halooo... duuhhh masih sebel gara-gara pengakuan chapter sebelumnya.
Oh iya, mulai sekarang sama shin / huang. ahhh terserah kalian lah manggil apa. hahaha.
btw, kok sebel lah lihat respon dan jumlah pembaca di sini? masa cerita pasaran diselingi 'keganasan' banyak peminat dibanding Secret Murderer. ggrrrrrr... sakit hati author mah. ditambah di cerita itu kalian lebih fokus ke adegan sweet YoonHyun. huwaaaaaa
yuk lah baca aja sekarang!
Di balkon sebuah restoran, Yoona terduduk merasa frustasi. Ternyata wanita polos, terluka, dan hampa tak sebaik dugaan. Seohyun begitu keji dan tega membiarkan seorang appa mati perlahan-lahan. Kenapa hati dipenuhi sayatan masih bisa menuntut balas?
"Apa aku terlalu berlebihan menyikapi ini?" pikir Yoona sejenak menatap ranting-ranting dihinggapi salju.
"Semua sudah berlalu. Dia menerimamu tapi kau menyalahkannya. Tidak adil, Hyung."
Tiga pemuda datang dan menempati meja sebelah Yoona. Sejenak ucapan salah satu pria menarik perhatian.
"Aku hanya tidak menyangka kalau dia pernah berbohong soal mantannya."
"Tapi Jisun sudah jujur dan kau malah menyalahkannya lalu pergi. Bohong tetap bohong, tapi jika tahu keadaan jadi begini, mungkin dia memilih menutupi kebohongan selamanya."
"Iya, benar. Junsu ah, berhenti egois dan mementingkan ego! Semua sudah berlalu dan jangan mengungkit masa lalu. Mungkin dia sendiri tidak nyaman. Tidak semua orang bisa menerima itu bahkan kami."
"Aku bisa."
"Lalu kau meninggalkannya."
Yoona tiba-tiba panas. Dia mengambil headset memasangkan ke telinga lalu memutar lagu-lagu klasik.
"Hei, bung, kita di posisi sama ternyata." Batin Yoona tanpa melirik ke meja tersebut, melainkan terus menatap pepohonan gundul memangku sisa-sisa salju.
Daun-daun kering sudah lama jatuh dan dibuang oleh petugas kebersihan. Selang beberapa bulan di penghujung musim salju, daun kering akan terlahir kembali di pohon yang sama tanpa menuntut balas. Mereka tumbuh lebih segar dan hijau.
"Aahh, ada apa denganku?"
Yoona begitu labil menyikapi keadaan. Sebentar pergi, beberapa jam tersadar, lalu membuat keinginan mengucap janji suci, dan pergi lagi. Padahal dia sendiri meminta agar Seohyun berucap jujur. Dia pula berkata bahwa siap menjadi teman hidup serta tempat berbagi termasuk rasa sakit. Dan faktanya Yoona mengingkari itu secepat membalikkan telapak tangan.
"Ya Tuhan, aku harus menemui Seohyun sekarang."
*
"Ada apa, Yoong?" tanya Seohyun tanpa basa-basi seraya menyandarkan lengan di dinding.
"Maafkan aku, Seohyunnie."
"Untuk apa? Kau tidak salah. Tidak semua orang bisa menerima masa lalu orang lain. Jadi, tak perlu merasa bersalah. Besok aku akan meminta kurir mengirim pohon natal dan pangganganmu. Selamat malam."
Tubuh Seohyun mundur seraya mendorong papan pintu, tapi Yoona langsung menahan dan memandang penuh harap.
"Yoong...,"
"Seohyunnie, tolong dengar! Aku mencintaimu dan ingin memperbaiki kesalahan."
"Cinta? Dalam hitungan hari kau datang dan pergi seolah hati adalah ruangan yang kapanpun bisa disinggahi lalu ditinggalkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Slut's Love
Fanfiction"Entahlah, apa ini adil untukmu sementara..." "Sssttt! Tolong jangan bunuh impianku menjadi orang tua!" NB: diselingi adegan dewasa. yang belum cukup umur atau tidak suka, skip!