Hamano-san dan Kirei tiba di kantor. Hamano-san benar-benar mengawal Kirei hingga gadis itu ikut masuk keruangannya. Kirei menyalakan laptopnya dan memeriksa beberapa file yang harus diteliti. Sedangkan Hamano-san duduk di kursinya dan memeriksa beberapa berkas yang harus ditandatangani.
"Aku keruanganku dulu, ada beberapa file yang harus aku ambil."
"Tidak, duduklah, aku akan meminta Lilian membawakan file yang kamu butuhkan."
"Ya ampun Yasu, aku hanya akan keruanganku. Aku bukan tawananmu. Ku benar-benar berlebihan."
Kirei bergegas keluar menuju ruangannya dan Hamano-san mengikutinya dari belakang. Kirei hanya mendengus kesal tapi tidak ingin protes lagi ketika Hamano-san mengantarnya keruangannya. Akan sangat memalukan jika CEO dan chief accounting berdebat hal yang tidak penting di kantor.
"Lilian, bisa kau siapkan laporan yang sudah kutugaskan padamu kemarin?" Kirei berkata langsung saat ia masuk ruangannya.
"Kirei, apa yang ter-" perkataan Lilian terhenti ketika ia melihat CEO nya masuk mengikuti Kirei.
"Akan ku siapkan." Lilian bergegas menuju laptopnya, menyalin file-file yang diminta Kirei. Sesekali gadis itu melirik Kirei seolah bertanya apa yang terjadi. Hamano-san menunggu di kursi yang ada diruangan Kirei sambil memainkan Smartphone nya.
Kirei menggeleng seolah berkata tidak bisa bercerita sekarang. Lilian mengangguk.
"Kau akan kemana?" Tanya Lilian setelah selesai menyalin file dan menyerahkan pada Kirei.
"Kirei akan bekerja diruangan saya hingga lukanya sembuh." Hamano-san menjawab pertanyaan Lilian yang ditujukan kepada Kirei. Gadis itu terlihat shock dengan jawaban CEO nya. Ia tak menyangka memiliki CEO yang posesif dan over protective.
"Baiklah, Sir. Setidaknya saya tahu harus mencari nona Wijaya kemana jika saya membutuhkan beliau."
Hamano-san mengangguk. Ia memegang lengan Kirei dan membimbing gadis itu keluar dari ruangannya. Lilian membelalak tak percaya dengan pemandangan yang dilihatnya.
"Kau tidak ingin menjenguk Ryoko?" Tanya Kirei ketika keduanya dalam perjalanan menuju ruangan Hamano-san.
"Nanti jam makan siang aku kesana. Kau ingin ikut?"
"Tidak, aku ada janji dengan Lilian."
"Membicarakan aku?"
Kirei tertawa, "percaya diri sekali Hamano-san." Kirei menggeleng. Hamano-san tertawa jahil dan mencium pipi Kirei dengan cepat.
"Lilian akan menikah, kami akan membicarakan persiapan pernikahannya "
"Kenapa dia membicarakannya denganmu, bukankah seharusnya membicarakan ini dengan pasangannya?"
"Dia membicarakan dengan pasangannya, tapi Lilian juga minta pendapatku. Sudahlah sebaiknya kita bekerja." Kirei berusaha menghentikan perdebatannya dengan Hamano-san. Karena percuma saja memberi pengertian pada lelaki itu, bahwa adakalanya seorang wanita akan lebih nyaman bicara dengan sahabatnya daripada dengan calon suaminya.
Hamano-san mengangguk setuju. Ia menemani Kirei bekerja diruangannya. Keduanya sibuk dengan laptop masing-masing. Meski sesekali Hamano-san sibuk dengan teleponnya.
Kirei menatap angka-angka dilayar laptopnya dengan serius ketika Hamano-san memperhatikannya dengan seksama. Kirei sempat melihat bahwa Hamano-san sedang memperhatikannya tapi gadis itu mengabaikannya, ia masih fokus dengan pekerjaannya karena ternyata bekerja hanya menggunakan tangan kiri saja itu cukup menyulitkan.
"Waktunya makan siang, Hani. Aku sudah memesankan makanan untukmu. Aku akan menjenguk Ryoko." Hamano-san duduk disebelah Kirei dan membelai rambut gadis itu dengan sayang.

KAMU SEDANG MEMBACA
CEO And I / Dihapus sebagian
RomancePart tidak lengkap... Mohon maaf atas ketidaknyamanannya 🙏🙏🙏 Link e-book 👇 https://play.google.com/store/books/details?id=CmfxDwAAQBAJ 🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥 Aku tidak bermaksud meninggalkannya, aku hanya merasa apa yang terjadi antara kam...