6.

7.3K 406 4
                                        

Smartphone Kirei berbunyi tak henti-henti. Kirei segera melihatnya, ternyata Lilian yang meneleponnya.

"Kireina Wijaya!!!" Lilian berteriak diseberang sana. Kirei menjauhkan Smartphone nya dari telinganya.

"Take it easy girl, what happen?"

"Dimana kau sekarang?" Tanya Lilian tak sabar.

"Di mall, makan."

"Dengan siapa?"

"Teman."

"Apa itu Hamano-san? Kau bersamanya?" Lilian berkata langsung. Kirei terkejut bagaimana Lilian bisa mengetahui kalau dirinya saat ini sedang bersama Hamano-san.

"Fotomu dan Hamano-san ada di akun bibir lebih." Kirei terkejut mendengar perkataan Lilian, tapi ia sadar cepat atau lambat hubungannya dengan Hamano-san akan diketahui banyak orang. Kirei menghela nafas sejenak.

"Ummmmhh ya, aku bersamanya." Kirei berusaha bersikap tenang, walaupun sebenarnya ia tidak tenang.

"Kalian nge-date?"

"Kami tidak sengaja bertemu, dan makan bersama." Untung saja Lilian tidak dihadapannya, jika tidak gadis itu akan tahu kalau dirinya berbohong.

"Sudah ya, aku tidak enak dengannya, nanti kutelepon lagi." Tanpa menunggu balasan dari temannya itu Kirei menutup teleponnnya.

"Ada apa Hani? Siapa yang telepon?" Tanya Hamano-san cemas saat ia melihat perubahan wajah Kirei yang tiba-tiba menunjukkan rasa khawatir.

"Hani..." Hamano-san menyentuh lengan Kirei ketika pertanyaannya tidak dijawab dan gadis itu malah asyik dengan smartphone nya.

"Kita masuk akun bibir lebih." Kirei berkata lemah dan  menunjukkan smartphonenya pada Hamano-san. Lelaki itu melihat sebuah foto Kirei dengan dirinya yang tampak belakang. Ia membaca keterangan dari foto tersebut.

Chief accounting and CEO???

Lalu dibawahnya ada ratusan komentar yang menanggapi hubungan mereka berdua. Komentar yang semuanya menyudutkan Kirei dan menganggap Kirei perusak hubungan orang. Membaca komentar yang banyak menyalahkan Kirei membuat hamano-san menghela nafas. Ia tidak bisa membiarkan semua kesalah pahaman ini terjadi.

"Kenapa kau berbohong pada Lilian? Kau ingin menyembunyikan hubungan kita?" Hamano-san bertanya dengan tatapan mata tidak senang ketika ia mendengar Kirei menyebutnya sebagai seorang teman, padahal hubungan mereka sudah menjadi kekasih.

"Aku hanya belum siap, maafkan aku." Kirei berkata pelan ia tahu Hamano-san tidak menyukai pembohong dan ia merasa lelaki itu marah padanya.

"Kenapa?"

"Aku tidak ingin orang lain menganggapku memanfaatkanmu. Banyak yang ingin bersamamu dan mereka lebih baik dariku dalam segala hal. "
Hamano-san mengernyitkan dahinya seolah tak percaya apa yang didengarnya dari mulut Kirei.

"Benar, ada banyak wanita yang ingin bersamaku dan hanya kau yang terbaik diantara mereka semua. Aku hanya menginginkanmu. Bukan yang lain." Kirei terdiam, ia menundukkan kepalanya. Gadis itu merasa tersanjung, tapi ia juga tidak ingin terlena. Hamano-san  mengangkat dagunya agar dia bisa menatap mata hitam mutiara milik Kirei.

"Hani, apakah sepuluh tahun penantian dan kesendirianku agar bisa bersamamu tidak berarti apa-apa bagimu?" Hamano-san mulai gusar.

"Bu-bukan begitu maksudku."

"Apa yang membuatmu tidak yakin dengan hubungan kita?"

"A-aku tidak terbiasa menjalin hubungan dengan rekan sekantor." Hamano-san berdecak tak mengerti. Ia tetap tidak bisa menerima alasan Kirei.

"Apa ada orang yang menyukaimu atau kau sukai selain aku?" Kirei menggeleng.

"Kau yakin tidak menyembunyikan sesuatu dariku?"

"Aku tidak menyembunyikan apapun, yasu. Kau datang tiba-tiba, lalu kita jadi kekasih, aku rasa semua itu terlalu cepat. "

"Aku mungkin datang tiba-tiba, kita sudah saling mengenal sebelumnya. Mungkin ini juga yang namanya jodoh.  Apa yang salah dengan menjalin hubungan antara sesama teman kantor."

"Aku tidak merasa nyaman."

"Aku akan membuatmu nyaman. Aku akan resign."

"Kau bercanda!" Kirei berteriak kesal.

"Tidak, aku masih punya bisnis yang lain, keluar dari perusahaan tidak masalah bagiku."

"Masalah bagi perusahaan kami. Oh ayolah yasu kau tidak bisa pergi dari perusahaan, tidak untuk saat ini."

"Kenapa, kau menginginkan aku?" Yasu menggoda Kirei. Gadis itu mendengus kesal. Ia diam saja tak menjawab pertanyaan Hamano-san.
Lelaki itu menggenggam tangan Kirei dan mencoba meyakinkannya.

"Percayalah padaku, hani. Kita sudah membuang waktu sangat banyak. Aku tidak ingin membuang-buang waktu lagi."

TBC...
#maaf part ini pendek

CEO And I / Dihapus sebagianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang