Just Once

1.6K 195 19
                                    

heeeiiiii tayo! hei tayo! uppss. hahaha.


Yoona kembali bangun setelah diam-diam menangis dan tertidur. Masih keadaan yang sama. Seohyun bersandar di sisinya sambil menggenggam jemari. Di sofa, Joohyun tidur nyenyak.

"Seohyunnie," lirih Yoona melepas genggaman istri lalu penuh kelembutan membasuh wajah lelah itu. "Yeoboo..." panggilnya lagi sembari terus mengelus pipi yang sering dikecup sekaligus telah dinodai oleh amarah.

Perlahan kesadaran Seohyun terkumpul. Dia bangun dan tepat saat kelopak terangkat, pandangan mereka langsung bertemu. Seluruh kejadian seolah terlupakan. Yang tersisa hanya ingin melihat Yoona siuman.

"Yoongie," panggil Seohyun lirih tapi tetap histeris dan reflek kepala terangkat. "Yoongie, kau sudah siuman." Senangnya bangkit seraya mengecup pipi dan kening Yoona. Wajah pucat dan lelah sirna berganti sumringah.

Yoona memeluk Seohyun dan merasa damai meski hanya sejenak. Dia tahu sang istri tentu memaafkan dan itu membuatnya lega. Tapi Joohyun? Hati anak sangat sensitif. "Aku hanya terbangun karena sudah siuman sejak tadi siang."

"Ne?"

Bibir Yoona mengulas senyum purau melihat kekagetan Seohyun. Jemari di punggung berpindah membingkai rahang yang hanya sejarak sepuluh senti. "Ya, sejak tadi siang. Beberapa detik sebelum Sunny unnie dan Joohyunnie datang."

Sumringah Seohyun sontak mendatar dan tertahan mendengar ujaran barusan. Itu berarti?

"Aku mendengar semuanya, Yeoboo. Joohyun berkata benar. Dia pantas membenciku."

"Yoong, itu..."

"Aku melukaimu."

"Tidak permanen."

"Kau pantas membenciku, tapi malah memilih selalu di sisiku saat..."

"Sssttt!" telunjuk Seohyun mendarat di bibir Yoona. "Cupphh! Anak tetaplah anak. Dia pasti memaafkanmu."

"Tidak akan mudah,"

"Bukan berarti tidak mungkin."

Yoona menatap wajah Seohyun lekat-lekat. Wanita yang hidup bersamanya sekian tahun, inilah Seohyun nya. Yang berlapang dada, memaafkan, dan penuh kasih. Jika takdir masa lalu mengutuk dia sebagai futanari, maka kini kutukan itu adalah berkah. Bila tidak, apa mungkin ada seorang pria bisa mencintainya setara cinta Seohyun?

Lengan Yoona kembali meraih tubuh Seohyun dalam pelukan. Berkali-kali di kecup pipi dan pundak sang istri. Di pundak ini, dia menggantungkan sebagian besar hidup.

"Jeongmal saranghae." Lirih Yoona mengeratkan pelukan. Perlahan dia menoleh menatap tubuh Joohyun sejenak.

"Kesejatian seorang ayah di mata anak adalah bagaimana cara dia memperlakukan ibunya. Kesejatian seorang suami di mata istri adalah bagaimana cara dia memperlakukan anaknya." Batin Yoona.

*

"Pasien bernama Im Yoon ah?"

"Ya, benar sekali. Im Yoon Ah. Dia ada di kamar nomor berapa?"

"35A. Dari sini Anda berjalan lurus ke lorong. Ada pertigaan masuk jalan kanan. Deretan sana masuk abjad A. Tinggal mengikuti sesuai nomor." Tutur petugas pada Jessica.

"Jessie, kau di sini?"

Jessica menoleh pada si penegur yang tak lain adalah Tiffany. "Yoona dirawat di sini juga, Tiff. Aku harus mencarinya."

"Oh, kalau begitu kita cari bersama. Come on!"


Di ruangan Yoona

Slut's LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang