ZK : 1. Itulah Aika

26 9 0
                                    

"Apakah kalian akan kembali dalam waktu yang lama?" tanya seorang gadis dengan nada merajuk.

Ayah dari gadis tersebut merangkul putrinya sambil mencoba membujuk, "Tidak lama, mungkin sekitar 3 bulan lagi. Sebagai gantinya, Daddy akan membawa ole-ole yang princess inginkan."

"Apapun itu?" gadis itu mulai bersemangat melihat kearah pria dihadapannya.

"Anything," jawab pria itu dengan memeluk anaknya kembali, "Love you."

Kini giliran ibu dari gadis itu yang mendekat, bukan pelukan hangat yang ia dapat namun ketukan ringan jari telunjuk di dahi putrinya.

"Jangan dikira Mama tidak tau kalau kamu suka pergi ke kelab malam, walaupun kamu kesana tidak memakai pakaian seksi tapi lingkungan itu tetap tidak pantas untukmu. Jangan suka minum alkohol, apalagi pulang larut malam," wanita itu menceramahi anak gadisnya namun tak urung ia juga memeluk putri kesayangannya itu.

"Mama sayang kamu, maaf tidak dapat menemani kamu lebih lama."

Gadis itu hanya mengangguk, ia malas mendebat Mamanya di bandara ini. Namun di lubuk hatinya ia sangat mengutuk wanita dihadapannya, wanita yang telah melahirkannya. Setelah itu ia hanya dapat melihat orang tuanya yang telah pergi meninggalkan ia sendiri di lobi bandara Soekarno Hatta ini, merasa tak ada yang mengawasi ia menunduk namun siapa sangka gadis keras kepala itu menangis dalam diam.

Tak lama dering ponsel dalam tasnya berbunyi, tanpa menjawab atau bahkan melihat ia membalikkan badan sambil menggerai rambut indahnya dan tak lupa ia menghapus air mata yang tertinggal di pipinya. Memasang kaca mata hitam adalah andalannya, jangan lupakan wajah sombong selalu menghiasi wajah cantik gadis itu. Itulah Zulaikha Aufa Zalfa, gadis rapuh dengan case yang sempurna.

***

Aika memasuki mobil bagian belakang dengan angkuhnya, supir yang berada di depan saja rasanya terintimidasi hanya dengan aura yang diberikan Aika. Tanpa repot melepas kaca mata, Aika memerintahkan supir untuk mengantarnya ke tempat teman-temannya berada, kelab malam. Namun hingga 30 detik mobil tidak melaju atau bahkan sekadar untuk menyala, Aika merasa supirnya mulai berulah padahal hampir tiap minggu ia rutin sekali ke kelab malam. Dengan malas ia melepas kaca mata dan memandang ke arah kaca spion tengah, otomatis pula tatapannya bertabrakan dengan supir tuanya walau hanya sebatas pada pantulan kaca.

"Kenapa belum jalan?" pandangan Aika semakin tajam karena pria tua itu tak merasa takut sama sekali.

"Saya diminta Nyonya untuk mengantar Nona Atika pulang ke rumah, bukan ke kelab malam," dengan sedikit tegas pria itu menjawab pertanyaan Aika.

"Oh, ok! Kalau begitu pulanglah! Aku bisa naik taksi," Aika mengatakan hal itu sambil memasang kembali kaca mata hitamnya dan mengambil ancang-ancang untuk segera keluar mobil. Melihat hal itu, Pak Yudis kelabakan hingga mau tidak mau menarik kembali ucapannya.

"Duduklah Nona, saya akan mengatar Nona ke tempat tujuan."

Gotcha!

Dibalik kaca mata hitam, Aika melirik Pak Yudis dengan menang bahkan ia harus menyembunyikan senyum sinisnya. Bukan hal pertama jika Aika bersandiwara, bahkan selalu dengan cara ini ia bisa lanjut ke kelab malam. Taksi bukanlah hal yang diinginkan Aika, untuk menaikinya saja ia tidak akan mau, karena Aika tidak suka berinteraksi dengan orang asing.

Pak Yudis selaku supir saja hanya di perbolehkan datang ketika Aika yang minta, bahkan seorang pembantu di rumah juga datang ketika Aika sekolah atau ketika rumah dalam keadaan Aika tidak ada. Aika suka dengan hening ia tak suka berisik, maka dari itu rumah hanya boleh ditempati ketika gadis itu sendirian atau kecuali dengan orang tuanya. Aika tidak akan suka dengan sesuatu jika tak dikenalnya, termasuk dengan sepi.

Tak terasa sejam gadis itu melamun di mobil, bahkan ia baru sadar jika mobil telah berhenti pada tempat yang ia tuju. Aika melepas kaca mata, melihat ke arah depan namun Pak Yudis tidak ada. Beberapa saat ia merasa ada yang membuka pintu disebelah kirinya, perempuan itu sedikit tersentak namun kembali tenang saat melihat orang itu ialah Pak Yudis. Sedikit membenarkan kaos kebesaran dan celana jeans serta tasnya yang tak rapi, Aika keluar setelahnya. Lalu Pak Yudis kembali menutup pintu.

"Pulanglah!"

"Silahkan Nona masuk, saya akan menunggu disini," dengan sopan supir tua itu mengatakannya walaupun tak ada respon dari bosnya. Bahkan Aika tak melirik ke belakang sekalipun untuk sekadar bertata krama pada Pak Yudis, ia hanya menarik sedikit bibir kirinya.

"Tunggu saja hingga pagi," gumamnya.

Ia sudah sangat hafal dengan jalan masuknya, lorong sempit belakang kelab. Aika masih berumur 16 tahun bahkan ia masih kelas 3 SMA, namun sudah 2 tahun ke kelab malam ini menjadi rutinitas. Kenapa bisa masuk jika minim usia adalah 18 tahun? Jawabannya terletak pada Om dari Aika yang sebagai pemilik tempat terkutuk ini. Bahkan dengan alasan itu ia bisa kabur dari pengawasan Mamanya, dan ia pula kunci teman-temannya bisa masuk ke tempat ini.

Aika tidak pernah masuk lewat pintu utama, bukan karena ia takut kena satpam penjaga namun karena ia malas bertemu dengan orang asing. Alasan lain karena Aika sangat membenci spesies manusia berjenis kelamin laki-laki, ia akan pergi walau setampan apapun pria itu.

Ketika sampai ruang VVIP, Aika disambut oleh ketiga teman-temannya. Bahkan ketiga gadis itu telah mabuk dengan 2 botol vodka, Aika ikut bergabung diantara Angel, Liona dan Katy. Tanpa menghiraukan teman-temannya Aika hanya menanggapi dengan gumaman saja, ia tau jika mereka telah mabuk yang artinya kadar kewarasan hanya tinggal setengah.

"Ka kok lo telat banget sih gabungnya? Kita udah mulai duluan loh," racau Liona.

"Hmm nganter Nyokap Bokap," jawab Aika seadanya.

"Oh Daddy ganteng lo bulan madu lagi sama Mama lo? Hahaha," kata Katy.

"Tapi kok Mama lo gak bunting? Jangan-jangan..." Liona menggantungkan ucapannya untuk melihat Katy, lalu keduanya tertawa terbahak-bahak dengan sekali lagi minum segelas vodka.

Sebenarnya Aika mulai terusik jika membahas orang tua, walau ia kurang kasih sayang namun sangat jelas seorang anak tidak akan mau orang tuanya dijelek-jelekkan. Ingin ia mengumpat, namun Angel telah menyela terlebih dahulu.

"Sudah biarkan saja Ka, mereka sudah sangat tak terkontrol. Lihat saja mereka duduk saja tidak benar," Angel yang melihat Aika ingin marah sengaja mendinginkan suasana karena ia tak ingin ada salah paham diantara teman-temannya. Aika sendiri melihat Liona dan Katy yang duduk di lantai dengan sempoyongan, senyum merendahkan mulai ia keluarkan. Mengabaikan kedua orang mabuk itu, Aika hanya mengambil setengah gelas vodka lalu meminumnya dengan beberapa kali teguk.

"Tumben bisa keluar malam?" tanya Aika pada Angel, satu-satunya orang waras selain dirinya disana.

"Lagi pada gak di rumah," jawab Angel seadanya.

Aika hanya mengangguk paham, berbeda dengan Liona dan Katy yang bebas dengan hidupnya, justru Angel adalah gadis yang diatur oleh keluarganya. Gadis itu juga penurut, sekalipun ia tak akan membantah perintah orang tua dan kakaknya. Namun jika sudah berteman dengan Liona dan Katy sudah dipastikan tak akan terjamin Angel tetap menjadi gadis polos, buktinya hari ini saja ia sudah berani keluar rumah walau Aika tau jika Angel tak berani minum vodka. Gadis itu hanya minum jus dan air putih.

"Moga aja lo gak dapet masalah."

bersambung...

Zulaikha KekinianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang