Hoollaaaaa, yang udah tidur met tidur. hahhaha yang belum tidur met baca
Jessica berkemas hendak meninggalkan kantor usai mendengar kabar bahwa Yoona mengalami kecelakaan. Sejak kemarin sore, rumah kedua adik memang kosong. Ponsel Seohyun pun tak bisa dihubungi. Setelah mencari informasi dari tetangga dan Taehyung, ternyata Yoona mengalami kecelakaan dan dibawa ke rumah sakit.
Namun, yang membuat hati makin tak tenang adalah kabar pagi. Konon ada insiden susulan memakan korban. Terdapat 1 orang sopir dan 1 pejalan kaki mati di tempat. Ditambah beberapa korban luka ringan dan seorang korban luka parah. Dia hanya bisa berharap Yoona bukan termasuk korban cidera fatal.
"Sooyeon Ssi, ada orang mencari Anda." Seloroh seorang penjaga yang tadinya hendak menuju ke ruangan Jessica.
"Bukankah aku sudah minta agar untuk menolak semua yang mencariku hari ini?"
Jessica terus berjalan cepat karena panik dan gelisah. Pandangan bahkan enggan memandang ke arah lain selain arah kaki melangkah.
"Tapi orang tersebut mungkin sangat penting karena..."
"Tujuanku sekarang jauh lebih penting karena harus pergi ke rumah sakit."
"Kalau begitu tepat sekali, Sooyeon Ssi. Dia juga bilang urusan ini berhubungan dengan seseorang di rumah sakit."
Deg! Sepasang kaki lantas terhenti. Hanya ada satu nama tersibak di benak. Seohyun. Dia langsung berjalan ke bibir balkon untuk melihat area tunggu di sisi resepsionis. Mencari-cari seraut wajah sang adik di sana.
"God," sebut Jessica. Sama sekali bukan Seohyun. Melainkan seorang wanita paruh baya terduduk lesu. Wanita yang mengabdikan sebagian besar hidup di rumah yang dulu pernah didiami. Sosok ibu sejati berbudi luhur yang pernah memberikan ribuan won untuk hidupnya. "Song ahjumma?"
"Rumah sakit?" lirihnya melihat jemari berkerut mengusap wajah. Debu kah? Atau air mata?
"Benar, dari rumah sakit."
Jessica lekas menuruni anak tangga. Kini sekepal daging di kandung badan makin tergoncang. Kecelakaan susulan, rumah sakit, dan Song ahjumma. Ketiga hal yang bila ditarik garis maka mendatangkan sekerangka tubuh lain. Bukan Yoona. Pasti bukan.
*
"Yoonnaaaa!"
Tiinnn! BRAK BRUK!
"Akh!"
Kelopak mata terangkat sadar saat sekelabat suara hadir tanpa rupa. Yang tertangkap oleh mata pun hanya langit-langit kamar. Aroma farmasi turut menyengat hidung.
"Aahh, tubuhku nyeri." eluhnya mengerjap-ngerjap seraya menoleh. Tepat di sisi kanan terkulai kepala sang istri di sisi lengan berbalut perban. "Seohyunnie," Batin Yoona sontak berkaca-kaca.
Teringat perseteruan sore tadi. Cek-cok yang bermula dari ketidakbisaan mengendalikan diri lalu berakhir di ranjang rumah sakit. Seohyun telah berusaha menenangkan, tapi ditolak. Bahkan memohon hanya untuk berhubungan pada kakak sendiri pun tak diizinkan.
"Sejenak waktu terasa berhenti tepat di mana tangan kita saling bertautan. Tangan yang sudah melukai kini dalam genggaman tangan penuh kasihmu. Kau mungkin menangis diam-diam saat aku pergi bersama kemarahan. Tapi sekarang awan gelap turut mendung di mataku. Maafkan kebodohanku, Seohyunnie."
Yoona tidak tahu bagaimana melukiskan kekalutan yang melanda hati sang istri. Kegetiran seakan bercabang dan mendarah daging. Ini seolah buah dari karma buruk yang beranak-pinak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Slut's Love
Fanfiction"Entahlah, apa ini adil untukmu sementara..." "Sssttt! Tolong jangan bunuh impianku menjadi orang tua!" NB: diselingi adegan dewasa. yang belum cukup umur atau tidak suka, skip!