I Have To Go

1.7K 219 39
                                        

Haaiiii... sesuai janji di cerita You Are Mine, aku bakal posting.

akhir-akhir ini berabe ya. upload 3 cerita. Only Mine, Slut's Love, sama More Than Fanfiction. Tahun depan bakal balik kayak dulu lagi. lebih teratur dan terarah. maaf ya temen-temen. semoga masih setia nunggu dan bersedia baca.


Tiffany melirik Jessica merapikan pakaian di kamar. Dia ingin membantu, tapi di sisi lain juga bimbang karena besok mereka akan berpisah. Apa aksi pertolongan bisa diselipkan canda dan tawa ataukah justru kebisuan?

"Dua tahun itu tidak lama tapi juga tidak sebentar." Eluh Tiffany di balik pintu menghela napas berat.

Mereka kenal dan menjadi sahabat sejak remaja. Terhitung sedekade sudah persahabatan keduanya. Ditambah benih-benih asmara mulai muncul sejak Jessica memutuskan hidup mandiri dan tinggal bersama Tiffany.

"Tiff, where are y..." ucapan Jessica terhenti karena niat mencari Tiffany terhenti saat si pemilik kamar ternyata berdiri di luar. "What are you doing here?"

"Nnggg... emm... no-nothing. Hehehe. Kajja, pesanan makan malam sudah datang. Aku benar-benar lapar."

Jessica tak langsung percaya karena sikap Tiffany cukup aneh. Apalagi mata yang bisa ikut tersenyum itu kini tampak memerah. Senyum terulas pun tak benar-benar menunjukkan bahwa tidak sedang terjadi apa-apa. "Are you ok, Tiff?" khawatirnya dalam hati.

Makan malam berlangsung tak seberisik biasa. Tiffany lebih banyak diam. Lebih tepatnya dia hanya berusaha meredam isakan yang sejak tadi mendobrak.

"What's wrong with you, Tiff?" batin Jessica sesekali melirik wajah suram Tiffany walau beberapa kali tersenyum kecil.

Di sisi lain, Tiffany turut berkutat pada perasaannya. Takut jika saat di sana terjadi sesuatu  dan dia tak ada di sana. Takut pula kalau sampai selama mengenyam pendidikan, hadir orang lain di hati Jessica.

"Apa berlebihan jika aku takut kau menjadi milik orang lain? Haruskah menyatakan cinta di saat begini? Kala kau harus pergi?"

Tiffany terlalu kalut akan perasaan sendiri hingga tak tahu bahwa Jessica turut mencemaskan hal serupa. Dia tak tahu kalau wanita di hatinya pun menaruh perasaan. Dua wanita saling mencintai diam-diam menjelang perpisahan.

Malam makin larut dan mereka terbujur di ranjang sama-sama memunggungi. Lagi-lagi Tiffany dan Jessica mencemaskan hal yang sama. Perasaan, waktu, dan kepergian.

Tiffany menghadap jendela di mana panorama langit dan potongan bulan memburam. Seakan memandang keheningan mendatang jika Jessica sudah berangkat dan hanya bisa memandang langit yang sama.

Jessica menghadap daun pintu. Ya, pintu. Besok dia harus pergi dan pintu pesawat melahap serta membawa tubuhnya pergi jauh dari sorot mata Tiffany.

"Aku paling mendukung sekaligus paling berat saat kau harus pergi, Jessie."

"Kau pasti menungguku pulang kan, Tiff?"

*

Di dapur, Seohyun duduk ditemani segelas air hangat. Dia banyak merenung sejak tahu kalau Jessica akan berangkat ke New York dan singgah selama dua tahun.  Padahal dulu sama sekali tidak peduli karena terlampau sakit hati. Tapi setelah tahu sang kakak sering datang dan mengamatinya dari jauh, apalagi pertemuan singkat berakhir pelukan, keadaan mulai berbeda. Seohyun memikirkan kakaknya.

Apa akan baik-baik di negri asing? Bagaimana persiapan nanti? Jessica sendirian di sana. Kalau sakit, terjadi hal buruk, atau sampai tidak punya uang, bagaimana?

Slut's LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang