelaki itu. Mr. Davis membelai Surai hitam milik Kirei sambil sesekali mengecup puncak kepala istrinya itu.

"Love you more, honey. Want you more, please..."

Kirei terkekeh, mendengar permintaan suaminya itu.

"Kali ini, aku yang akan memuaskan mu, sayang." Kirei membalik tubuhnya hingga ia berada diatas Mr. Davis. Suaminya itu tersenyum senang.

" As you wish, my lady."

Dan keduanyapun kembali mereguk kenikmatan bercinta hingga menjelang fajar.

***

Praaanggg

Sebuah botol wishky dilempar pemiliknya Kedinding. Kedua tangannya mengepal, nafasnya memburu. Apa yang dilihatnya dari balik jendela lantai dua rumahnya membuat hatinya terasa ingin meledak karena rasa cemburu. Wajah orientalnya berubah menjadi merah karena menahan amarah. Dengan mata kepalanya sendiri ia melihat bagaimana wanita yang dicintainya bercinta dan memuaskan suaminya. Ia merasa terluka dan kecewa, tapi cintanya pada wanita itu membuatnya tetap menginginkan wanita itu menjadi miliknya.

Lelaki itu menghela nafas kasar, berusaha mengambil oksigen sebanyak-banyaknya karena dadanya terasa sesak. Dia kembali menuangkan minuman keras itu kedalam gelasnya. Meminumnya dalam sekali tegukan. Seharusnya minuman itu memabukkan,buatnya tak sadarkan diri. Tapi bukannya bertambah mabuk dan melupakan wanitanya, yang terjadi dirinya semakin sadar dan semakin mengingat wanitanya. Dari tempatnya berdiri dia dapat melihat bagaimana wanitanya menggapai kenikmatan bersamaan dengan suaminya. Lelaki itu meremas gelas wishky ya hingga pecah berkeping-keping dan melukai telapak tangannya. Seharusnya telapak tangannya terasa sakit dan perih, tapi entah kenapa melihat wanitanya berbagi kenikmatan dengan lelaki lain yang bukan dirinya membuatnya tidak merasakan sakit secara fisik tapi sakit yang mendalam didalam hatinya. Jantungnya seolah diremas dan hatinya seperti ditusuk ribuan belati.

Lelaki itu melihat bagaimana suami dari wanitanya membawa wanitanya memasuki kamar mereka setelah percintaan yang menghabiskan waktu beberapa jam itu. Lelaki itu mengeluarkan ponsel pintarnya dan menghubungi seseorang.

"Aku ingin kau membereskan seseorang dan aku tidak ingin ada kesalahan seperti sebelumnya."

Ujarnya dingin setelah tersambung dengan orang yang diteleponnya. Setelah memberikan perintah dan disanggupi oleh orang yang ditelepon lelaki itu menghapus semua jejak panggilan yang baru saja dilakukannya. Ia segera kembali kekamarnya dan mengguyur badannya yang masih berpakaian lengkap dengan air dingin yang keluar dari shower didalam kamar mandi pribadinya. Dibiarkannya air dingin itu membasahi tubuhnya, mengalirkan darah dari luka ditelapak tangannya yang terluka dan terbuka.

***

CEO And I / Dihapus sebagianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang