hai hai haaiiiiiiii
duuhh berapa hari ya jedanya? hahahha sorry!
"Nyonya Jung, selamat datang! Senang sekali Anda bersedia datang ke acara kami." Sapa seorang pria berusia lebih dari setengah abad.
"Senang bisa kemari, Tuan Hwang. Jadi, di mana cucumu? Aku tidak sabar ingin melihat penerus Hwang Ice."
Baru ingin melangkah, sepasang suami-istri serta bayi berusia sebulan di timangan sang appa datang menghampiri. Keduanya menunduk hormat pada rekan appa mereka.
Wajah ramah Yu Mi seketika berubah melihat raga bayi dalam dekapan. Ada keanehan di sana. Diarahkan jemari ke bagian paha tubuh mungil, tapi sontak ditarik karena terkejut. Ternyata benar. Kaki kirinya tidak ada. Bayi tersebut cacat.
"Jangan terkejut, Nyonya Jung! Cucuku memang tidak terlahir sempurna. Dia memiliki kelainan pada tulang kaki, jadi terpaksa diamputasi agar tidak menyulitkannya saat tumbuh dewasa."
"O... oh, begitu." Jawab Yu Mi tak tahu harus berkata apa.
Seseorang datang menghampiri dan berkata bahwa acara harus dimulai. Ketiganya lalu berpamitan menuju panggung sedangkan Jung Yu Mi tetap di antara kerumunan para tamu.
Pikiran Yu Mi jadi tidak fokus. Dia menerka mengapa Tuan Hwang sama sekali tidak malu bahkan cenderung bersikap biasa seakan kecacatan tadi bukan hal berat? Mengapa kedua orang tua pun terlihat bahagia-bahagia saja memiliki anak tidak sempurna? Padahal keluarga Hwang adalah orang-orang besar, tapi mengapa mau menerima bayi itu? Tidak habis pikir.
"Aku salut sekali pada keluarga Hwang. Walau si bayi terlahir cacat, mereka tidak malu mengadakan acara besar saat memberi nama. Jarang ada orang tua semacam itu!"
"Benar! Di luar sana tidak sedikit orang-orang mengadakan acara tertutup bahkan menyembunyikan kebenaran jika anak mereka terlahir tidak normal karena takut hilang pamor. Tapi mereka berbeda. Semoga keluarga ini selalu berjaya dan bayi Hwang tumbuh menjadi anak berbakti dan berguna."
Jantung Yu Mi serasa dihantam batu dari berbagai sudut. Sakit dan tercabik. Tapi setelah itu apa?
Wanita karir bemartabat dengan sombong melipat kedua lengan di depan dada seraya menaikkan dagu seolah tak mendengar ucapan barusan. Meski begitu, telinga dan hati tetap berfungsi menyaring buah bibir dari beberapa mulut di sekeliling.
"Mereka terlalu sibuk terhadap urusan orang lain."
*
Taehyung kembali ke toko usai membeli makan siang di kedai. Tatapannya seakan ingin mengatakan sesuatu pada wanita yang menyuap sang putri. Namun, karena agak segan dan takut mencampuri urusan, dia memilih diam.
"Anak eomma pintar. Aakkk, terakhir sayang."
"Aaammm."
"Daebak!" seru Seohyun mengacak rambut hitam Joohyun yang belum terlalu lebat.
"Boyaa... Mma mma... boyyaaa..."
Seohyun mengikuti arah telunjuk jari Joohyun. Ternyata bola-bola kecil plastik berwarna hadiah dari Sunny.
"Minum dulu ne." pinta Seohyun menyodorkan gelas yang memiliki penutup atas serta dua pegangan hingga memudahkan bayi untuk membawanya.
Joohyun menelan habis isi mulut kemudian meneguk air putih di gelas bergambar smurf yang dibelikan Hyoyeon bulan lalu. Memiliki banyak ahjumma membuatnya mendapat banyak hadiah. Beruntung sekali anak Yoona dan Seohyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Slut's Love
Fanfiction"Entahlah, apa ini adil untukmu sementara..." "Sssttt! Tolong jangan bunuh impianku menjadi orang tua!" NB: diselingi adegan dewasa. yang belum cukup umur atau tidak suka, skip!