13.

4.6K 258 0
                                    

Hamano-san memperhatikan Kirei yang tertidur dalam pelukannya. Nafas gadis itu naik turun dengan teratur. Ia memperhatikan wajah Kirei, leher gadis itu dan lengannya. Ia terkejut ketika menemukan sesuatu yang janggal di lengan Kirei. Ia memicingkan matanya, memperhatikan baik-baik luka-luka yang ada dilengannya Kirei. Luka melepuh dan luka -luka baru yang sebelumnya tidak ada. Hamano-san bertanya-tanya apa yang terjadi, seingatnya ia meninggalkan Kirei yang masih marah padanya dan mengunci pintu kamarnya. Lalu ketika pulang ia masih mendapati Kirei yang tertidur tapi kamarnya sudah tidak terkunci. Entah siapa yang datang atau apa yang terjadi sepeninggal dirinya.

Kirei menggeliat, ia merasakan seseorang berada disampingnya. Perlahan ia membuka matanya dan melihat Hamano-san yang menatapnya dengan pandangan penasaran dan rasa bersalah.

"Hani, kau sudah bangun?" Kirei tidak menjawab, ia mendorong tubuh Hamano-san agar menjauh darinya, tapi lelaki itu malah mempererat pelukannya.

"Lepaskan yasu, aku mau turun." Kirei akhirnya membuka suaranya ketika Hamano-san tidak melepaskan pelukannya.

"Kau ingin sesuatu, aku akan mengambilkannya untukmu."

"Aku mau ke kamar mandi" Akhirnya Hamano-san membiarkan Kirei turun dan pergi ke kamar mandi. Ia melihat ponselnya dan melihat jam masih pukul tiga dini hari. Hamano-san duduk dipinggir tempat tidur Kirei, menunggu gadis itu keluar dari kamar mandi. Tak berapa lama kemudian Kirei keluar dengan wajah yang terlihat lebih  segar meskipun tidak menghilangkan pucat diwajahnya.

"Hani, aku minta maaf atas kejadian kemarin." Hamano-san menarik tangan Kirei hingga gadis itu berdiri didepannya.  Kirei melepaskan pegangan tangan Hamano-san.

"Aku lelah." Kirei menjawab singkat dan naik ketempat tidurnya.

"Hani, aishiteru." Tiba-tiba Hamano-san memeluk Kirei dan menyurukkan kepalanya dileher gadis itu. Keheningan terjadi diantara keduanya. Kirei terdiam, ia tidak marah hanya merasa kecewa. Dan apa yang dilakukan Laila membuatnya sedikit takut untuk meneruskan hubungannya dengan Hamano-san. Selama ini ia mengkhawatirkan hubungannya dengan Ryoko, bagaimana jika putri dari lelaki yang dicintainya menolaknya sebagai pendamping ayahnya, tapi yang didapatkan adalah mantan istri Hamano-san yang menolaknya bukan putrinya. Entah kenapa Kirei merasa Laila adalah wanita yang sangat menakutkan yang akan melakukan segala cara untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Kirei merasa sakit kepala memikirkan ancaman Laila pada dirinya.

"Kepalaku sakit." Kirei bergumam. Hamano-san menguraikan pelukannya. Ia menatap Kirei dengan sorot mata kesedihan. Dibaringkannya gadis itu dan menarik selimut untuk menutupi tubuh Kirei. Sesekali Hamano-san memijat kepala Kirei dan mengelus puncak kepala gadis itu.

"Tidurlah." Hamano-san mengecup kening Kirei, menarik gadis itu kedalam pelukannya. Ia membelai kepala Kirei hingga gadis itu jatuh tertidur.

Hamano-san masih terjaga ketika ia mendengar notifikasi pesan masuk dari ponselnya. Ia mengambil ponselnya tanpa melepas pelukannya pada Kirei.

From : Laila
Ryoko sudah sadar, dia mencarimu.

Sebuah pesan dari Laila diterimanya. Hamano-san hanya membaca pesan itu tanpa membalasnya. Saat ini ia memang tidak ingin berurusan dengan Laila, apalagi dengan keadaan Kirei yang tidak begitu baik.

****

Kirei membuka matanya dan tidak melihat Hamano-san disampingnya. Gadis itu turun dari tempat tidurnya, membersihkan diri dan keluar dari kamarnya. Ia melihat Hamano-san mempersiapkan sarapan untuknya.

"Kau sudah bangun, kemarilah aku membuatkanmu makanan." Hamano-san menyambut Kirei dengan memeluk gadis itu dan memberinya ciuman selamat pagi, tapi sebelum ciuman Hamano-san mendarat dibibirnya Kirei terlebih dahulu membuang muka hingga lelaki itu hanya mencium pipi Kirei.

CEO And I / Dihapus sebagianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang